/0/16074/coverbig.jpg?v=246fa5090725bfc34e68c50706f6d6ce&imageMogr2/format/webp)
"Gita Cinta dari Gadjah Mada" membawa pembaca dalam perjalanan romantika di tengah gemerlap kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Kisah cinta antara Gita, seorang mahasiswi berbakat, dan Mada, seorang pemuda bersemangat, menggambarkan liku-liku kehidupan mahasiswa dan pertarungan cinta mereka di tengah atmosfer kampus yang penuh warna.
Pertengkaran antara Gita dan Mada meletup begitu mereka duduk di sudut kedai kopi yang nyaman. "Gita, aku tak mengerti kenapa kamu begitu keras kepala soal ini. Kenapa kamu nggak bisa melihat kesempatan yang besar ini?" seru Mada sambil mengernyitkan dahinya.
Gita menatapnya tajam, "Mada, kamu selalu berbicara soal karir dan kesuksesan, tapi apa artinya semua itu tanpa cinta dan hubungan yang nyaman? Aku tak ingin hidupku diatur oleh karir semata, aku ingin mengejar kebahagiaan dalam cinta."
Mada mendesah frustasi, "Kamu ini terlalu idealis, Gita. Dunia ini tidak hanya tentang cinta. Karir yang sukses bisa membawa kebahagiaan dan stabilitas ke dalam hubungan. Kamu nggak bisa hanya mengandalkan perasaan semata."
Gita bangkit dari kursinya dengan tangan gemetar, "Aku nggak percaya kalau kamu bisa mengabaikan perasaan. Karir boleh penting, tapi aku tak ingin mengejar sesuatu yang membuatku tidak bahagia. Kita bisa mencari jalan tengah, Mada. Aku tak ingin kehidupan ini terasa seperti penjara."
Mada menatap Gita dengan kebingungan, "Jalan tengah? Apa maksudmu? Kita tidak bisa menggabungkan dua hal sekaligus. Kamu harus memilih, Gita. Ini tentang masa depan kita."
Pertengkaran semakin memanas saat Gita membalas, "Dan masa depanku bukan hanya tentang karir. Aku nggak akan merasa sukses jika kehilangan cinta dan kebahagiaan dalam hidupku. Kamu bisa meraih kesuksesan tanpa harus mengabaikan perasaan, Mada."
Mada menggeleng frustasi, "Kamu nggak mengerti realitas, Gita. Kamu terlalu terpaku pada impian dan perasaanmu. Aku nggak bisa melihat masa depan bersamamu jika kamu tetap seperti ini."
Gita merasa kecewa, "Jadi, ini akhirnya? Kita berdua memilih jalan masing-masing?"
Mada mengangguk, "Mungkin ini yang terbaik, Gita. Kita memiliki pandangan yang berbeda tentang hidup. Aku ingin melangkah maju, dan aku butuh seseorang yang bisa melakukannya bersamaku, bukan menghambat langkahku."
Gita menatap Mada dengan sedih, "Aku harap suksesmu membuatmu bahagia, Mada. Tapi aku tak bisa mengikuti jalan yang tak sesuai dengan hatiku."
Pertengkaran itu berakhir dengan hening yang menyakitkan. Gita dan Mada, dua hati yang pernah saling berdetak, kini terpisah oleh perbedaan pandangan tentang karir dan cinta. Kedai kopi yang dulu menyaksikan tawa mereka kini menjadi saksi bisu dari akhir kisah mereka.
Suasana kedai kopi yang ramai menyaksikan pertengkaran Gita dan Mada. Namun, di tengah-tengah ketegangan, seorang pria misterius dengan senyuman samar duduk di sudut ruangan. Seakan menyadari kehadirannya, pria itu meraih gitar yang diletakkan di sampingnya.
Pria itu mulai memetik senar gitar dengan lembut, menciptakan melodi yang penuh emosi. Meskipun awalnya terasa aneh, melodi itu segera meresap ke dalam ruangan, menyelip di antara kata-kata tajam yang terucap di antara Gita dan Mada.
Gita dan Mada, awalnya terdiam oleh kejutan ini, segera terpesona oleh melodi yang tercipta. Tatap mata mereka bertemu, dan tanpa kata-kata, mereka merasa terhubung dengan alunan musik yang mengalir membelai hati yang sedang penuh emosi.
Beberapa saat kemudian, pria misterius itu menyudahi permainannya dengan senyuman lembut. Ruangan itu, yang sebelumnya penuh dengan ketegangan, kini terisi oleh keheningan yang penuh makna. Gita dan Mada saling pandang, dan tanpa perlu kata-kata, mereka merasakan keajaiban kecil yang baru saja terjadi.
