Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Suami Cacatku Ternyata Sultan

Suami Cacatku Ternyata Sultan

Ririichan

5.0
Komentar
7.1K
Penayangan
29
Bab

Pesta pernikahan yang sudah Vani rencanakan harus hancur tepat sehari sebelum akad dilaksanakan. Wisnu -calon suaminya- kedapatan berzina dengan Adel, sang adik. Namun, pesta pernikahan itu tetap berlangsung meskipun dengan berganti mempelai wanitanya. Marah, sakit, sedih dan kecewa begitu dirasakan Vani. Tak hanya sampai disitu, Vani pun terpaksa harus menikah dengan Gerry -kakak tiri Wisnu- demi membayar semua hutang yang telah Wisnu pinjam. Tapi siapa sangka, meskipun Gerry lumpuh, ternyata dia adalah ....

Bab 1 Pernikahan Yang Gagal

"Wisnu ... Adel ... apa yang kalian berdua lakukan?!" seru Pak Latif di tengah kerumunan para warga."

Ma ... maaf, Pak," ucap Wisnu sedikit tergagap. Wajahnya nampak pucat pasi melihat amarah yang begejolak di muka Pak Latif dan keluarganya.

Plak ! Plak!

Wisnu nampak memegang pipinya yang terasa terbakar karena tamparan tadi. Begitu pun dengan Adel. Nampak bekas merah telapak tangan dipipinya.

"Kalian ...." geram Bu Rina dan tangannya sudah mengangkat kembali hendak melayangkan tamparan lagi.

"Jangan! Jangan sakiti Adel lagi, Bu. Kami melakukan ini, atas dasar cinta," bela Wisnu sambil memeluk Adel yang hanya mengenakan tanktop dan celana pendek saja.

"Ci ... cinta? Jadi, selama ini kamu gak cinta sama aku, Mas?" tanya Vani yang ternyata ada dibelakang Bu Rina. Air mata yang sudah tak terbendung lagi, kini mulai menganak sungai di pipinya yang chubby.

"Kalau kamu cintanya sama Adel, kenapa kamu malah mau nikah sama Vani?! Pernikahan kamu itu, akan dilaksanakan besok Wisnu!" cecar Pak Leon --papa dari Wisnu--

"Aku terpaksa. Karena itu, permintaan dari Adel, Pah" ujar Wisnu kembali.

"Astagfirullah," ucap Vani beristigfar.

"Lagian, harusnya kamu tu sadar diri, Van. Gak level lah Wisnu sama kamu. Wisnu tu mendingan sama Adel. Kerjaan Adel juga enak, manager keuangan. Lah kamu? Cuma staff keuangan biasa. Udah gitu cuma diperusahaan kecil lagi," ucap Bu Wiwik yang tak lain adalah ibu kandung Wisnu.

Vani kembali beristigfar mendengar ucapan calon mertuanya itu. Sungguh, dirinya tak menyangka, bahwa orang yang begitu di cintai dan dihormatinya ternyata menusuknya dari belakang.

"Terus, gimana dengan pernikahan besok?" tanya Pak RT menengahi masalah mereka.

"Tetap berjalan, Pak. Hanya saja, mempelai wanitanya ganti jadi Adel bukan Vani," ucap Bu Wiwik segera dan mendapat anggukan dari Pak Leon juga Wisnu.

"Ya sudah, sekarang semua bubar. Besok kita kembali lagi, untuk membantu pernikahan Wisnu dan Adel," ucap Pak RT sambil membubarkan kerumunan warga.

Para warga pun akhirnya membubarkan diri. Sebagian dari mereka ada yang merasa iba dengan nasib Vani karena pernikahannya gagal karena ulah adik dan calon suaminya.

***

Keesokan harinya, pernikahan yang direncakanan Vani tetap berjalan sesuai rencana, hanya berganti mempelai wanita saja. Adel tampak cantik dan elegan dengan kebaya putih, konde kecil dan siger melati yang menghiasi kepalanya itu. Meskipun Vani tidak menjadi pengantin, namun Vani pun tampak terlihat cantik dengan balutan kebaya gold yang sudah disiapkan untuk adiknya kemarin. Vani nampak memperhatikan Adel yang sudah siap itu dari atas ke bawah 'Ini bukan kebaya yang aku pesan. Lagi pula, aku dan Adel itu beda ukuran baju. Baju itu nampak pas di badan Adel, harusnya kan lebih sempit?' kata Vani membatin.

Vani yang merasa janggal dengan kebaya itu, memutuskan untuk pergi ke lapangan tempat pesta pernikahan itu dilaksanakan. Kebetulan, pernikahan itu akan dilaksanakan di lapangan samping rumahnya. Betapa terkejutnya Vani, saat melihat di pintu masuk sudah terpajang foto prawedding Adel dan Wisnu, seakan mereka memang telah mempersiapkan semuanya. Vani pun lalu menelusuri dekorasi itu menuju pelaminan kedua mempelai. Namun, lagi dan lagi semua telah berubah. Dia ingat betul bahwa semalam, nama dipelaminan itu masih namanya dan Wisnu, tetapi sekarang sudah berubah menjadi Adel dan Wisnu.

'Apa mereka telah merencanakan semuanya?' guman Vani dalam hati.

Tak lama, iring-iringan calon mempelai pria pun datang. Wisnu pun tampak gagah dan tampan dengan balutan jas putih yang senada dengan kebaya yang dipakai Adel untuk akad. Senyum sumringah pun tampak menghiasi wajahnya, seakan dia lupa akan kejadian semalam.

Vani pun memilih untuk menghindari iringan itu dengan melangkah menuju kursi di pojok belakang. Setelah semua sambutan selesai, tibalah Wisnu mengucapkan kalimat ijab kabul.

"Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Dwi Latif binti Mario Latif, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Saahhhh ...."

Ucapan para saksi mampu meruntuhkan pertahanan air mata Vani yang sudah tak terbendung lagi. Lagi, dia kembali menangis mendengar Wisnu yang begitu tegas dan lantang mengucapkan ikrar akad itu. Seakan mampu membuat dunianya hancur berkeping-keping.

Rasa marah, kecewa, dan sedih menyatu dalam diri Vani. Ingin rasanya dia mengacak-acak pelaminan itu agar mereka tau bagaimana sakitnya hatinya tetapi diurungkannya karena dia masih menghormati kedua orangtuanya.

'Aku harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi, karena semua nampak janggal jika disebut kebetulan semata,' gumam Vani kembali meyakinkan hatinya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah Adel dan Wisnu menuju pelaminan, Vani pun segera berlalu dari pesta tersebut. Hatinya sakit dan hatinya hancur, tetapi tak ada satu pun yang mengerti dirinya. Semua nampak merasa bahagia dan senang dengan pesta pernikahan itu.

Vani terus berjalan menuju kamarnya. Setibanya di kamar, dia menangis sejadi-jadinya dan membuang semua yang ada didekatnya, 'Tuhan ... kenapa ini tak adil untukku?' seru Vani sambil terisak didalam kamarnya. Vani terus menangis dan kemudian terlelap karena lelahnya menangis.

***

Pesta pun berjalan sebagaimana mestinya, meskipun beberapa tamu undangan yang hadir merasa penasaran karena mempelai wanitanya berganti terutama teman-teman Vani. Yang awalnya mereka ingin memberi kejutan untuk Vani, diurungkannya saat mengetahui jika yang menikah itu bukan Vani melainkan adiknya.

Pesta pernikahan selesai pukul 15.00. Saat itu juga, Vani baru terbangun dari tidurnya. Saat melihat jam di dinding, sungguh dia kaget karena dia sudah tidur seharian, dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi keluar kamar menuju kamar mandi untuk mandi dan berwudhu serta mengerjakan solat Ashar dan Dzuhur yang tadi dia tinggalkan.

