/0/15466/coverorgin.jpg?v=61f388f015d702f5b62256a150c5e2a8&imageMogr2/format/webp)
Vanya itu nama barunya sesudah berubah halauan menjadi 'kaum hempas manja'. Di akte kelahiran dan KTP miliknya tertulis Rivaldo Anggara, seharusnya dia bangga dengan nama keren berkesan ganteng yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Namun, dia menemukan jati dirinya sebagai seorang perempuan di usia 18 tahun usai lulus SMA.
Mama papa larang, tapi ini hidup Vanya dan hanya Vanya yang tahu apa yang dia inginkan. Setiap melihat cermin, dia ingin dirinya menjadi cantik sempurna selayaknya seorang wanita dan bukan cowok cantik model-modelan Kpop yang memang lagi hits di zaman now.
Dia tidak melanjutkan kuliah selepas lulus SMA, Vanya membuka salon kecantikan yang dimodali oleh papanya yang mulai bisa menerima keadaan anaknya yang miring dan bengkok yang sudah melewati batas tak bisa diluruskan lagi.
Itu bukan salon plus-plus esek-esek yang marak di berbagai kota, Vanya membuka salon kecantikan profesional yang murni untuk perawatan kecantikan karena dia cinta dengan kecantikan ragawi, kliennya pria dan wanita. Salon itu sudah berdiri sejak 3 tahun lalu dan pelanggan salonnya puas dengan hasil pekerjaan Vanya dan timnya.
Pagi ini adalah jadwal rutin suntik hormon estrogen dan progesteron untuk Vanya. Dia duduk di ruang tunggu sebuah rumah sakit ternama di Jakarta , menunggu gilirannya dipanggil masuk ke ruang periksa pasien.
Dokter spesialis, tempat dia berlangganan itu namanya Dokter Aldi, nama lengkapnya Dokter Reynaldi Nugraha. Dokter Aldi masih muda dan ganteng sih, dan dia itu sedikit genit, tipe-tipe 'buaya air' yang diam-diam menghanyutkan.
"Pasien atas nama Rivaldo Anggara silakan masuk ke ruang periksa," panggil suster jaga di praktik Dokter Aldi.
Vanya seolah sudah terbiasa karena memang itu namanya di KTP. Dia pun melenggang dengan santai masuk ke ruang periksa diikuti tatapan penasaran pasien lain dan bisik-bisik yang dia abaikan.
"Ehh bencong ..."
"Banci ya?"
"Cewek jadi-jadian?"
Dalam hati Vanya menjawab gemas, "Please deh, gue ini ladyboy berkelas bukan bencong apa banci yang bawa kicik-kicik ngamen di perempatan!" Dia menghempaskan rambut panjang ikalnya yang berwarna pirang kecoklatan sebelum masuk ke ruang periksa Dokter Aldi.
Di dalam ruang periksa itu, Dokter Aldi yang ganteng duduk bersandar di kursi kerjanya dan menggoyang-goyangkan kursinya itu pelan sembari menyunggingkan senyum ala buaya air-nya yang khas menatap Vanya dengan lapar.
"Pagi, Dok," sapa Vanya mengabaikan tatapan panas si dokter ganjen lalu duduk di kursi pasien di seberang meja dokter.
"Pagi, Vanya Sayang. Sudah jadwalnya suntik hormon lagi ya? Mas Dokter kangen nih nggak ditengokin berbulan-bulan," balas Dokter Aldi sembari menggoda Vanya.
"Ehemm ... ehemm ... kangen sama ladyboy cakep ya, Mas Dokter?" jawab Vanya dengan nada dingin, dia tidak takut dengan keganjenan Dokter Aldi karena hanya sekedar godaan ringan yang tidak menjurus ke arah seksual. Setiap dokter harus menjaga kode etiknya.
"Bobo dulu yuk di bed pasien, Mas Dokter mau nyuntik kamu, Cantik," ujar Dokter Aldi yang mengandung makna ganda.
Vanya cekikikan geli mendengarnya sambil membatin, 'Ngarep boleh-boleh aja kok, Mas Dokter ...' Dia pun berjalan ke bed pasien lalu berbaring dengan santai.
"Mas suntik sekarang ya, Van, tahan sakit sedikit. Kalau mau nangis boleh, nanti Mas belai biar sakitnya hilang," ujar Dokter Aldi sambil modus seperti biasanya.
"Suntik aja, Dok. Vanya tahan banting kok!" jawab Vanya dengan santai sambil berbaring di bed pasien dengan Dokter Aldi duduk di tepi ranjang itu.
"Aahh masa? Mau dong ngebanting kamu, Say," balas Dokter Aldi dengan wajah tampannya yang mesum.
Vanya geregetan dan mengeluarkan suara maskulinnya, "Gggrrrr cepetan dong, Dok!"
/0/5715/coverorgin.jpg?v=a434b913e9c44fad1ab8c1500c38b6d6&imageMogr2/format/webp)
/0/17322/coverorgin.jpg?v=20240328170545&imageMogr2/format/webp)
/0/6480/coverorgin.jpg?v=20250120180002&imageMogr2/format/webp)
/0/5817/coverorgin.jpg?v=20250121171833&imageMogr2/format/webp)
/0/4346/coverorgin.jpg?v=e99ad841c1d7ed14fd14bd07f0817b0f&imageMogr2/format/webp)
/0/7027/coverorgin.jpg?v=75220ee91a5a06d65d76a3fd76c4fce3&imageMogr2/format/webp)
/0/15065/coverorgin.jpg?v=20250123120501&imageMogr2/format/webp)
/0/15780/coverorgin.jpg?v=4dceae18cd8653a26ddcb313f48d3eec&imageMogr2/format/webp)
/0/13100/coverorgin.jpg?v=afe254af17e871e6088cf43bee5fc044&imageMogr2/format/webp)
/0/17365/coverorgin.jpg?v=6db8622c3069ac6f74d1e2e5fb155f63&imageMogr2/format/webp)
/0/16463/coverorgin.jpg?v=83f6dd3af71ea3068b6d2868bc1debf9&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/4247/coverorgin.jpg?v=084a3a9b57319d8195e2577f605c01bc&imageMogr2/format/webp)
/0/12466/coverorgin.jpg?v=20250122183243&imageMogr2/format/webp)
/0/2661/coverorgin.jpg?v=4e2bc9f65d078734a1d053b5ced98062&imageMogr2/format/webp)
/0/5774/coverorgin.jpg?v=c4321a0e698161da875110311678e3a9&imageMogr2/format/webp)
/0/3957/coverorgin.jpg?v=fd33d41740566c75264a79e788da8759&imageMogr2/format/webp)
/0/6658/coverorgin.jpg?v=6ddf3846795b2e35b6aade1bd2089ce0&imageMogr2/format/webp)
/0/7674/coverorgin.jpg?v=e866ee1b29c1e01e154519c8586ac548&imageMogr2/format/webp)
/0/15844/coverorgin.jpg?v=20250123121039&imageMogr2/format/webp)