"Gita, Mada, mungkin ini adalah tanda bahwa kehidupan memberikan kita momen-momen indah di tengah kesulitan," ucap pria misterius itu dengan suara lembutnya.
Gita dan Mada, yang kini dipersatukan oleh keajaiban musik tadi, saling tersenyum. Mereka menyadari bahwa terkadang, kehidupan memberikan kejutan kecil di saat-saat tak terduga, memberikan kesempatan untuk meresapi keindahan dan kedalaman emosi.
Pria misterius itu pun meninggalkan kedai kopi dengan langkah ringan, meninggalkan Gita dan Mada dengan perasaan yang berubah. Mereka sadar bahwa pertengkaran tadi, sekalipun penuh ketegangan, membawa mereka pada momen kebersamaan yang tak terlupakan. Musik telah menjadi penghubung yang menguatkan ikatan di antara mereka, dan kejutan kecil itu membuat mereka menyadari bahwa cinta dan kebahagiaan bisa muncul di tempat yang paling tak terduga.
Beberapa minggu berlalu, dan suasana hati Gita dan Mada masih terasa berat. Masing-masing berusaha menjalani hidupnya sendiri, tetapi bayang-bayang pertengkaran itu tak kunjung memudar. Gita terus berpegang pada keyakinannya bahwa cinta dan kebahagiaan adalah yang utama, sementara Mada fokus pada karirnya dengan tekad untuk meraih kesuksesan.
Suatu hari, Gita menemui Mada di kantor tempat mereka pernah bekerja bersama. Pertemuan itu penuh ketegangan, namun Gita mencoba untuk berbicara dengan tenang, "Mada, aku hanya ingin menyampaikan bahwa aku berharap kamu mendapatkan semua yang kamu inginkan dalam karirmu. Tapi tolong mengerti, hidup ini bukan hanya tentang prestasi dan kesuksesan."
Mada menatap Gita sejenak sebelum menjawab, "Gita, aku menghormati pilihanmu, tapi aku tidak bisa mengubah pandangan hidupku. Aku berharap kamu juga bisa menghargai jalan yang aku pilih."
Gita tersenyum getir, "Aku menghargainya, Mada. Tapi ini bukan tentang menghargai atau tidak. Ini tentang perbedaan nilai dan prioritas. Aku hanya berharap kamu menemukan kebahagiaanmu, seperti yang aku cari dalam hidupku."
Pertemuan itu tidak membawa kedekatan baru di antara mereka. Gita dan Mada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan hidup masing-masing, meskipun rasa rindu masih menyergap di setiap sudut kenangan bersama.
Beberapa tahun berlalu, Gita dan Mada masing-masing telah mencapai apa yang mereka inginkan. Mada meraih sukses dalam karirnya, menjadi seorang profesional yang dihormati di bidangnya. Sementara itu, Gita menemukan kebahagiaan dalam pekerjaan yang mencerminkan nilai-nilai dan passion-nya, dan menikmati hubungan yang kokoh dan penuh cinta.
Pada suatu hari, kebetulan mereka bertemu kembali di acara alumni. Meskipun masih ada kekakuan di udara, mereka mencoba berbicara dengan santai. "Gita, aku senang melihatmu bahagia," kata Mada dengan tulus.
Gita tersenyum, "Terima kasih, Mada. Dan aku juga senang melihatmu meraih kesuksesan yang kamu impikan."
Mada mengangguk, "Mungkin memang benar, kita memiliki pandangan yang berbeda tentang hidup. Tapi sepertinya, kini kita sudah menemukan jalan masing-masing."
Gita mengangguk setuju, "Ya, Mada. Kita berdua telah tumbuh dan berkembang, masing-masing menemukan arti kebahagiaan sesuai dengan caranya sendiri."
Mereka berdua mengakhiri pertemuan itu dengan senyuman dan sambutan hangat. Meskipun tak lagi bersama dalam perjalanan hidup mereka, Gita dan Mada menemukan kedamaian dan kebahagiaan masing-masing, membuktikan bahwa terkadang, perbedaan pandangan adalah langkah awal menuju pencarian identitas dan kebahagiaan sejati.
Beberapa bulan setelah pertemuan itu, Gita dan Mada masing-masing melanjutkan perjalanan hidup mereka. Gita semakin mendalam pada pekerjaannya yang ia cintai, mengabdikan diri untuk memberdayakan komunitas dan membuat perubahan positif dalam lingkungannya. Sementara itu, Mada terus meniti tangga kesuksesan di dunia korporat, mengukir namanya sebagai pemimpin yang visioner.
Namun, meskipun kesibukan dan pencapaian masing-masing, ada saat-saat di malam sunyi yang membuat mereka merenung. Mereka terkadang bertanya-tanya apakah keputusan yang diambil benar-benar membawa kebahagiaan. Gita merenungkan apakah keputusannya untuk mengejar cinta dan kebahagiaan membuatnya kehilangan peluang besar dalam karir, sementara Mada menggumamkan keraguan apakah kesuksesannya sejati tanpa keberadaan cinta yang nyata.
Suatu hari, Gita dan Mada secara tak terduga bertemu lagi di sebuah pameran seni lokal. Terlihat bahwa kehidupan telah memberikan warna yang berbeda pada keduanya. Gita menunjukkan ekspresi bangga melihat karya seni yang mencerminkan perjuangannya, sedangkan Mada memandang pameran dengan penuh apresiasi dan kelembutan yang sebelumnya tak terlihat.
Mereka berdua akhirnya duduk bersama, dan suasana yang dulu tegang sekarang terasa lebih ringan. Mada tersenyum, "Gita, aku pernah meragukan pilihan kita dulu. Tapi melihat kebahagiaan yang kamu temukan dalam hal-hal yang kamu cintai, membuatku merenung."
Gita mengangguk, "Dan melihat kesuksesan yang kamu raih, membuatku bangga padamu. Sepertinya kita memang menemukan kebahagiaan masing-masing, bukan?"
Mada menggenggam tangan Gita dengan lembut, "Ya, kita mungkin memilih jalan yang berbeda, tapi yang penting, kita menemukan arti sejati dalam hidup kita. Keduanya punya nilai dan keindahan tersendiri."
Gita tersenyum, "Mungkin memang begitu. Dan mungkin, pertemuan kita yang dulu adalah awal dari perjalanan menuju kebahagiaan itu."
Mereka berdua tertawa ringan, merayakan kehidupan yang telah membawa mereka ke tempat yang berbeda namun penuh makna. Setiap langkah, keputusan, dan pertemuan telah membentuk cerita hidup yang unik bagi Gita dan Mada. Meskipun tak lagi bersama, mereka menyadari bahwa hidup ini terus bergerak maju, dan kebahagiaan bisa ditemukan dalam setiap pilihan yang diambil.
Bab 1 Pertemuan Membentuk Cerita Unik Bagi Gita dan Mada
26/12/2023
Bab 2 Tirai Lika-Liku Kisah Asmara di Kampus Biru
26/12/2023
Bab 3 Di Lorong Gedung Kuliah, Awal Benih Asmara Bersemi
26/12/2023
Bab 4 Kesibukan Akademis dan Melodi Seni Bisa Menyatu
26/12/2023
Bab 5 Dalam Kisah Asmara, Hari Ini Kawan Besuk Pagi Bisa Jadi Lawan
26/12/2023
Bab 6 Taman Sari dan Danau Jogja Saksi Bisu Romantika Gita dan Mada
26/12/2023
Bab 7 Konflik Berseri Diambang Jurang Perpisahan
26/12/2023
Bab 8 Pertemuan Kembali, Serasa Terlahir Kembali
26/12/2023
Bab 9 Pentingnya Komitmen dalam Pergulatan Masa Depan
26/12/2023
Bab 10 Kisah Asmara yang Menginspirasi
28/12/2023
Bab 11 Masuknya Sinta ke dalam Lingkar Asmara Gita dan Mada
06/01/2024
Bab 12 Persaingan Gita Saat Hadirnya Sinta di Hati Mada
06/01/2024
Bab 13 Pergulatan Hati Gita dan Mada
06/01/2024
Bab 14 Pilihan dan Pengorbanan
06/01/2024
Bab 15 Pertemuan Penuh Makna
06/01/2024
Bab 16 Puncak Konflik dalam Pusaran Jurang Keretakan
06/01/2024
Bab 17 Resolusi Damai di Balik Konflik Hati
06/01/2024
Bab 18 Proses Pertobatan dan Kebangkitan
06/01/2024
Bab 19 Refleksi Bagaimana Kisah Cinta Segitiga Mewarnai Kehidupan Tokohnya
06/01/2024
Bab 20 Epilog dan Pelajaran Hidup Kisah Cinta Segitiga
06/01/2024
Buku lain oleh WHS Production
Selebihnya