Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
Suara gemuruh petir memenuhi cakrawala. Hujan deras sudah melanda kota Morba sejak pukul tujuh malam. Tampak seorang wanita meringkuk di king size sambil memeluk guling. Ia setengah sadar karena sempat terjaga ketika gemuruh petir sebelumnya.
Ceklek!
Pintu kamar seketika terbuka. Seorang lelaki yang sempoyongan langsung berjalan menuju ranjang. Disibaknya selimut yang menutupi tubuh wanita itu lalu mencumbuinya dengan kasar.
Seketika wanita itu terjaga. Matanya langsung membelalak kaget mendapati seorang lelaki dengan aroma alkohol yang tajam sudah menindih tubuhnya. Jantungnya berdetak cepat karena rasa terkejut sekaligus takut. Wanita itu berusaha memberontak agar terbebas dari kurungan itu.
Perlahan gerakan wanita itu terhenti setelah menyadari siapa lelaki itu. Lilyana Maranatha sudah empat kali mengalami hal serupa. Bahkan waktunya hampir sama. Sejak menikah setahun yang lalu, suaminya jarang kembali ke rumah. Dan kini lelaki itu kembali dalam keadaan mabuk dan bertindak liar di atasnya.
“Hey Bitch.”
Kalimat yang sering kali didengar Lily ketika sang suami perlahan membuka kancing baju tidurnya. Lily hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan menahan muak dalam hatinya. Karena kancing yang dibukanya terasa sulit, sang suami langsung menariknya dengan kasar sehingga kancing baju itu berhamburan di atas ranjang. Tersisa bra hitam di tubuhnya.
“Hentikan, Richard!” Lily dengan nada tegas.
Perkataannya bagaikan angin lalu. Richard bahkan tidak menatap lembut wajah istrinya. Lelaki itu dengan segala nafsunya sedangkan Lily yang tidak menginginkan hal itu terjadi.
Pasangan lain akan sama-sama menyukainya. Melakukan adegan itu di atas ranjang hingga mencapai kenikmatan bersama. Tidak dengan Lily, yang dirasakannya hanyalah sakit di tubuh dan juga hatinya.
Richard mulai melakukannya dengan kasar. Meremas kuat dua gunung kembar yang kenyal di dadanya. Lily langsung mendesah, bukan karena kenikmatan tetapi kesakitan. Jemari Richard perlahan mulai bermain di bagian ujungnya. Lily menggigit bibir bawahnya dan menatap nanar wajah samar-samar Richard di tengah kegelapan kamarnya.
Napas lelaki itu memburu dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Udara di kamar Lily yang sebelumnya dingin, kini mulai terasa panas seiring dengan gairah bercinta yang tercipta dari Richard dan Lily yang diam tak bergeming ketika diperlakukan demikian.
Richard menghentikan gerakan tangannya di dada Lily. Ia menatap sejenak wajah wanita yang juga menatap netranya dengan tatapan sayu. Sorot mata wanita itu seakan menyimpan ribuan luka dan mampu menyayat hati Richard.
“Jangan karena kamu kuanggap sebagai pajangan di dalam rumah ini, bukan berarti tubuhmu akan kuabaikan. Mendesahlah, Bitch.” Nada dingin lelaki itu mampu membekukan seluruh pikiran Lily. Kilat yang menyala sekilas menampilkan wajah Richard. Lily segera memalingkan wajahnya ke samping dan mengabaikan permintaan suaminya. Richard bahkan tidak mencium wajah ataupun bibirnya. Lelaki itu menganggap kotor wanita yang kini dalam kurunganny.a itu. Namun, Richard tidak bisa menahan hasrat kala melihat leher jenjang Lily, segera ia mendaratkan kecupan di sana. Menyesap sembari merasakan titik nadi di kulit lembut. Lidah lelaki itu mulai bermain dan menari hingga ke tengkuk wanita itu.
Desahan pelan keluar dari mulut Lily. Ia bisa menahan rasa yang lainnya namun titik lemahnya berada di bagian tersebut. Mendengar desahan manja dari istrinya Richard mulai membabi buta dan tidak dapat mengontrol dirinya lagi. Ia segera melepaskan semua pakaian yang dikenakan istrinya. Setelah Lily tanpa sehelai benang pun yang menutup dirinya, Richard segera membuka pakaiannya sendiri.
Napas Richard seketika terjeda, ia menahan gelora dan gairah yang berkecamuk di dadanya. Ia memang tidak peduli pada istrinya ini namun tidak dengan tubuh indahnya. Dadanya berdesir mengharuskannya untuk segera menikmati tubuh indah itu.
Richard langsung membenamkan wajahnya di atas dada Lily. Menyesap dan mencium bagian kiri dan kanan bergantian. Lily hanya bisa menutup matanya dan menggigit bibir serta menahan sakit akibat ciuman Richard yang terlampau kuat.