Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Sang Majikan
Dentuman musik kian terdengar nyaring saat gelas keenam ia teguk. Dunia serasa berputar hebat dan tubuh mulai kehilangan kendali. Wajah tampan yang semula tegas mendadak ambruk tersungkur di atas lantai. Sebelum mata terpejam, riuh suara keributan mulai mendekat. Suara-suara teriakan orang bergantian dan mulai mengangkat tubuh itu.
“TANIA!”
Gery terduduk dengan bola mata membulat sempurna. Napasnya berderu cepat, sementara seluruh tubuhnya sudah dibanjiri keringat. Mimpi itu datang lagi dan lagi mengganggu tidurnya.
Di balik pintu kamarnya, suara langkah kaki ramai-ramai terdengar kian mendekat. Dan salah satu dari mereka membuka pintu dengan cepat.
“Kau, tidak pa-pa?” tanya pria berpawakan sedang. Dion mendekati ranjang di ikuti tiga pelayan wanita dan dua pelayan pria.
Gery membuang napas kemudian menyibakkan selimut dan duduk di tepi ranjang. “Aku baik-baik saja. Kalian keluar.”
Saat semua sudah berbalik dan hendak keluar, Gery berkata lagi. “Kau tetap di sini, Ion.”
Merasa namanya dipanggil, Dion pun berbalik. Menutup pintu setelah para pelayan keluar, Dion mendekati Tuan mudanya yang tengah memijat kening dengan badan sedikit membungkuk.
“Ka sungguh baik-baik saja kan?” tanya Dion.
Gery menegakkan badan lalu mendesah. “Aku cuma masih sedikit pusing. Apa semalam aku mabok lagi?” tanya Gery kemudian.
Dion mengangguk prihatin. Sudah hampir satu bulan, hari-hari Gery dihabiskan dengan foya-foya. Bukan bersama seorang wanita, melainkan hanya bersenang-senang untuk menghibur diri. Pergi ke kelab atau tempat yang aneh karena rasa sedih telah kehilangan sang kekasih.
Sebagai sekertaris sekaligus asisten pribadi dan sahabat, Dion mulai kewalahan menghadapi sikap Tuannya yang terkadang kelewat batas. Kadang Geri menangis, kadang berteriak, terkadang dia mengamuk dan membanting apapun yang ada di hadapannya. Selain harus mengurusi hal pribadi, Dion juga harus mengurus perusahaan sekaligus perkebunan apel milik Gery.
“Kau mau minum?” tawar Dion.
Gery berdiri. “Ambilkan aku air hangat.” Perlahan, Gery melangkah menuju balkon. Udara pagi hari mungkin akan terasa sejuk dinikmati dari gedung apartemen di lantai sepuluh.
Meskipun berbagai macam suara di bawab sana masih terdengar jelas, tapi setidaknya di atas sini bisa merasakan embusan angin yang membuat raga sedikit lebih nyaman.
“Ini,” Dion kembali dengan membawa segelas air hangat.
Gery menerima uluran gelas tersebut. Berdiri menghadap ke luar, Gery perlahan meneguk minuman hangatnya. Setelah gelas tinggal berisi setengah air hangat saja, Gery kembalikan pada Dion dan kemudian diletakkan di atas meja.
Dion kembali lagi mendekati Gery. “Sore ini persidangan akan dilaksanakan.”
Gery berbalik lalu bersandar pada dinding plafon. “Orang itu harus dihukum seberat-beratnya.”
“Tentu saja. Orang tersebut dipastikan bersalah dan jelas akan masuk penjara.”
Satu bulan waktu yang terasa sangat lama harus dinikmati tanpa sang kekasih. Geri Pamungkas atau biasa dipanggil Gery, tidak akan membiarkan orang yang telah membuat dirinya kehilangan sang kekasih lepas begitu saja tanpa bertanggung jawab. Dan sore ini, di depan hakim ketua dan para saksi, Gery akan memastikan orang tersebut masuk ke dalam penjara.
“Masih ada yang kau butuhkan?” tanya Dion sebelum beranjak.
“Nggak ada. Kau boleh keluar,” jawab Gery dalam pandangan masih ke luar sana. “Jangan bilang ibu atau ayah kalau aku mau pergi menemui orang itu. Biar aku yang bilang sendiri nanti.”
Gery mengangguk. “Oke.”
Seperginya Dion, Gery beranjak dari plafon. Dia pergi ke kamar mandi dan berendam untuk sesaat. Berbaring di dalam bak mandi, Gery menenggelamkan seluruh badannya di dalam air untuk sesaat. Memejamkan mata di dalam sana dengan napas tertahan. Gery enggan bangun sebelum napasnya mulai tersendat.
“Aku merindukanmu,” batin Gery dalam umpatan.