"Gue pengen 10 unit mobil Lamborghini dengan kualitas brended dan bergengsi, 20 motor sport keluaran baru, 15 rumah mewah yang dibangun dengan emas yang mengkilat. Gimana?"
Mata Denias pun seketika dibuat membelalak sempurna oleh penuturan seorang pria yang sebelumnya sempat ingin mengakhiri hidup-nya gara-gara dibully miskin itu. Pria dengan pakaian yang sudah hampir mendekati kata gembel itu pun, tampak tersenyum dengan memperlihatkan gigi-gigi hitam-nya.
Beginikah cara manusia berpikir? Sungguh, hal ini benar-benar diluar dugaan Denias. Sebab, sebenarnya Denias juga memilih untuk menargetkan pria gembel itu tentunya bukan tanpa alasan. Melainkan akibat pria itu yang tampak akan bunuh diri dan benar-benar telah kehilangan harapan akan dunia dan kehidupannya lagi. Jadi, Denias pikir jika pria itu memang telah putus asa, pastinya akan dengan mudah bukan? Bagi Denias untuk memerintahkan pria itu agar menandatangi kontrak dengan dirinya.
Terlebih lagi, biasanya orang-orang yang sudah putus asa dengan hidupnya. Jika diberikan satu kesempatan lagi, tentunya mereka pasti hanya akan meminta kebahagiaan terus terjadi di sisa hidup mereka. Lalu, kehidupan mereka hingga akhir hayat itu bisa berkecukupan.
Akan tetapi, bagaimana dengan pria putus asa yang ada di hadapannya saat ini? Sepertinya sekarang Denias telah salah dalam menentukan target sasaran untuk kesekian kalinya.
Yang benar saja! Mungkinkah Denias harus mengeluarkan banyak uang demi mempertahankan pria gembel itu? Tidak! Sungguh, keputusan ini bukanlah suatu opini yang merujuk pada kebenaran, tentunya.
"Tunggu, Bapak Boni! Bukankah tadi anda sudah akan menyerah pada hidup ini? Tapi, kenapa sekarang anda justru meminta barang-barang yang begitu mahal itu kepada saya?" tanya Denias yang ingin mendengarkan alasan mendasar sang pria gembel itu.
Kembali, pria gembel yang bernama Boni itu, menunjukkan sederet gigi tak rapi-nya kepada Denias.
"Benar sekali. Awalnya gue emang udah bertekad buat bunuh diri aja. Karena ngerasa gak sanggup kalo harus tetap bertahan hidup saat orang-orang nge-hina gue yang miskin ini. Mereka selalu ngebanding-bandingin gue sama gaya hidup mereka. Gue dikucilkan. Hati gue bener-bener sakit saat orang-orang bilang gue gembel," jelas Boni yang sepertinya lebih tepat dikatakan sebagai curcol. "Lu kan emang gembel!" sahut Denias dalam hatinya.
Denias pun sekarang tampak memokuskan dirinya untuk memperhatikan dan mendengarkan secara baik-baik setiap gerakan serta penuturan yang dikatakan oleh Boni.
"Gue emang udah mau nyerah sama keadaan dan hidup gue yang sial ini. Tapi, pas lo nemuin gue. Terlebih lagi, lo bilang lo iblis yang pengen buat perjanjian kontrak sama gue. Yah, gue gak bisa nolak ini dong. Iblis kan bisa lakuin apa aja, jadi kesempatan banget dong buat gue, minta apa aja yang gue pengen. Lagipula apa berat-nya sih permintaan gue. Cuman beberapa barang doang. Lo kan iblis, bisa dong tinggal petik jari langsung nongol in benda-benda yang gue minta," sambung Boni yang sekarang semakin memperpanjang lebar senyumnya.
Apa?! Modal petik jari bisa keluar in mobil-mobil?! Sungguh! Mendengar penuturan itu, ingin sekali rasanya Denias melempar tubuh pria gembel itu ke dalam laut merah, sekarang juga!
Adegan-adegan tak masuk akal itu tentunya hanya ada dalam kartun dan dongeng-dongeng yang tentunya hanyalah sebuah fantasi belaka.
'Dasar manusia idiot! Mata duitan!' batin Denias yang mulai mengeluarkan kata-kata makian-nya.
Tidak tau lah manusia itu! Bahwa sebenarnya jika iblis memberikan sesuatu kepada manusia, maka semua itu akan dipotong dari gaji yang biasanya diberikan setahun sekali pada seluruh iblis-iblis oleh raja mereka.
Lalu, semua gaji itu juga tergantung dari seberapa banyak mereka bisa melakukan perjanjian kontrak dengan manusia. Semakin banyak kontrak akan semakin besar gaji yang di dapat tapi jika tidak mendapatkan kontrak seperti Denias yang tidak pernah mengerjakan pekerjaan dari Raja itu, maka tidak akan ada sepersen pun iblis itu mendapatkan gaji.
