Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Penjara Cinta Sang CEO

Penjara Cinta Sang CEO

wiedy_wynk

5.0
Komentar
23.5K
Penayangan
141
Bab

Karena keceplosan mengatakan Trey Vallois mengidap STD, dr. Shan harus terlibat dengan perjanjian aneh dengan CEO congkak itu dan harus membersihkan nama baiknya yang cedera. Tapi, menjadi pacar pura-pura seorang putra tunggal seorang Vallois membuat kehidupan wanita itu jungkir balik. Sudah susah payah melepaskan diri tapi yang ada Shan malah terperosok ke dalam. Love and hate relationship mewarnai, dan sampai kapan mereka saling bertahan dan saling melukai?

Bab 1 Kok Cewek

Sesosok wanita cantik tergolek dengan pose indah menggoda di atas ranjang, pemanasan itu sudah dilakukannya sejak tadi. Menunggu terlalu lama tentu tidak menyenangkan, beberapa hari harus menahan karena ada sesuatu, dan malam ini Trey harus bisa menumpahkan hasrat libidinalnya atau kecebongnya itu bakal menumpuk kadaluarsa. Senyum wanita itu menggoda, siapa yang bisa menahan diri lagi kalau sudah begini. Ikat pinggangnya dilonggarkan secara perlahan.

Kencan singkat, mereka bertemu di club dan meminum beberapa shot minuman hingga tipsy. Bisik sana-sini juga diawali dengan sebaris cumbu pasangan itu memutuskan untuk berkolaborasi dalam sebuah one night stand, entah tadi sudah berkenalan atau belum. Tapi bukankah nama itu tidak penting? Baik Trey dan wanita itu hanya punya satu tujuan, yakni menuntaskan hasrat. Dan aroma pheromones ini sangat kental tercium merebak di ruangan ini.

Baru saja helm pengaman beraroma strawberry itu mau dipasang, erang pelan keluar dari bibirnya, kenapa rasa tak nyaman ini kembali lagi. Bahkan untuk bermain solo saja dia kerap merasa nyeri. Dengan sedikit emosi dia melemparkan benda dengan aroma menyenangkan itu ke tempat sampah, sementara wanita itu menatapnya keheranan. Ayolah dia juga sudah lebih dari siap untuk menyatukan tubuh, hanya tubuh saja, bukan hati. Tidak ada yang aneh di sini, hanya dua manusia biasa yang sedang berbalut nafsu, tapi sepertinya semua tidak berjalan dengan baik.

"Kenapa?" tanya wanita itu mengatupkan lagi kakinya.

Pura-pura Trey menunjuk smartwatch yang berada di pergelangan tangannya, "Ada urusan penting, aku harus pergi," ucapnya mengelak.

"Itu, mengecewakan," gumam wanita itu, bagaimana lagi, sudah terlanjur on.

"Aku minta maaf, kencan ini mungkin bisa digantikan dengan lain kali. Sungguh aku harus pergi," ucap Trey memakai lagi celananya, sial memang.

Wanita itu mendesah kecewa dan meraih kembali pakaian yang sempat tercecer entah di mana saja, harusnya dia menikmati malam dengan seorang pria tampan dan bertubuh tegap ini. Permainan jarinya tadi lumayan menyenangkan, masih membayangkan bagaimana aksinya ketika mulai menggerakkan pinggang tapi sudah keburu pamitan. Menjengkelkan, urusan apa itu sampai dia terburu-buru. Jangan saja dicari oleh anaknya. Kesal.

"Aku pergi, Oya kamu bisa memesan apapun kalau kamu lapar. Aku bayar semua, sampai bertemu lagi," pamit Trey yang hanya menyentuh sekali pipi lembut wanita yang mau tak mau membalasnya dengan senyum itu.

Trey melenggang pergi, beberapa waktu belakangan memang sepertinya dalam tubuhnya ada yang berbeda. Semalam ada demam menyerang dan sariawan ini kenapa setelah sembuh malah berpindah tempat, belum lagi di beberapa bagian tubuhnya juga seperti muncul luka kecil yang tidak terasa sakit dan akhirnya sembuh sendiri berganti bercak aneh yang dia sendiri tak paham, baiklah lokasinya juga termasuk di adik kecilnya. Dia terlalu malas untuk periksa ke dokter, mau menghubungi dokter keluarga, jelas itu pilihan terakhir. Kalau sampai bocor ke telinga emaknya bisa bahaya, bisa-bisa wanita tua itu akan berkampanye seperti calon presiden, sudahlah.

Tidak tahu harus kemana, Trey mengunjungi Vano. Hanya dia sahabat sejati yang benar-benar sejati. Sebaiknya memang kesitu saja, karena dia tidak tahu siapa lagi yang bisa ditanyai untuk urusan itu. Vanno bukan dokter, tapi setidaknya punya otak. Menjawab beberapa pertanyaan mungkin bisa, atau kali saja dia juga pernah mengalami. Kan cakep. Dengan perlahan Trey memencet tombol dan suara Vanno segera nyaring terdengar.

"Lho Bro, katanya ngamar?" tanya Vanno dengan wajah polos.

