/0/21612/coverorgin.jpg?v=e60d6bd2c0a776a47dc1740ac270ceed&imageMogr2/format/webp)
"Hoam … Pagi ini indah sekali!? Anak siapa ini? Astaga ... Orang bodoh bagian mana yang meletakkan bayi sekecil ini di depan rumah orang lain?" Joan terkejut lalu berjongkok menatap bayi kecil itu, ia lalu kembali berdiri berjalan menuju gerbang rumahnya yang ternyata tak terkunci sembari melongo ke kanan kiri di jalan yang sepi itu. Rumah Joan memang terletak di depan jalan, jika siang cukup ramai kendaraan yang berlalu lalang.
Joan pun mengambil bayi itu dari sebuah kardus tipis yang hanya di lapisi selimut, tangan dan wajah bayi kecil memerah karena kedinginan.
"Orang tua mana yang berani membuangmu bayi kecil? Kau sangat imut ...," Joan terus memandang bayi itu, ia gemas sendiri melihat pipi chubby milik bayi berkulit putih itu.
Tangannya gatal ingin menoel-noel, namun ia tak berani karena takut bayi itu akan menangis. Tahu sendirikan kalau bayi menangis sangat susah untuk diam, tidak mungkin tangan kekar Joan membungkamnya, Bayi itu bisa mati kehabisan nafas.
ia memindahkan bayi itu ke atas sofa secara perlahan-lahan, lalu beralih mengambil handphonenya. Joan ingin menelpon Kiana, sahabat karibnya dari kecil. Bisa di bilang persahabatan mereka sangat awet karena tak ada yang terbawa perasaan, hanya rasa sayang sebagai seorang sahabat. katanya.
"Kiana! Coba tebak, apa yang baru saja kudapatkan di pagi yang cerah ini!" Joan berbisik di telepon karena takut suaranya membangunkan bayi itu.
"Joan! Suka sekali kamu gangguin aku, ini masih pagi! Lagi pula ini hari Minggu, aku masih tidur jam segini. gara-gara kamu aku harus bangun dari tidur ku yang nyenyak!" suara serak Kiana terdengar dari telepon, gadis itu baru saja terbangun sepertinya Dengan cara yang tidak baik-baik saja.
"Dengar dulu! Baru saja ada sebuah kardus tepat di depan pintu rumahku!" Joan dengan setiap penekanan pada kalimatnya, Ia begitu serius berbicara pada Kiana.
"Paketmu? Lalu untuk apa kau menelponku Joan Hendra Setiawan?" Kini Kiana sudah berteriak keras di akhir kalimatnya dengan nada ketus.
/0/15065/coverorgin.jpg?v=20250123120501&imageMogr2/format/webp)
/0/30175/coverorgin.jpg?v=db14e568f4c595c3e85e350081afdf2a&imageMogr2/format/webp)
/0/2268/coverorgin.jpg?v=a3c1f7a4009ad7bf3efbc70ca4e137fa&imageMogr2/format/webp)
/0/4605/coverorgin.jpg?v=dab066a6707c6150a790a9c3ad2c8dbf&imageMogr2/format/webp)
/0/4979/coverorgin.jpg?v=202feb7f1913b98ba89e87e8ab4c66a8&imageMogr2/format/webp)
/0/4056/coverorgin.jpg?v=0428bcf7dca705ee25be30e0599d8620&imageMogr2/format/webp)
/0/15887/coverorgin.jpg?v=444c24431b82a18eaa8aeb3353a1cf76&imageMogr2/format/webp)
/0/18902/coverorgin.jpg?v=65d19d6cc8fd19ff0990ac7a6a74b941&imageMogr2/format/webp)
/0/2973/coverorgin.jpg?v=550ac1e3fa28eda53ad7e1a378adedce&imageMogr2/format/webp)
/0/2815/coverorgin.jpg?v=09c74eb17cf0732a58ed1c09fa79d188&imageMogr2/format/webp)
/0/6559/coverorgin.jpg?v=45d6c5c69d9d87862b83435260019af8&imageMogr2/format/webp)
/0/12500/coverorgin.jpg?v=befb16d69d2aa39dd63d3fea97482a83&imageMogr2/format/webp)
/0/7523/coverorgin.jpg?v=33c5d419b998dd6f026fd679deca3ce0&imageMogr2/format/webp)
/0/16864/coverorgin.jpg?v=adf95f7a3362026d360844632bb99819&imageMogr2/format/webp)
/0/16503/coverorgin.jpg?v=0a6f06fe1619a44b1ef011902c6cc2eb&imageMogr2/format/webp)
/0/2412/coverorgin.jpg?v=2f2d934aececc23f4d4e08a87a49b954&imageMogr2/format/webp)
/0/6665/coverorgin.jpg?v=95620bb7883df9f2de35ae8ace74a672&imageMogr2/format/webp)