Untunglah, Denias terlahir dari keluarga yang harta-nya tidak akan habis meski tujuh turunan, mengkorupsi-nya. Terlebih lagi, Denias adalah anak tunggal. Kedua orang tuanya telah meninggal semenjak beratus-ratus tahun yang lalu. Maka dari itu, Denias akhirnya merasa tidak perlu dengan uang gaji dari Raja. Sebab, harta di rumahnya saja sudah banyak. Lalu, untuk apa lagi ia bekerja?
Denias pun lalu mengalihkan tatapannya sejenak kepada pria gembel yang ada di hadapannya itu.
"Baik. Silahkan anda cari saja iblis yang lain. Yang bisa memenuhi seluruh nafsu iblis anda itu!" tekan Denias.
Setelah itu, Denias pun lalu melangkah pergi, meninggalkan pria gembel yang sudah kehilangan akal sehatnya itu. Daripada semua uang dan pikirannya akan terkuras sia-sia oleh pria gembel itu. Keputusan untuk meninggalkan pria itu pergi, menurut Denias adalah keputusan yang sudah paling tepat.
"Eh! Iblis! Lo mau kemana?! Kan lo mau tanda tangan gue! Sini! Gue tanda tanganin tapi lo harus janji kasih gue barang-barang yang gue minta dulu. Baru gue tanda tangan," tutur Boni dengan sedikit menaikkan nada suara-nya.
Namun, Denias. Pria itu justru tampak tak perduli lagi dengan ocehan pria gembel itu. Yang pasti, sekarang Denias harus mencari tempat yang bisa membuat dirinya menjadi tenang.
Hingga jika bisa, Denias melupakan segala kegagalan yang ia dapatkan 2 hari belakangan ini.
****
Di lain sisi, seorang gadis kini tampak berdiri secara tiba-tiba dari sofa ruang tamu-nya. Tatapan mata-nya yang semula tampak tenang kini telah berubah menjadi penuh berapi-api.
"Sudahlah, Aluna. Sekarang, kamu duduklah di samping Mama. Sebentar lagi, serial drama yang kita gemari akan tayang perdana malam ini. Mungkinkah kau akan melewati drama ini dengan wajah dan hati yang kesal?" Cika berucap tanpa memandang ke arah anak gadisnya itu. Mata coklat teduh itu, kini tampaknya begitu fokus pada tayangan televisi berisikan cara-cara memasak Lobster.
/0/12293/coverorgin.jpg?v=b2e6968b52417a533039e5ba601f1b54&imageMogr2/format/webp)
/0/30600/coverorgin.jpg?v=67b212b7a06636dcd0b54f539b945370&imageMogr2/format/webp)
/0/2841/coverorgin.jpg?v=f985878837adf7ea89879cdbb243c038&imageMogr2/format/webp)
/0/12741/coverorgin.jpg?v=0e14b610eced47453db3c9f9f039dd67&imageMogr2/format/webp)
/0/5702/coverorgin.jpg?v=23b540718c375707485c23dc4ee61687&imageMogr2/format/webp)
/0/29106/coverorgin.jpg?v=e0b80bb6923c5a6af0f776154d92beb8&imageMogr2/format/webp)
/0/16074/coverorgin.jpg?v=246fa5090725bfc34e68c50706f6d6ce&imageMogr2/format/webp)
/0/13562/coverorgin.jpg?v=ab3a3efe330a58d45d57470b18db7fd7&imageMogr2/format/webp)
/0/30873/coverorgin.jpg?v=bc2b827d2200f5d671a46f287eca29d0&imageMogr2/format/webp)
/0/6375/coverorgin.jpg?v=4e9c094fc9104bc57255672a80c1d0e1&imageMogr2/format/webp)
/0/12396/coverorgin.jpg?v=32949f0d1219af299a281079c50e8b2f&imageMogr2/format/webp)
/0/16958/coverorgin.jpg?v=97ed2f639923e0c792d22df0e3e325a1&imageMogr2/format/webp)
/0/29097/coverorgin.jpg?v=35c5f9bf6be1a81c4d8d7123fccf5cfd&imageMogr2/format/webp)
/0/13073/coverorgin.jpg?v=9738aeefae8728de2c3a472f07b77504&imageMogr2/format/webp)
/0/15747/coverorgin.jpg?v=b6b9887edb1e39c8c97b06cd7125b84a&imageMogr2/format/webp)
/0/6498/coverorgin.jpg?v=f8353b1f94af4f4335a412b683a80dfe&imageMogr2/format/webp)
/0/6823/coverorgin.jpg?v=a670310dd59e1b4660b57f03be77035a&imageMogr2/format/webp)
/0/20065/coverorgin.jpg?v=d3a986762dc81aa963d2cf4e1c9f1bb8&imageMogr2/format/webp)