Seorang lelaki sedang berjalan menuju apartemen kekasihnya dengan membawa sebuah buket bunga mawar yang begitu cantik.
Rey memesan bunga itu dari toko langganannya. Pria tersebut memang sering memesan bunga untuk kekasih yang paling dicintai. Dia sudah tak sabar karena satu hari lagi pernikahan mereka akan terlaksana.
"Semoga saja Erlin suka dengan bunganya," gumam Rey bermonolog.
Pria itu mulai membuka unit apartemennya menggunakan kartu akses. Apartemen ini sengaja Rey belikan untuk calon istrinya. Lelaki tersebut berencana akan tinggal di apartemen ini ketika mereka berdua sudah menikah nanti.
Pintu ruangan sudah mulai terbuka. Rey melangkah masuk hendak mencari keberadaan Erlin. Pria itu berjalan perlahan dan menaiki anak tangga. Mungkin saja Erlin masih berada di dalam kamarnya.
Akan tetapi, ketika Rey menaiki anak tangga satu per satu, ia mendengar suara desahan dari kamar kekasihnya.
"Kurang ajar! Apa yang sudah Erlin lakukan di dalam sana?" umpat Rey kesal dengan suara lirih.
Rey semakin menajamkan pendengarannya. Pria itu tidak salah dengar, itu memang suara Erlin dengan seorang lelaki. Namun, Rey tak tahu Erlin sedang bermain dengan siapa di dalam sana.
'Awas saja Erlin, kalau kamu sampai berani bermain di belakangku. Aku tidak akan memberi ampun!' geram Rey dalam hati sembari mengencangkan rahang kukuhnya.
Kedua tangan Rey mengepal. Ia pun mulai membuka pintu kamar Erlin dengan perlahan, ternyata Erlin tak mengunci pintu kamarnya.
Kedua bola mata Rey membulat sempurna. Seketika dadanya terasa begitu sesak ketika mendapatkan Erlin sedang berada dengan seorang lelaki di atas ranjang. Pria itu pun melempar buket yang berisikan bunga mawar ke sembarang arah.
"Bajingan!" umpat Rey berang.
Erlin dengan seorang lelaki yang sedang memeluknya di atas ranjang terkesiap tatkala mendapati Rey yang sudah berada di ambang pintu kamar.
"Rey," ucap Erlin lirih. Wanita itu terlihat sangat gugup saat ini.
Erlin lekas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun.
"Kurang ajar!" maki Rey, "jadi ini kelakuan kamu di belakang aku, hah?! Aku bahkan memberikan kamu sebuah apartemen untuk kita tinggali sesudah menikah nanti. Tapi apa ini? Kamu malah mengotori apartemenku dengan membawa bajingan ini!"
"Ma–maafkan aku, Rey. Aku ... aku khilaf," ucap Erlin terbata-bata dengan wajah yang sudah panas dingin. Apalagi sisa-sisa keringat percintaannya masih tercetak jelas di wajahnya.
"Apa kamu bilang? Khilaf? Kamu bilang khilaf, tapi kamu menikmatinya, kan?! Dan bisa-bisanya kamu bercinta dengan bajingan ini dan membawanya ke apartemenku!" sergah Rey dengan wajah yang sudah merah padam karena emosi.
"Rey ... Sayang, tolong dengerin aku dulu," pinta Erlin memohon dengan sangat kepada tunangannya. Erlin mendekat dan meraih tangan Rey mencoba untuk menenangkan calon suaminya.
Dengan refleks Rey menghempaskan tangan Erlin. Dia merasa begitu jijik dengan wanita yang tak mengenakan busana.
"Ke sini kamu! Kamu jangan bisanya bersembunyi di balik selimut!" teriak Rey kepada pria selingkuhan tunangannya di sana.
Rey sudah sangat geram dengan lelaki yang bisanya cuma bersembunyi di balik selimut. Ia melangkah maju dan menarik tangan lelaki yang masih bersembunyi tersebut.
Rey tidak peduli bila lelaki itu tak mengenakan sehelai benang pun. Ia mulai menghajarnya dengan membabi buta, sesekali Rey pun menendang perutnya.
Bugh!
Bugh!
"Uugh!" Pria itu kesakitan sambil memegang perutnya yang barusan dipukul oleh Rey.
Rey terus saja meninju, menendang, dan memukul seperti samsak yang ia miliki di rumahnya. Pria yang kini dipenuhi oleh amarah itu tak akan segan-segan mematahkan kaki lelaki yang sudah kurang ajar menyentuh wanitanya.
/0/16503/coverorgin.jpg?v=0a6f06fe1619a44b1ef011902c6cc2eb&imageMogr2/format/webp)
/0/7195/coverorgin.jpg?v=66de677581964fb1265823dbf8169755&imageMogr2/format/webp)
/0/16023/coverorgin.jpg?v=69d2f9132c92926ac8c1d036a562fb9b&imageMogr2/format/webp)
/0/30175/coverorgin.jpg?v=db14e568f4c595c3e85e350081afdf2a&imageMogr2/format/webp)
/0/18428/coverorgin.jpg?v=864d9da90263f511aa09dd0db2ca3afa&imageMogr2/format/webp)
/0/2382/coverorgin.jpg?v=2f9a7be516cc5df3fabcdc4e5d695133&imageMogr2/format/webp)
/0/16808/coverorgin.jpg?v=d808fef2be80a9093ba500a367db1a44&imageMogr2/format/webp)
/0/12879/coverorgin.jpg?v=a7e5b07c2e0025e14d7b0a9ed67e0380&imageMogr2/format/webp)
/0/15464/coverorgin.jpg?v=15c4d835dc23743e030f516500379289&imageMogr2/format/webp)
/0/21474/coverorgin.jpg?v=3c0dabddd10d96d6a46e25c83ae3acc7&imageMogr2/format/webp)
/0/12680/coverorgin.jpg?v=a4cc1c4eb03edda691c00b01b01e43ad&imageMogr2/format/webp)
/0/2677/coverorgin.jpg?v=96eab8094af9a183be1858b2b7d893d7&imageMogr2/format/webp)
/0/2268/coverorgin.jpg?v=a3c1f7a4009ad7bf3efbc70ca4e137fa&imageMogr2/format/webp)
/0/4605/coverorgin.jpg?v=dab066a6707c6150a790a9c3ad2c8dbf&imageMogr2/format/webp)
/0/4979/coverorgin.jpg?v=202feb7f1913b98ba89e87e8ab4c66a8&imageMogr2/format/webp)
/0/4056/coverorgin.jpg?v=0428bcf7dca705ee25be30e0599d8620&imageMogr2/format/webp)
/0/15065/coverorgin.jpg?v=20250123120501&imageMogr2/format/webp)