Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
96
Penayangan
9
Bab

Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Terlebih tentang pertemuan yang terjadi diantara setiap manusia. Lantas bagaimana jadinya, jika pertemuan itu akhirnya mengundang suatu hal yang tidak terduga?

Bab 1 Tidak Seperti Yang Terlihat

Renata Valencia. Seorang gadis yang sering kali di sapa Renata dilingkungannya, gadis itu memiliki bentuk tubuh yang hampir sempurna di mata semua orang yang melihat ke arahnya. Banyak yang bilang, jika seorang Renata adalah seorang gadis yang memiliki nasib sangat beruntung, termasuk teman-teman gadis itu yang hampir setiap kali melontarkan ucapan itu padanya. Namun, berbeda dengan hal yang gadis itu jalani setiap hari.

Renata Valencia, juga merupakan salah satu putri dari seorang pengusaha yang terkenal dan kini sudah memiliki banyak cabang yang tersebar di beberapa negara ternama, tak jarang jika kedua orangtuanya sangat sibuk setiap saat. Lalu, membuat gadis itu hanya tinggal bersama Bik Dinah yang memang sudah hampir delapan tahun tinggal bersamanya.

"Ini gue yang terlalu cepat tumbuh kembang atau waktu yang gak terasa cepat berjalan sih? Perasaan baru aja kemaren gue daftar buat masuk SMP, masa sih sekarang udah SMA aja," celoteh Renata yang tengah tidur di ranjangnya, dengan tatapan yang ia lemparkan pada langit-langit kamarnya.

"Heran deh gue," lanjut Renata yang kini menutup wajahnya dengan sebuah bantal.

Tok... tok... tok..

Suara ketukan pintu membuat Renata mengalihkan pandangannya pada pintu kamarnya.

"Non Renata, makan malam dulu, Non! Bibi udah masak banyak nih buat Non Renata," ucap Bik Dinah lembut seraya mengetuk pintu kamar Renata dari luar.

"Iya bik, bentar lagi aja deh. Belum lapar," sahut Renata.

"Makan sekarang atuh Non, dari tadi Non Renata belum makan. Nanti sakit, Non!" sahut Bik Dinah yang masih setia dibalik pintu kamar Renata.

"Udah aku bilang, aku gak lapar, Bik!" teriak Renata yang kini mengambil selimutnya dan menutupi tubuhnya.

Setelah gadis itu mengucapkan kata-katanya, kini tak ada sahutan apapun dari Bik Dinah yang berada di luar.

Namun, setelah beberapa lama kemudian pintu kamar gadis itu kembali berbunyi menampilkan beberapa suara ketukan tentunya.

"Non, bibik boleh masuk?" panggil Bik Dinah, yang kini tak mendapati sahutan apapun dari sang pemilik kamar.

"Enggak terkunci ternyata," gumam Bik Dinah yang memutuskan untuk masuk ke kamar Renata, dengan sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman disalah satu tangannya.

Melihat Renata yang tengah tidur, membuat seorang wanita paruh baya itu tersenyum dan kemudian menaruh nampan yang ia pegang pada meja kecil yang tidak berada jauh dari ranjang Renata.

Bik Dinah sangat sayang pada Renata, bahkan wanita itu telah menganggap Renata seperti mengasuh anaknya sendiri.

"Non Renata, bibi udah siapin makanan nih buat kamu. Makan dulu ya sebentar, sedikit aja gak apa-apa yang penting kamu harus makan," ucap Bik Dinah lembut dan sesekali membelai lembut rambut gadis yang berada di depannya itu.

"Ntar aja Bi, Renata gak lapar," jawab Renata malas.

"Sedikit aja non makannya. Bibi, udah masak makanan kesukaan Non Renata loh. Kasihan kalau enggak dimakan," ucap Bik Dinah.

"Mau ya Non makan sedikit aja, bibik suapin," ucap Bik Dinah yang sebisa mungkin untuk merayu Renata.

"Hmm, iya deh," sahut Renata yang kini bangkit dari tidurnya.

"Nah, gitu dong, Non! Kan bibik jadi seneng," ucap Bik Dinah semangat, dengan cengiran bahagianya.

"Hmm, tapi aku makannya cuma sedikit aja yaa, Bi!" ucap Renata.

