Kembalinya Arsitek Hebat Bernama Diah
h (
nyakitkan. Tapi aku harus. Aku harus melihat dengan mataku sendiri. Untuk memast
jauh, di balik pohon-pohon rindang, agar tidak terlihat. Aku tahu apartemen ini. Bara membeli
hitam. Aku punya kartu akses untuk apartemen ini. Bara mem
sesuatu di ponselku. Aku melihat CCTV. Aku tahu B
ana, di depan pintu apartemennya, aku mendengar suar
sekali? Aku kedinginan
kata Bara, suaranya terdengar jengkel. "Dia itu
dam. Polos. Merepotkan. Aku tidak pernah
a mendengar lebih jelas. Ada
an untuknya sebagai hadiah ulang tahun. Gaun itu pas di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang m
athia,' pikirku, hati
" kata Bara, mengelus rambut Fathia. "Kau tahu,
berbinar. "Kau tidak akan pernah meninggalka
kening Fathia. "Diah... dia hanya paj
ntah. Kata-kata itu, diucapkan dengan begitu mudah oleh
-bintang, dia berlutut, memegang tanganku. "Kau adalah satu
ata. Kini, kata-kata itu terasa s
h,' pikirku. '
ceraikan Diah? Aku ingin menjadi Nyonya Atmawijaya. Aku
akan indah pada waktunya. Aku sudah menyiapka
ah dia tahu tentang kehamilanku?
thia, bibirnya mengerucut. "Aku ingin ka
Bara, matanya berkilat nakal. "Bagaimana kalau
Bara, kau yang terbaik!" Dia melingkarkan t
k Fathia, suaranya penuh godaan
merespons. Matanya menggelap, napasnya
ara?" Fathia menggigit bibir
ah Bara, suaranya
tu yang ingin kutunjukkan padamu. Sesuatu yang akan m
alisnya. "Oh ya?
tidak bisa kudengar. Tapi ekspresi Bara tiba-t
yanya, suaranya
n sebuah amplop dari saku gaun tidu
tanya membaca dengan cepat. Sebuah senyum perlahan muncul di waj
atanya, memeluk Fathia erat. "Kau
uh kemenangan. "Jadi, kau aka
Fathia penuh gairah. "Kita akan memil
Bara, tapi di jantungku. Rasanya sepe
amil. An
, di ambang pintu apartemen. Fathia mengalungkan kakinya di pinggang Bara. Ba
ku tidak bisa bernapas. Rasa sakit itu, lebih parah d
hun pengorbananku. Dan sekarang, dia akan memiliki anak dengan wanita
t. Aku terisak, berusaha menahan suara agar
n membiarkan mereka menikmati kemenangan palsu mereka. Dan aku akan membangun h
punggung tangan. Aku harus kua
dalam hati. 'Kau tidak akan perna
nuju lift. Langkahku, mesma," bisikku pada diriku sendiri. "Se