/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
"Elena aku sudah di depan gang menuju rumahmu, keluarlah!"
Pesan terkirim kepada Elena Nugroho, wanita berparas cantik yang telah menjerat hati seorang Putra Prayoga. Sudah sejak masa SMA dirinya menaruh hati kepada wanita itu. Bukan hanya cantik, Elena juga sangat menyenangkan dan penuh kasih.
Putra hanya bisa mengagumi Elena tanpa berani mendekati dirinya. Dia selalu menjaga jarak dengannya, entah karena apa. Padahal dia tidak pernah merasa melakukan sebuah kesalahan kepada Elena.
Putra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Elena. Dia membiarkan cintanya terpendam. Dia percaya Tuhan akan menuntun takdirnya dengan wanita itu.
Tuhan benar-benar mempertemukan dirinya dengan Elena kembali. Elena masuk ke kampus yang sama dengan dirinya lewat jalur beasiswa. Perasaan yang dulu telah tumbuh untuk Elena, sekarang kembali bersemi lagi.
Putra tidak akan membiarkan perasaan itu kembali pergi. Putra dengan gigih memperjuangkan cintanya kepada Elena. Dia mendekati wanita itu dengan berbagai cara.
Tentu saja Elena mati-matian menghindari dirinya. Entah apa yang salah dengan dirinya sampai-sampai Elena terus-menerus menghindari dirinya. Sampai suatu sore, dirinya sudah tidak tahan lagi. Dia menarik Elena membawanya ke tempat sunyi.
"Ka lepaskan, aku harus pulang," pekik Elena sambil meronta agar bisa lepas dari tangan pria itu.
"Tidak! Sebelum kamu jelaskan kepadaku apa alasanmu terus-menerus menghindari aku," salak Putra, dia mulai kesal dengan tingkah Elena yang menghindari dirinya lagi dan lagi.
"Sudah aku katakan berapa puluh kali pada Kakak, Kakak tidak punya salah apapun," teriak Elena frustasi.
"Lalu mengapa kamu menghindariku?" cecar Putra.
Elena menyerah, kepalanya benar-benar pening karena berurusan dengan Putra. Menghembuskan nafas beratnya, Elena menatap pria itu dengan sinis. "Kakak mau apa?" tanya Elena dengan nada dingin.
"Jadilah pacarku," pintanya sambil menatap mata teduh Elena.
"Please, aku sudah mencintaimu dari kita sekolah SMA. Aku pernah menyerah karena melihatmu yang menghindari diriku. Melupakan cintaku kepadamu. Tapi, Tuhan kembali mempertemukan kita dan aku yakin jika kita memang ditakdirkan untuk bersama." Tangan putra menggenggam tangan Elena dengan lembut.
Elena menatap kedalam mata coklat pekat milik Putra. Mencari sebuah kejujuran di mata pria itu. Dia sebenarnya sudah mengetahui jika Putra mencintainya. Tapi, status sosial mereka yang timpang membuatnya mundur. Menutup perasaannya kepada pria di hadapannya.
Dia juga mencintai pria itu. Karena itulah dia menghindarinya mati-matian. Tidak membiarkan rasa itu tumbuh semakin besar dan membuatnya lupa diri akan siapa dirinya.
Elena menghela nafas, ditatapnya pria itu. "Apakah jika aku menerimamu sebagai kekasihku kakak akan berhenti bertingkah konyol. Sungguh, aku hanya tidak ingin beasiswa yang sudah aku perjuangkan hilang begitu saja. Hanya karena Kak Putra yang setiap hari mengganggu konsentrasi belajarku, please. Jika Kak Putra sayang kepadaku, ikuti apa mauku dan jangan menemuiku jika aku tidak memintanya," tutur Elena.
"Tidak bisa begitu dong, masa aku tidak boleh menemui pacarku sendiri dan memberikan perhatian kepadanya," tolak Putra.
"Aku tidak melarang Kakak untuk menemui aku, tapi jangan temui aku saat jam pelajaran berlangsung. Di luar saja! Apa Kakak tidak melihat beberapa hari terakhir ini aku ditegur oleh dosen karena ulahmu," ketus Elena.
"Baiklah, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku minta maaf! Jadi, apakah kita sekarang jadian?" tanya Putra dengan wajah penuh harap.
Elena menghela nafas, tidak ada salahnya kan dia mencoba berhubungan dengan Putra. Elena menatap manik mata hitam milik Putra, lalu mengangguk.
Wajah Putra langsung berbinar, dia bahkan sampai menggenggam erat tangan Elena.
/0/16644/coverorgin.jpg?v=c00f599b8ec08b1b6ed69463abb68eb4&imageMogr2/format/webp)
/0/13632/coverorgin.jpg?v=b5a50bc87bbb3e22de4f5775f9f07e99&imageMogr2/format/webp)
/0/17218/coverorgin.jpg?v=e8a7f9a5d0f54f7c3b9733663e44fd2d&imageMogr2/format/webp)
/0/28635/coverorgin.jpg?v=30f8fa40a5e2ba29ac46d1345b7be8cd&imageMogr2/format/webp)
/0/22561/coverorgin.jpg?v=525b31d5acfe8be18c1a87cb0176ec7c&imageMogr2/format/webp)
/0/13481/coverorgin.jpg?v=05af35bf6937c4c2c3759c55661896ae&imageMogr2/format/webp)
/0/16719/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/5369/coverorgin.jpg?v=828b4626fb2cf3faf0cd82ba5e07e15c&imageMogr2/format/webp)
/0/3778/coverorgin.jpg?v=45659e33fc35fc3013be25deafe72fcf&imageMogr2/format/webp)
/0/6404/coverorgin.jpg?v=f14da70af12ac1562c813d35e01d2f2a&imageMogr2/format/webp)
/0/19413/coverorgin.jpg?v=8ca69b34f04331f3b7f020dcf42e1db3&imageMogr2/format/webp)
/0/27012/coverorgin.jpg?v=9f2a2d98d2622241d650f65922e1e2aa&imageMogr2/format/webp)
/0/18821/coverorgin.jpg?v=9802dce90e46c9f104fb9b58491e42f9&imageMogr2/format/webp)
/0/18949/coverorgin.jpg?v=515c3f1a85fa5f856ca8e7b776a4c52c&imageMogr2/format/webp)
/0/4087/coverorgin.jpg?v=b70aa021fa96d8da2f074b39da509320&imageMogr2/format/webp)
/0/8074/coverorgin.jpg?v=9ed9f0f8922d4de2e0e7ac5d9024b6ab&imageMogr2/format/webp)
/0/12866/coverorgin.jpg?v=fdaf1540e18d535e1b557aba64423218&imageMogr2/format/webp)
/0/23923/coverorgin.jpg?v=2d224c40b3d5b1ce9af3d3e5cf2a100a&imageMogr2/format/webp)
/0/27317/coverorgin.jpg?v=88f8db35377f1ad3234f3fa796b61b18&imageMogr2/format/webp)