"Iya, siap non," sahut Bi Dinah dengan senyumnya.

"Bi," panggil Renata yang selesai mengunyah makanan dimulutnya.

"Iya? Ada apa non?" sahut Bi Dinah lembut.

"Hmm. Bibi kok baik banget sih sama aku?" tanya Renata.

"Iya karena, Bibi itu udah anggap Nln Renata itu kayak anak Bibi sendiri. Gimana seharusnya Bibi ngejaga anak Bibi, maka seperti itu juga kewajiban Bibi menjaga Non Renata," jelas Bik Dinah.

"Tapi kenapa Bibi segitu perhatiannya sama aku? Sedangkan orangtua kandung Renata aja, gak pernah tuh kaya gini," ucap Renata.

"Non Renata gak boleh dong ngebandingin mereka, lagian mereka itu kaya sekarangkan buat anak-anaknya," ucap Bik Dinah lembut.

"Tapi bi, Renata sempat kepikiran kenapa mereka selalu sibuk dengan dunia pekerjaan doang? Tanpa sadar kalau mereka juga punya anak yang harus di kasih perhatian lebih, ngasi waktu buat anak-anaknya, ngumpul bareng sama keluarga kecilnya. Ini enggak, mereka cuman sibuk dengan dunia pekerjaannya masing-masing," ucap Renata yang mengeluarkan semua unek-unek dalam hatinya.

"Non, jadi gini yah bibi kasih tau deh. Mereka kayak gitu karena banyak kebutuhan yang mungkin menurutnya masih belum bisa ia penuhi, dan mereka sekarang lagi berusaha untuk memenuhinya dengan bekerja keras kaya sekarang. Jadi, non Renata jangan ngomong kaya gitu yah lagian di sini kan ada bibik yang bakal ngejaga non Renata. Bibi bakal berusaha buat ngejaga non Renata," ucap Bi Dinah.

"Tapi bi-,"

"Udah sekarang lanjut dulu ya makannya," ucap Bi Dinah yang menyodorkan sendok yang berisi makanan pada gadis itu.

***

Cuaca langit malam ini lumayan mendukung, membuat seorang gadis yang berada di kamarnya itu melangkahkan kakinya untuk berada di balkon kamarnya. Suhu malam yang dingin menemani malam gadis itu dengan beberapa bintang yang masih setia menyinari langit malam ini.

Renata mengambil napasnya panjang dan kembali melepasnya secara perlahan, gadis itu hanya menatap langit malam ini yang sangat indah menurutnya.

"Bagus banget bintangnya," lirih Renata yang menatap sebuah bintang yang sangat terang dari beberapa bintang yang lain.

"Bintang, lo tau gak si gimana rasanya jadi gue?" gumam gadis itu.

"Gak enak jadi gue. Kalau lo bisa lihat keadaan gue, gue cuma berharap satu. Jangan sama kaya teman-teman gue, yang selalu berpikiran jika kehidupan gue itu sangat menyenangkan dimatanya," ucap Renata.

"Gue pengen kayak orang-orang. Gue gak suka hidup gue yang sekarang," lirih Renata.

"Hmm, tapi it's okey sih," ucap Renata yang kini mengusir semua pemikirannya beberapa menit yang lalu.

Cuaca malam yang semakin dingin, membuat Renata mengusap kedua lengannya. Suhu malam yang sangat dingin, membuat Renata kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkon kamarnya.

"Dingin juga ya, bisa-bisa masuk angin gue lama-lama kalau di luar," gumam Renata yang kembali duduk di ranjangnya.

"Dua hari lagi, gue bakal jadi siswi SMA," ucap Renata yang menatap layar laptopnya.

Suara notifikasi panggilan masuk, membuat Renata segera mengambil ponselnya yang berada didekatnya itu. Melihat tampilan nama di layar ponselnya, sontak membuat Renata tanpa waktu panjang menggeser posisi tombol hijau pada layar ponselnya.

"Halo?" ucap seseorang yang berada di seberang sana.

"Iya halo. Tumben banget lo nelfon gue, ada apa emang," jawab Renata datar.

"Yaelah, lo mah bukannya disambut dengan baik malah diketusin," ucap seseorang yang sebagai lawan bicara Renata.

"Terserah gue dong," jawab gadis itu datar.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku