Kembalinya Arsitek Hebat Bernama Diah
h (
na Bara. Senyumku tak pernah pudar, tanganku selalu siap menggenggam tangannya, telingaku siap mende
telah kucoba pertahankan. Besok, aku akan pergi. Dan Bara akan membayar mahal untuk semua kebohongan dan pengkhianatannya. H
ku. "Kau mau kemana, Diah?" tan
bil minum, Bara," katak
dak perlu. Aku punya sesuatu
ak melawan. Aku membiarkannya memimpin. Ini adalah s
up mataku dengan saputangan sutra miliknya. Aroma p
kan, Bara?" tanyak
n kita. Kau pasti menyukainya," katanya, suaranya dekat
Mesin mobil menyala. Aku tidak tahu kami akan pergi kemana. Aku h
," bisiknya. "Hitun
terbuka. Bara membimbingku keluar. U
ga.
ua
at
aku mengerjap, menyesuaikan diri
gedung pencakar langit tertinggi di kota, di sebuah helipad pribadi yang dihias dengan lilin dan bunga mawar me
," bisik Bara di telingaku, memelukku dari b
pernikahan kami. Lima tahun. Lima tahun aku mencurahkan hidupku, mimpi
ang sia-sia,'
a?" tanyanya, suaran
nya. "Ini indah, Bara. Sangat indah.
a, mencoba menciumku. Aku menoleh sediki
mecah keheningan, memecah ilusi romantis yang baru saja
nya membulat sedikit saat meliha
yikan ponselnya, tapi
ra?" tanyaku,
saat. "Ah, ini... ini
menjauh dariku, untu
ya di sini?" tanyaku, nadak
r penting. Sebentar saja," ka
k. "Ada apa, Fathia? Kenapa kau meneleponk
kipun samar. "Aku... aku tidak e
ustrasi. "Baiklah, baiklah. Aku
enghadapku. Wajahnya terlihat bersalah
usan mendesak," katanya. "
nunjuk ke meja makan ya
Kau bisa menunggu di sini, kan?"
dinginnya dengan es. "Tentu sa
bibirku sekilas. "Ak
tidak menyadarinya. Di
apkan. Nanti aku akan menyusulmu," katanya
u berbalik dan bergegas pergi, meninggalkan ak
bawanya pergi. Aku tahu dia tid
ekali. Tapi lebih indah lagi masa
baru saja masuk. Sebuah alamat. Sebuah nama.
nyikan semuanya dariku, Bara
s melihatnya. Sekali lagi