Kembalinya Arsitek Hebat Bernama Diah

Kembalinya Arsitek Hebat Bernama Diah

Gavin

5.0
Komentar
Penayangan
10
Bab

Di ulang tahun pernikahan kami yang kelima, aku berdiri gemetar memegang test pack positif, siap memberikan kejutan terindah untuk suamiku. Namun, kejutan itu berbalik menamparku saat aku melihat Bara justru sedang memeluk mesra sepupuku sendiri, Fathia, di ruang kerjanya. "Diah itu membosankan, sayang. Dia cuma pajangan rumah yang patuh, tidak ada gairah," kata Bara dengan nada meremehkan yang belum pernah kudengar sebelumnya. Saat Fathia khawatir aku akan hamil, Bara tertawa dan berkata, "Tenang saja, dia tidak hamil. Lagipula, dia terlalu sibuk dengan hal tidak penting." Darahku mendidih, tapi aku menahan diri untuk tidak melabrak mereka saat itu juga. Aku menyimpan kembali alat tes kehamilan itu ke dalam kotak beludru. Bara tidak pantas tahu bahwa dia akan menjadi ayah. Aku menghapus air mataku dan memasang topeng senyum terbaikku. Aku akan bersandiwara menjadi istri sempurna selama tiga hari terakhir ini, lalu menghilang selamanya dari hidup mereka dengan membawa serta anakku.

Bab 1

Di ulang tahun pernikahan kami yang kelima, aku berdiri gemetar memegang test pack positif, siap memberikan kejutan terindah untuk suamiku.

Namun, kejutan itu berbalik menamparku saat aku melihat Bara justru sedang memeluk mesra sepupuku sendiri, Fathia, di ruang kerjanya.

"Diah itu membosankan, sayang. Dia cuma pajangan rumah yang patuh, tidak ada gairah," kata Bara dengan nada meremehkan yang belum pernah kudengar sebelumnya.

Saat Fathia khawatir aku akan hamil, Bara tertawa dan berkata, "Tenang saja, dia tidak hamil. Lagipula, dia terlalu sibuk dengan hal tidak penting."

Darahku mendidih, tapi aku menahan diri untuk tidak melabrak mereka saat itu juga.

Aku menyimpan kembali alat tes kehamilan itu ke dalam kotak beludru. Bara tidak pantas tahu bahwa dia akan menjadi ayah.

Aku menghapus air mataku dan memasang topeng senyum terbaikku.

Aku akan bersandiwara menjadi istri sempurna selama tiga hari terakhir ini, lalu menghilang selamanya dari hidup mereka dengan membawa serta anakku.

Bab 1

Diah (POV):

Di ulang tahun pernikahan kelima kami, aku memegang tes kehamilan positif di tangan, sebuah kejutan yang seharusnya mengubah segalanya. Tapi yang kutemukan adalah suamiku, Bara, di pelukan sepupuku sendiri, Fathia. Mereka tidak tahu aku mendengar setiap kata menjijikkan yang keluar dari mulut mereka.

Bau kopi segar memenuhi dapur, seperti pagi-pagi kami sebelumnya yang penuh kehangatan yang semu. Aku berdiri di depan cermin, mengelus perutku yang masih rata. Ada kehidupan baru di sana, rahasia kecil kami yang akan kuberikan sebagai hadiah ulang tahun pernikahan. Aku sudah membayangkan wajah Bara, matanya yang biasanya dingin akan meleleh menjadi kelembutan.

Tes kehamilan itu, dua garis merah yang begitu jelas, tersembunyi rapi dalam kotak beludru di laci meja rias. Aku ingin momen ini sempurna. Hadiah termanis untuk pria yang kucintai, yang telah kuberikan segalanya. Termasuk karier arsitek interior gemilangku.

Ponsel Bara berdering lagi di ruang kerja. Suaranya terdengar terlalu pelan, terlalu hati-hati. Aku tahu nada itu. Nada yang selalu dia pakai, bukan untukku. Itu adalah nada yang sama saat ia berbicara dengan rekan bisnisnya, dengan nada yang penuh taktik dan manipulasi halus. Tapi ini bukan rekan bisnis. Aku mendengar samar-samar suara tawa seorang wanita, cempreng dan manja. Fathia.

Aku berjalan mendekat, langkahku tanpa suara di atas karpet tebal. Pintu ruang kerjanya sedikit terbuka. Aku melihat Bara. Dia bersandar di meja, ponsel di telinganya. Ada senyum di bibirnya yang tidak pernah ia tunjukkan kepadaku lagi. Senyum itu, dulu milikku.

"Apa yang kau inginkan sekarang, sayang?" tanyanya, suaranya licin seperti minyak. "Kau tahu, Diah terlalu membosankan. Dia seperti pajangan rumah yang patuh. Tidak ada gairah."

Jantungku seperti ditusuk jarum es, dingin dan sakit. Kata-kata itu, diulang-ulang di kepalaku. Pajangan rumah yang patuh. Membosankan. Aku bukan Diah yang sama lagi, Diah yang dulu penuh mimpi dan ambisi. Aku adalah Diah yang ia bentuk, istri yang sempurna di matanya. Tapi itu tidak cukup.

Aku mundur selangkah, menahan napas. Suara Fathia terdengar lagi, merengek manja. "Aku ingin Bara. Aku ingin Bara menemaniku ke pesta itu. Diah pasti akan memamerkan kehamilannya."

Bara tertawa, tawa yang membuat perutku mual. "Oh, Fathia. Kau ini lucu sekali. Diah tidak hamil. Kami sepakat untuk menunda. Lagipula, dia terlalu sibuk dengan kegiatan sosialnya yang tidak penting itu."

Darahku serasa membeku. Dua garis merah di laci meja riasku, bukti nyata masa depan yang baru saja Bara hancurkan. Dia bahkan tidak tahu. Atau lebih tepatnya, dia tidak peduli.

Aku merasakan kepalaku berdenyut. Suara mereka terus mengalir, seperti racun yang meresap ke setiap pori-pori kulitku. Bara terus meremehkanku, merendahkanku di hadapan Fathia, sepupu yang kubiayai kuliahnya. Fathia, yang dulu memohon bantuan sambil menangis di depanku, kini tertawa mengejekku di belakang punggungku.

Aku tidak berhak marah. Aku yang memilih jalur ini. Aku yang menimbun ambisiku demi menjadi "istri penurut". Tapi kebencian itu, pahit dan tebal, memenuhi tenggorokanku. Aku harus menelan semuanya. Aku adalah Diah Darwis, wanita yang tidak mudah meledak.

Aku merasakan tangan kananku gemetar. Sebuah kekuatan aneh, seperti naluri, muncul dalam diriku. Aku harus memastikan ini. Aku harus melihat dengan mataku sendiri, mendengar dengan telingaku sendiri. Aku menarik napas dalam, menstabilkan diri.

Ini bukan kemarahan yang membakar. Ini adalah ketenangan yang menakutkan. Aku akan tahu. Dan aku akan pergi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya
Penolakan Sang Luna: Hancurnya Hati Alpha Vincent

Penolakan Sang Luna: Hancurnya Hati Alpha Vincent

Likantrof

5.0

Ayahku menjualku kepada Alpha Vincent sebagai "Kontrak Disiplin", menjadikan aku bukan sebagai Mate yang dihormati, melainkan tawanan yang disembunyikan di gudang berdebu. Namun, neraka yang sesungguhnya dimulai saat Isabel, wanita licik yang ia puja, datang menginvasi hidupku. Isabel memalsukan penyerangan dan menuduhku sebagai pelakunya. Tanpa mendengar penjelasanku, Vincent menyeretku ke penjara bawah tanah dan merantaiku dengan perak murni—racun paling mematikan bagi kaum kami. Saat kulitku melepuh dan mendesis terbakar oleh lilitan rantai, Vincent justru melakukan hal yang paling kejam. Dia melelang kalung peninggalan almarhum ibuku tepat di depan mataku. "Vincent, belikan itu untukku," rengek Isabel manja. "Anjingku butuh kalung baru." Tanpa menatapku, Vincent memberikannya. "Terjual untuk Isabel." Hancur. Bukan hanya tubuhku, tapi juga jiwaku. Mereka menertawakanku, menyebutku jalang yang tidak berguna, sementara aku menahan rasa sakit dari *Silver* yang menggerogoti tulangku. Vincent tidak tahu satu hal. Darah yang ia tumpahkan malam ini bukanlah darah Omega lemah. Itu adalah darah *White Wolf*, serigala paling langka dan suci yang memiliki kekuatan penyembuh mutlak. Di ambang kematian, aku mendongak, menatap mata pria yang dulu kucintai itu dengan tatapan kosong. "Saya, Sofia Permana..." Vincent tertegun, matanya membelalak melihat aura putih menyilaukan yang tiba-tiba meledak dari tubuhku, melelehkan rantai besi itu. "...menolakmu, Vincent Dirgantara, sebagai Mate-ku." Malam itu, saat dia meraung kesakitan karena putusnya ikatan jiwa kami, aku bangkit dari abu, membakar penjara itu, dan berlari menuju takdirku sebagai Luna di Pack lain yang jauh lebih kuat.

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku