Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Suara dentuman musik yang begitu memekakkan telinga terdengar sangat kuat di dalam bangunan yang orang-orang kenal sebagai diskotik. Banyak pasangan muda mudi yang tengah menari di lantai dansa untuk menikmati panasnya malam ini.
Tak hanya di lantai dansa, di meja bar dan beberapa sofa yang disediakan pun penuh dengan pengunjung yang ingin menghabiskan malam di tempat tersebut. jika diperhatikan lebih detail, di sudut bar yang cukup gelap bahkan ada seorang wanita yang sedang asik menghisap kejantanan seorang pria. Panas? Tentu saja. Tak ada yang bisa melarang mereka.
Dan salah satu pengunjung bar adalah Renata. Gadis manis berusia dua puluh tahun yang malam ini sangat ingin menghabiskan waktunya ditempat penuh maksiat tersebut.
Kali ini gadis itu datang untuk melenyapkan beban pikirannya karena baru saja ia diputuskan oleh sang pacar. Ditinggalkan karena perempuan lain baginya begitu menyakitkan. Apalagi alasan sang kekasih meninggalkannya Hanya karena ia yang tak mau melepaskan mahkota berharganya yang selalu dituntut oleh kekasihnya tersebut.
Ya. Sang pacar sangat ingin keperawanannya yang dijadikan sebagai bukti perasaan sayang. Apa harus berhubungan intim dulu agar bisa dianggap sayang?
"Wine nya lagi..." teriak Rena yang sudah mabuk.
Pria yang sedari tadi sibuk membersihkan gelas dan menyajikan minuman untuk pelanggan di balik meja bar nya seketika menyipit menatap Rena.
"Maaf nona, anda sudah sangat mabuk." Ucap sang bartender.
Rena melirik bartender itu dengan tatapan tak suka. "Hei. Aku pelanggan di sini. Kau ingin aku laporkan pada atasanmu?"
Sang bartender hanya geleng-geleng kepala melihat Renata yang sudah nyaris pingsan namun masih bersikeras untuk minum.
Ia sebenarnya sudah terbiasa melayani Rena di sini, namun untuk mabuk berat seperti ini baru kali ini. Karena ia Malas untuk berdebat, akhirnya pria itu memberikan minuman yang diminta oleh Rena untuk bisa diteguk oleh gadis tersebut.
Rena menggapai gelas minumannya, namun selalu meleset. Ia melihat gelas itu berubah menjadi tiga yang membuatnya sulit untuk menggenggam.
"Kau mengejekku? Aku ingin mengambil gelasku kenapa kau menggesernya?" teriak Rena.
"Sudah kukatakan, kau sudah mabuk berat nona.. Aku tak menggesernya.."
"Diam kau. Jangan urus aku. Urus saja pekerjaanmu!" Teriak Rena kembali. Namun sedetik kemudian gadis itu menangis histeris, membuat beberapa pengunjung yang ada di sebelah Rena melirik miris kearahnya.
"Jangan perhatikan dia. Dia selalu seperti itu.." ucap bartender saat melihat wanita disebelah Renata sudah menatap Rena heran.
"Dia pelanggan di sini?" tanya si wanita. Bartender itu hanya mengangguk sekali untuk mengiyakan.
"Oo pantas.." balasnya singkat.
"Hampir setiap malam gadis ini di sini. Tapi biasanya ia bersama kekasihnya, tapi sekarang sendiri."
"Sepertinya putus cinta."
Rena langsung menatap tajam gadis di sampingnya, "Kau! Siapa yang kau sebut sedang putus cinta?" Teriak Rena. Rena hendak berdiri namun tak bisa. Kepalanya begitu berat.
Sementara itu dari arah pintu masuk, seorang pria berpakaian santai masuk ke dalam. Ia melirik dan mencari seseorang yang seharian ini sudah mengganggu tidur nyenyaknya.
Ia menajamkan matanya saat ia menelisik satu demi satu pelanggan yang ada dan netranya menemukan seorang gadis mabuk duduk di kursi meja bar.
"Kau nona kecil yang menyebalkan!" gumam pria tersebut saat matanya akhirnya menangkap sosok yang ia cari. Dengan perasaan kesal, ia melangkah menuju Rena yang sudah tak sadarkan diri.
"Kau menyusahkan sekali nona kecil.." ucap sang pria saat ia sudah sampai di sebelah Rena sudah mabuk berat itu.
"Kau datang Ervin? Syukurlah. Bawalah gadis ini pergi. Aku takut dia mengacau disini." Ucap bartender pada pria yang dipanggilnya Ervin tersebut.
"Dia sudah mengacaukan hariku Farel, kau tahu? Orangtuanya menelponku dan mengatakan gadis kecilnya menghilang dan minta untuk dicari saat itu juga." Curhat Ervin pada Farel sang bartender.
Bahkan Ervin terlihat kesal saat ia menceritakan apa yang terjadi padanya.
Farel seketika tertawa, ia tak tega melihat sahabatnya itu disiksa oleh gadis di depannya ini. "Aku akan membawanya." Ucap Ervin.
"Silahkan. Daripada dia mengacaukan bar ini.." jawab Farel dengan tampang menyebalkannya.
Ervin menatap Renata yang sudah terlelap. Sesekali ia menggeleng melihat tingkah Renata yang bergumam tak jelas. "Huuh! Ayo kita pulang nona.." Ervin mengangkat lengan Rena dan melingkarkan di lehernya, menarik Renata kebelakang agar gadis itu terbaring dan langsung ia tangkap. Setelah aman, Ervin memasukkan tangan kananya pada bagian bawah lutut Rena dan langsung mengakat gadis itu.
"Hati-hati bro, dia nyaris menghabiskan tiga botol wine. Jaga mobil mahalmu agar tak dimuntahkan.." teriak Farel sembari tertawa membuat Ervin mendelik jengkel.
Bobot tubuh Rena yang tak terlalu berat, memudahkan Ervin untuk membawa gadis itu menuju mobilnya. Sedangkan untuk mobil Rena, ia akan meminta sopir dari keluarga Rena yang menjemputnya.
*****
Matahari mulai menyapa. Kicauan burung sudah mulai saling bersahut-sahutan untuk menciptakan melodi sendiri di hari ini. cahaya matahari yang menyilaukan, dengan tak sopannya menyelinap masuk melalui celah gorden kamar Rena dan tepat mengenai wajah gadis tersebut.
Rena merasa terusik dan mulai menggeliat. Namun dengan cepat ia menyentuh kepalanya yang terasa sangat sakit. Kepalanya seperti ditusuk jarum membuatnya sulit untuk membuka mata.
Sebisa mungkin Rena mencoba menormalkan tubuhnya dan sedetik kemudian ia dibuat kaget dan langsung terduduk saat netranya melihat sang mami sudah berdiri dengan tangan dilipat ke dada.
"Sudah bangun nona manis?" ucap Mirna yang mulai jengkel dengan kelakuan sang anak.
Renata yang sadar dengan gaya bicara mami nya langsung tersenyum menampakkan semua gigi rapinya, "Eh Mami. Kok pagi-pagi udah datang aja mi..." ucap Rena dengan senyum manisnya.
Mendengar perkataan sang anak, Mirna langsung memajukan tangannya dan menarik kuping sang anak membuat Rena berteriak kesakitan.