"Ngamar kepalamu, minggir," usirnya kesal.

"Itu tampang kenapa?" tanya Vanno terheran, si Trey badjingan wanita bisa juga bertampang lesu seperti itu. Dia paham, tidak mungkin juga sahabatnya ini kekurangan uang. Kartu kredit miliknya itu unlimited, mana dia adalah cucu kesayangan mbahnya yang mana adalah pemilik saham mayoritas dari sebuah holding company. Sebut saja dia adalah The Perfect Bastard.

"Nganu," gumam Trey meraih sebotol minuman dingin dari dalam lemari es.

Dia akhirnya bercerita. Belakangan badan sepertinya agak nganu, mau periksa tapi nganu. Mencari informasi browsing yang keluar malah iklan obat raja singa, yang sakit manusia kenapa malah binatang yang keluar. Trey menenggak minumannya tapi Vano melongo, mau mengatai Trey agak bodoh tapi tidak tega. Karena sepertinya kawannya ini sedang tertekan. Apalagi ketika sampai dicerita tadi hampir saja bercocok tanam tapi cangkul sedang tidak available. Batal.

"Kasian amat anak orang, aku anterin ke dokter, jangan saja kena penyakit kelamin," kata Vanno jujur menyakitkan.

"Buset penyakit kelamin, emang ini gejalanya penyakit kelamin?" tanya Trey mendelik.

"Bisa jadi, kan gak tau juga aku bukan dokter, makanya ayoklah kuantar. Deket sini ada klinik bagus, ku setirin dah. Gak tega aku," ujar Vanno segera meraih kunci mobilnya.

Ya sudahlah, ke dokter sajalah.

***

"Tuh kliniknya, kayak bayi aja ke dokter minta antar," gerutu Vano.

"Kan kamu yang mau nganterin sendiri, astaga minta ditampol emang ni orang," umpat Trey turun dari mobil.

"Udah buruan keburu tutup," usir Vanno gemas.

Trey menoleh lagi, "Ke dokter apaan?" tanyanya bingung.

"Ya mana tau, ke dokter manusia lah masa ke dokter hewan. Tapi kalo gak ngerti mending ke dokter umum aja dulu, toh nanti kalo nganu dirujuk tuh ke spesialis," saran Vanno.

Trey menunjuk plakat yang berada di depan klinik, ada banyak nama dokter tertera di sana. Kebetulan ada beberapa nama dokter umum yang bertugas malam itu, dr. Sania M, dr. Joko S, dan yang terakhir dr. Shan. Sebisa mungkin dia menghindari dokter yang perempuan karena Vanno tadi bilang kemungkinan dia terkena penyakit kelamin. Kalau yang periksa dokter perempuan apa kabar, belum kalau dia sensi. Tidak, pokoknya tidak.

"Sania dan pasti ciwi Bro, dr. Joko keknya laki, tapi pastinya dah tua kalo liat dari namanya. Baru masuk bilang keluhan apa udah kena ceramah kau, bukan sembuh malah setres." Vanno mengurai konspirasi aneh.

"Nah tuh," balas Trey.

"Si dr. Shan keknya laki Bro, namanya modern bener, masih muda keknya. Pasti paham umpama kamu bilang jangan-jangan kena penyakit kelamin," ujar Vanno.

"Jangan keras-keras busettt ... !" umpat Trey kesal, teman tidak ada akhlak.

"Kuy kutemani, teman sejati akutu," kata Vano dengan ramah merangkul temannya dan sesekali mengedipkan mata kepada perawat cantik yang kebetulan lewat.

Ada lega terasa ketika akhirnya sudah sampai di sini, keluhan itu dikatakan hanya sariawan saja kepada wanita berseragam pink itu. Sisanya nanti kalau ketemu sama dokternya saja, untung saja Vano tadi malah sibuk menggoda perawat sebelah, jadi tidak ikut bicara. Terbayang kalau dia ikut meracau. Bubar jalan, segala rahasia bakal bocor seketika. Seorang Trey Vallois terkena penyakit kelamin.

"Pak Trey, silahkan saya antar," panggil seorang perawat dengan senyum merekah di bibir itu.

Trey pergi meninggalkan temannya yang masih keganjenan menebar umpan mencari mangsa. Sejak tadi Vano berceloteh mungkin menyenangkan bisa mengencani perawat atau dokter, nanti di kamar mereka bisa roleplay antara dokter dan pasien dan kelanjutannya, you know lah. Koridor itu terasa begitu panjang, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah pintu bertuliskan dr. Shan H. P. Baguslah, laki.

"Silahkan Pak Trey, dr. Shan sudah menunggu anda," kata perawat itu membukakan pintu.

Trey membalasnya dengan anggukan kepala dan senyum sebagai ganti ucapan terimakasih, dan begitu memasuki ruangan dan menebarkan pandangan ke sekelilingnya sebelum.matanya tertumbuk sesuatu dan dia melongo. Seorang wanita cantik memakai jas putih lengan pendek berkalung stetoskop warna magenta itu sedang duduk di belakang meja.

"Buset, kenapa dokternya cewek?"

Vano sesat.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku