/0/26437/coverorgin.jpg?v=7defb1e099e0469d5d8b819df5e17a97&imageMogr2/format/webp)
“Jangan! Jangan lakukan itu! Jangan hancurkan kehidupan kamu!”
“Gadis cantik, kamu masih memiliki masa depan yang cerah!”
Suara teriakan terdengar dengan sangat jelas di bawah bangunan dengan dua belas lantai itu. Banyak orang berkerumun dan meneriakkan hal yang sama. Semua mendongakkan kepala, menatap ke arah bagian paling puncak gedung pencakar langit itu, berharap seseorang yang ada di atasnya tidak melakukan tindakan bunuh diri.
Namun, gadis berambut sepundak itu tidak mendengarkan sama sekali. Manik matanya menatap kerumunan yang ada di bawahnya dengan air mata terus mengalir. Terpaan angin kencang sesekali membuat rambutnya yang lurus bergerak. Pakaian sederhana yang dia kenakan pun sesekali bergerak, mengiktui arah angin yang terasa cukup panas. Hingga membuat gadis itu menutup mata secara perlahan.
Jangan, jangan lakukan itu, Om. Jangan sentuh aku!
Jangan. Tidak. Jangan. Tolong!
Sebuah ingatan melintas. Amber yang mengingatnya pun membuka mata dengan cepat. Terdengar deru napas berat yang begitu jelas. Raut wajah takut langsung tergambar, membuat Amber menelan saliva pelan. Degup jantungnya pun berdetak cukup keras, membuatnya meremas rok bergelombang yang dia kenakan.
Sejenak, Amber menatap kerumunan di bawahnya. Semua orang seakan mencemaskan dirinya, membuat Amber tertawa kecil. Di saat keluarganya membuangnya, kenapa orang asing begitu mencemaskan dirinya? Sebenarnya, mereka benar cemas atau hanya sekedar takut akan terjadi hal tidak menyenangkan di bangunan tempat mereka tingga? Pada akhirnya, tebakan kedua pastilah yang benar.
Amber menarik napas dalam dan membuang perlahan. Dunia memang tidak pernah berpihak dengannya. Dia yang sudah menjadi yatim piatu harus tinggal dengan sang paman yang tidak menyukai dirinya. Mungkin, jika rumah yang mereka tempati bukanlah peninggalan dari orang tuanya, Amber yakin, sejak kecil dia sudah tinggal di jalanan. Menyadari tidak ada seseorang yang harus dia pikirkan, Amber mulai melangkahkan kaki, menuju ke arah pinggir rooftop. Dia akan mengakhiri hidupnya saat ini juga. Lagi pula, untuk apa dia hidup kalau tidak ada yang menginginkannya?
“Jangan lakukan itu!”
Amber yang mendengar suara teriakan itu begitu dekat pun menghentikan langkah. Hanya kurang tiga langkah dan hidupnya akan berakhir saat ini juga. Namun, teriakan itu membuat Amber menghentikan niatnya. Dengan tenang, dia memutar tubuh dan melihat wanita paruh baya tengah berdiri di depannya dengan napas tersengal.
“Gadis cantik, jangan lakukan itu. Jangan akhiri hidup kamu yang masih muda ini,” ucap wanita itu, menatap Amber lekat.
Amber yang mendengar pun tersneyum sinis dan mengalihkan pandangan. “Kenapa? Kamu takut aku akan mati dan menjadi arwah gentayangan di bangunan itu sehingga mengganggu kehidupan kalian?” tanya Amber sinis.
“Bukan karena itu. Lagi pula, aku tidak tinggal di sini. Jadi, aku tidak mempermasalahkan hal itu,” jawab wanita itu dengan tenang.
“Kalau begitu, kenapa kamu menghentikanku? Aku tidak mengenal kamu dan aku tidak akan menuruti kemauan kamu. Aku ke sini untuk mengakhiri hidup dan aku tidak akan mendengarkan apa pun yang kalian katakan.” Kali ini, Amber terlihat sangat serius dengan apa yang dia ucapkan.
“Aku Mega. Aku ke sini karena aku tidak mau kamu melakukan hal gila. Kamu masih memiliki kehidupan yang panjang. Kamu masih muda dan tidak seharusnya kamu mengakhiri hidup dengan cara seperti ini. Kamu masih memiliki masa depan yang cerah, Nak.”
“Masa muda dan masa depan yang cerah,” ulang Amber dan tertawa kecil. “Dimana letak masa depan yang cerah, Nyonya? Sekarang aku bahkan tidak memiliki tempat tinggal. Orang tuaku meninggalkanku sejak kecil, menjadikanku anak yatim dan piatu. Sekarang, aku diusir dari rumahku sendiri karena masalah yang tidak aku inginkan. Selain itu, masyarakat menolak kehadiranku. Mereka mencemooh. Padahal aku tidak melakkan kesalahan apa pun. Aku hanya korban pemerkosaan dan mereka begitu mengucilkanku. Mereka bilang, aku membawa nama buruk untuk desa dan keluargaku. Coba katakan, dimana masa depanku?!”
/0/10935/coverorgin.jpg?v=20250122182948&imageMogr2/format/webp)
/0/22524/coverorgin.jpg?v=20250323172304&imageMogr2/format/webp)
/0/23176/coverorgin.jpg?v=20250427002829&imageMogr2/format/webp)
/0/17322/coverorgin.jpg?v=20240328170545&imageMogr2/format/webp)
/0/6480/coverorgin.jpg?v=20250120180002&imageMogr2/format/webp)
/0/5817/coverorgin.jpg?v=20250121171833&imageMogr2/format/webp)
/0/4346/coverorgin.jpg?v=e99ad841c1d7ed14fd14bd07f0817b0f&imageMogr2/format/webp)
/0/7027/coverorgin.jpg?v=75220ee91a5a06d65d76a3fd76c4fce3&imageMogr2/format/webp)
/0/15065/coverorgin.jpg?v=20250123120501&imageMogr2/format/webp)
/0/15780/coverorgin.jpg?v=4dceae18cd8653a26ddcb313f48d3eec&imageMogr2/format/webp)
/0/13100/coverorgin.jpg?v=afe254af17e871e6088cf43bee5fc044&imageMogr2/format/webp)
/0/17365/coverorgin.jpg?v=6db8622c3069ac6f74d1e2e5fb155f63&imageMogr2/format/webp)
/0/16463/coverorgin.jpg?v=83f6dd3af71ea3068b6d2868bc1debf9&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/5715/coverorgin.jpg?v=a434b913e9c44fad1ab8c1500c38b6d6&imageMogr2/format/webp)
/0/4247/coverorgin.jpg?v=084a3a9b57319d8195e2577f605c01bc&imageMogr2/format/webp)
/0/12466/coverorgin.jpg?v=20250122183243&imageMogr2/format/webp)
/0/2661/coverorgin.jpg?v=4e2bc9f65d078734a1d053b5ced98062&imageMogr2/format/webp)
/0/5774/coverorgin.jpg?v=c4321a0e698161da875110311678e3a9&imageMogr2/format/webp)