/0/13690/coverorgin.jpg?v=34d407bff7def1b62c3b6d9da1a2d824&imageMogr2/format/webp)
“Siapa kalian? Kenapa kalian datang menyerang kami!” teriak Tuan Fandy menatap mereka dengan penuh tanda tanya.
“Lebih baik tidak usah banyak tanya sebab ini adalah hari terakhir kalian di dunia ini!” Mereka pun tertawa puas.
“Apa maksud kalian? Kenapa kalian ingin membunuh kami!”
“Itu urusan bos kami, bodoh!”
“Bos?” Tuan Fandy semakin bingung.
“Iya, beliau ingin Anda mati agar tidak mendapatkan warisan dari ayahnya.”
“Apa kamu bilang?” Tuan Fandy sangat terkejut mendengar penuturan para berandalan tersebut.
Kini Tuan Fandy tahu apa yang sedang terjadi dengannya, siapa yang menyuruh mereka untuk menghabisinya, tidak mungkin!
“Mas, apa perlu kita hubungi Danny agar ia lekas pulang,” ucap sang istri, seketika sorot mata para preman tertuju kearahnya.
“Tidak, dia tidak boleh datang, Han!”
“Kenapa, Mas? Danny kan bisa bela diri.”
“Tetapi, mereka semua bukan tandingannya. Danny dalam bahaya, Han!”
“Apa maksud kamu, Mas?”
“Hey, siapa itu Danny!” seru ketua diantara para preman tersebut.
“Kalian tidak perlu tahu, biar aku yang hadapi kalian!” tegas Tuan Fandy tidak ingin mereka tahu siapa Danny, sebab Tuan Fandy tahu siapa mereka.
Perkelahian pun terjadi diantara para preman dan Tuan Fandy, beliau berusaha melindungi sang istri yang juga menjadi incaran mereka.
Tuan Fandy meminta Rihana sang istri untuk menjauh.
“Bagaimana denganmu, Mas?”
“Jangan khawatirkan aku, Sayang. Cepat pergi dan lindungi Danny!” pinta sang suami membuat Nona Rihana dilemma.
“Cepat!” seru Tuan Fandy sembari melawan beberapa preman bertubuh besar.
Nona Rihana pun akhirnya berlari keluar dari rumahnya, berusaha mencari bantuan, namun sayang seribu sayang, salah satu preman berhasil menangkapnya, hingga beliau tidak mampu lari kemana-mana.
“Mau kemana, ha? Anda tidak bisa lari lagi.” Preman tersebut mencengkram tangan Nona Rihana kuat-kuat.
“Lepas!” Nona Rihana memberontak, namun tenaganya kalah telak dari preman tersebut.
“Beritahu aku siapa itu Danny!”
“Tidak mau! Aku tidak akan memberitahumu, puas!” tegas Nona Rihana dengan bola mata membulat sempurna.
“Kurang ajar!”
Brukkkkk!
“Rihana!” teriak Tuan Fandy melihat sang istri didorong keras hingga mengenai meja makan oleh preman tersebut.
“Akh!” Nona Rihana pun meringis kesakitan sembari memegangi punggungnya, rasanya remuk redam, hingga ia langsung ambruk, tidak mampu berdiri lagi.
“Cepat katakan, atau aku akan berbuat yang lebih kejam dari ini!” ancam preman itu.
Nona Rihana menggeleng, ia menaati perintah suaminya. Beliau pun dihampiri sang suami yang sudah babak belur.
Para preman pun murka dengan kegigihan mereka yang tidak mau memberitahu tentang siapa Danny itu. Mereka sama-sama menyerang Tuan Fandy dan Nona Rihana tanpa ampun.
Tuan Fandy yang begitu menyayangi sang istri memeluknya untuk melindungi tubuh wanita tersebut dari kerasnya kaki para preman.
Bugh! Bugh!
Berkali-kali para preman memberikan tendangan demi tendangan terhadap mereka berdua membuat Nona Rihana ingin menyerah dan memberitahu para preman tentang anaknya yang bernama Danny. Namun, Tuan Fandy melarangnya dengan keras, beliau tidak mau mereka juga membunuh Danny. Tuan Fandy berharap Danny tidak segera pulang.
“Dasar keras kepala!” umpat ketua preman.
“Kita tunggu saja orangnya di sini, bos. Yang penting mereka harus kita habisi terlebih dahulu,” usul anak buahnya.
Ketua preman tersebut pun tersenyum sinis, “Kamu benar juga. Ayo kita lakukan tugas kita!” jawabnya diangguki anak buahnya.
/0/14711/coverorgin.jpg?v=20250123120241&imageMogr2/format/webp)
/0/16949/coverorgin.jpg?v=20240311123014&imageMogr2/format/webp)
/0/17236/coverorgin.jpg?v=20240425200023&imageMogr2/format/webp)
/0/15831/coverorgin.jpg?v=0acf5d4ff51f5377a08ea3533dd47527&imageMogr2/format/webp)
/0/14914/coverorgin.jpg?v=20250123120431&imageMogr2/format/webp)
/0/5813/coverorgin.jpg?v=20250121171837&imageMogr2/format/webp)
/0/7410/coverorgin.jpg?v=20250122152112&imageMogr2/format/webp)
/0/30480/coverorgin.jpg?v=3f557f368c588506159b881d047a610e&imageMogr2/format/webp)
/0/30754/coverorgin.jpg?v=c5b59d3ea283e44bb31a8e037e192e76&imageMogr2/format/webp)
/0/16548/coverorgin.jpg?v=20240306140844&imageMogr2/format/webp)
/0/16214/coverorgin.jpg?v=bd3cc26a627eb974d7232f0cb9cd42dc&imageMogr2/format/webp)
/0/18334/coverorgin.jpg?v=db945eade520b56baff33476734b7333&imageMogr2/format/webp)
/0/18180/coverorgin.jpg?v=50bde00ea8f9f6849091efb21ba5ce23&imageMogr2/format/webp)
/0/19092/coverorgin.jpg?v=e5dfe54b49e546757ebf94e0e0fde06e&imageMogr2/format/webp)
/0/15671/coverorgin.jpg?v=74d2f39c3fb4e4db67973a2933f899b5&imageMogr2/format/webp)
/0/15368/coverorgin.jpg?v=199ea0e3a62e7a87c12cf428676dde62&imageMogr2/format/webp)