/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
JAKARTA | INDONESIA| JAM 11 MALAM.
Gadis bermanik amber mendengkus kesal. Pasalnya dia sedang terburu-buru pulang, tetapi taksi yang ditumpanginya justru mogok. Gadis itu takut dimarahi oleh sang paman, karna pulang terlalu malam.
Grazella Elnara Wesley itu namanya, gadis dengan wajah penuh jerawat, dan berkacamata bundar itu, baru saja pulang dari rumah sakit. Dia harus menjaga adik tunggalnya, Giorgino Austin Wesley. Sang adik masih berusia 7 tahun.
Gio mengalami kelainan jantung, dan harus senantiasa, dirawat di rumah sakit. Kedua orang tua mereka, sudah meninggal 5 tahun yang lalu, karena kecelakaan.
Grazella nekat mengambil jalur cepat, dan melewati gang sempit yang gelap. Gadis itu sudah tidak tahan, menahan nyeri di bagian payudaranya. Karena seharian ini dia lupa memompa asi. Alhasil dadanya sangat besar dan kram.
Yah ... gadis berusia 20 tahun tersebut mengidap 'Galaktorea' kondisi di mana, tubuhnya kelebihan hormon, yang membuatnya bisa menghasilkan ASI. Masa bodoh, dengan desas-desus ada penunggu di sana. Gadis itu terus melangkah masuk.
Baru juga beberapa langkah, sayup-sayup Grazella mendengar ada suara erangan, kakinya sudah bergetar tak menentu. Gadis itu ingin berbalik dan berlari, tetapi kakinya justru lancang melangkah maju mengikuti suara tersebut.
Grazella berusaha mengambil ponselnya, karena gang itu sangat gelap, ditambah suara rintik hujan, menambah kesan horor.
"Aakkhhh!" Gadis itu tersandung sesuatu, dan terjatuh cantik di aspal.
"Sial. Apa'an sih, tadi?" Grazella mencari ponselnya yang terjatuh.
DEG!
"Aarrgggh!" Mata Grazella membola sempurna, saat menyinari benda yang membuatnya terjatuh. Di sana seorang pria tergeletak dengan badan penuh darah, dan wajah yang sudah babak belur, tangan gadis itu terlihat bergetar.
Grazella mendekati pria itu, dan menjadikan pahanya sebagai bantalan. Dia berucap dengan nada bergetar. "Ak-u harus bagaimana?"
Beberapa detik kemudian, mata pria itu perlahan terbuka. Grazella langsung menyambutnya dengan berbagai pertanyaan. "Kamu kenapa? Siapa yang melakukan ini?" Gadis itu memegang wajah sang pria, dan meneliti setiap lukanya.
Pria itu hanya diam, memperhatikan manik gadis di depannya ini.
"Bellissimo," ucapnya lemah.
'cantik,'
Setelah mengatakan itu, sang pria menutup matanya kembali.
"Aku tidak bisa mendengarmu, bisa lebih keras lagi." Grazella menggoyangkan badan sang pria.
Gadis itu terlihat khawatir. "Aduh ... berpikirlah, El. Kenapa otakmu jadi bodoh begini, sih!"
"Aduh, Om, Paman, atau siapa pun dirimu, ayo bangun donk! Jangan mati dulu! Nanti aku yang kena imbasnya! Lagian, kenapa kamu malah meninggalkan jejak di tubuhnya, El?"
Grazella menoleh ke kanan dan kiri. "Tidak ada orang lagi. Aduh, bagaimana ini? Ah, ya, nomor darurat!" Gadis itu segera mendial nomor 112 di ponselnya.
• • •
Mobil ambulans melaju dengan cepat, pria itu terlihat membuka matanya kembali. Dia melihat lekat wajah Grazella yang sedang fokus menghadap ke depan. Ponsel gadis itu terlihat bergetar. Dengan cepat, Grazella segera menggeser tanda hijau.
"Iya, kak Dicky kenapa, ya? Apa? Bagaimana bisa kak? Bukankah tadi Gio, baik baik saja? I- iya, aku segera ke sana sekarang." Grazella segera mematikan ponsel itu.
"Pak, kit-a mau ke rumah sakit mana, ya?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Mutiara Kasih, dek," jawab supir ambulans dengan cepat.
"Pak, lebih cepat lagi, ya pak." Gadis itu sangat khawatir dengan sang adik.
Beberapa saat kemudian, ambulans telah sampai, di depan loby rumah sakit. Grazella segera turun, saat akan pergi tangannya dicekal, oleh pria yang ia tolong. Grazella langsung menghempaskan tangan itu, dan segera pergi ke ruang inap adiknya. Pria itu menggeram kesal.
"Kamu tidak bisa lari dariku, baby girl! Mulai sekarang, kamu milikku!" batinnya dengan senyum menyeringai.
• • •
Grazella memegang tangan Gio dengan erat, dia merasa bersalah telah meninggalkan adiknya sendirian.
Satu panggilan masuk terdengar di ponsel sang gadis.
Grazella menghela napas kasar, pasti sang Aunty akan marah besar, karena dia tidak pulang. Grazella memilih mengabaikan panggilan itu.
Sudah 3 hari Grazella tidak berangkat kuliah, dia fokus untuk mengurus Gio, dia juga bolak-balik ke rumah, dan rumah sakit. Seperti saat itu, Grazella sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga pamannya.
/0/17059/coverorgin.jpg?v=5f6e058de49b1d2b018b68b106d57469&imageMogr2/format/webp)
/0/12672/coverorgin.jpg?v=e267e35c6f73324fb77bb52565e1bcfb&imageMogr2/format/webp)
/0/2268/coverorgin.jpg?v=a3c1f7a4009ad7bf3efbc70ca4e137fa&imageMogr2/format/webp)
/0/4605/coverorgin.jpg?v=dab066a6707c6150a790a9c3ad2c8dbf&imageMogr2/format/webp)
/0/4979/coverorgin.jpg?v=202feb7f1913b98ba89e87e8ab4c66a8&imageMogr2/format/webp)
/0/4056/coverorgin.jpg?v=0428bcf7dca705ee25be30e0599d8620&imageMogr2/format/webp)
/0/15065/coverorgin.jpg?v=28936aea89b55535db921173a459096c&imageMogr2/format/webp)
/0/15887/coverorgin.jpg?v=444c24431b82a18eaa8aeb3353a1cf76&imageMogr2/format/webp)
/0/18902/coverorgin.jpg?v=65d19d6cc8fd19ff0990ac7a6a74b941&imageMogr2/format/webp)
/0/2973/coverorgin.jpg?v=550ac1e3fa28eda53ad7e1a378adedce&imageMogr2/format/webp)
/0/2815/coverorgin.jpg?v=09c74eb17cf0732a58ed1c09fa79d188&imageMogr2/format/webp)
/0/6559/coverorgin.jpg?v=45d6c5c69d9d87862b83435260019af8&imageMogr2/format/webp)
/0/12500/coverorgin.jpg?v=befb16d69d2aa39dd63d3fea97482a83&imageMogr2/format/webp)
/0/7523/coverorgin.jpg?v=33c5d419b998dd6f026fd679deca3ce0&imageMogr2/format/webp)
/0/16864/coverorgin.jpg?v=adf95f7a3362026d360844632bb99819&imageMogr2/format/webp)
/0/16503/coverorgin.jpg?v=0a6f06fe1619a44b1ef011902c6cc2eb&imageMogr2/format/webp)
/0/2412/coverorgin.jpg?v=2f2d934aececc23f4d4e08a87a49b954&imageMogr2/format/webp)