***

Malam harinya, semua keluarga berkumpul termasuk keluarga Pak Leon --papa Wisnu-- untuk makan malam bersama. Setelah makan malam selesai, Wisnu dan Adel pun nampak bergegas masuk ke dalam kamar mereka lalu keluar lagi membawa 2 buah koper yang berukuran sedang.

"Pak, Bu, Mah, Pah kita berdua ijin pamit mau bulan madu dulu ya. Ga lama kok, paling cuma seminggu," pamit Wisnu kepada kedua orangtuanya dan orangtua Adel.

"Bulan madu? Kaya udah direncanain banget ya?" sindir Vani kepada mereka berdua. Keduanya nampak diam dan gelagapan karena tak tahu harus bilang apa.

"Itu hadiah dari kakak tirinya Wisnu. Kenapa? Kamu curiga?" ucap Bu Wiwik -ibu dari Wisnu- segera.

"Ooh" ucap Vani. 'Pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan, dan aku harus tahu' batin Vani.

Setelah mendengar itu, Wisnu dan Adel pun bergegas pergi, seperti tidak mau berlama-lama bertemu Vani.

***

Keesokan harinya, saat Vani sedang bersantai di rumahnya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Vani pun segera bergegas untuk membuka pintunya.

"Permisi. Dengan Ibu Vani?" tanya seorang pria dengan tubuh tegapnya dan suara bariton yang membass.

"Iya, saya sendiri. Bapak siapa ya? Dan ada perlu apa?" tanya Vani kembali, karena Vani tak mengenal mereka.

"Kami dari Koperasi Persada, ingin menagih hutang Bapak Wisnu. Tadi saya sudah kerumah beliau, kata orang rumah disuru kesini bertemu Ibu Vani," jawab pria tersebut.

"Hutang? Hutang apa Pak? Saya tak paham?" jawab Vani penasaran.

"Ini bu tagihanya. Bisa dilihat. Katanya, akan dilunasi hari ini," ujar sang pria.

"Astagfirullah ... untuk apa semua ini?" ujar Vani saat melihat tagihan itu. Lutut Vani tampak lemas dan kemudian terduduk di lantai.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Godaan Sang Mantan

Godaan Sang Mantan

Romantis

5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusan," bisik Willem. Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegakkan punggungnya, menatap Marina dengan penuh cinta di bawah kendalinya. "Tapi sakit, jangan terlalu keras... ahhh," ucap Marina. Belum selesai ia berucap, tiba-tiba ia mendesah saat Willem menghentakkan pinggul dengan lembut. "Ahhh..." *** Seiring berjalannya waktu, Marina semakin yakin bahwa keputusannya untuk menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya, Willem Roberto, adalah langkah yang tepat. Luka yang dalam akibat keputusan Willem di masa lalu membuat Marina merasa hancur dan ditinggalkan begitu saja setelah ia menyerahkan segalanya kepadanya. Meski Marina berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi Willem, takdir mempertemukan mereka kembali setelah tujuh tahun berpisah. Pertemuan ini tidak bisa dihindari, dan Marina pun merasa tergoda oleh pesona mantan kekasihnya. Walaupun hatinya masih terluka, Marina terbawa dalam nostalgia dan hangatnya kenangan masa lalu. Keduanya larut dalam kenangan manis dan berbagi momen intim di dalam kamar hotel. Willem terus menggoda Marina dengan daya tariknya yang memikat, membuat wanita itu sulit untuk menolaknya. Marina pun berada dalam kebimbangan, diantara kerinduan akan cinta yang dulu dan ketakutan akan luka yang mungkin kembali menghampirinya. Kisah cinta Marina dan Willem kembali terjalin, namun kali ini dipenuhi dengan ketidakpastian dan keragu-raguan. Marina harus segera memutuskan apakah ia akan terus terjebak dalam kenangan yang menyakitkan atau memilih untuk bangkit, memperbaiki diri, dan menempatkan kebahagiaannya di atas segalanya.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku