Bab 1 – Nama yang Sering Disebut
"Reza, kamu harus dengar aku!" suara Mama Mirna meninggi di ruang tamu yang sunyi. Wajahnya memerah, mata menyala nyala, penuh amarah dan kecewa.
Reza berdiri kaku, menatap dingin ke arah Mamanya. "Mama, aku sudah bilang, aku yang akan menentukan hidupku sendiri."
Mirna melangkah maju, menepuk meja dengan keras. "Menentukan hidup sendiri? Apa kamu lupa siapa yang membesarkan dan membiayai kamu? Siapa yang menjaga nama baik keluarga ini selama ini?"
"Aku tidak lupa, Mama."
Reza melepas jasnya, suaranya mulai gemetar. "Aku memilih Alya, bukan karena aku ingin melawan Mama, tapi karena aku mencintainya."
Mirna menertawakan dengan getir. "Alya? Gadis yatim piatu itu? Cucu seorang nenek tua yang tidak punya apa-apa? Apa Mama tidak cukup jelas selama ini? Pernikahan ini harus, untuk masa depan perusahaan, bukan sekadar cinta bodoh!"
Reza menatap lurus, penuh tekad. "Tapi aku sudah dewasa, Mama. Aku mau bahagia, bukan cuma memikirkan perusahaan."
Di sudut ruangan, Sarah berdiri membeku. Wajahnya penuh kecemasan, tapi diam tak berani angkat bicara.
Reza menoleh padanya sekejap, lalu kembali menatap mamanya. "Aku tahu. Tapi aku juga tahu kalau cinta antara aku dan Alya bukan sesuatu yang bisa Mama hapus begitu saja."
Mirna menyipitkan mata, napasnya memburu. "Kalau begitu, kamu yang memilih jalanmu sendiri. Tapi jangan salahkan aku, kalau semuanya hancur."
Reza melangkah keluar, menutup pintu dengan pelan tapi pasti. Di luar, udara malam dingin menyergap. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan hati yang bergejolak.
Di balik jendela, bayangan Mirna menatap lurus ke arah Reza yang kini hilang dari pandangannya. Senyumnya kaku, penuh rencana yang belum selesai.
..
..
POV : (awal mula Alya, Reza, Sarah saling kenal)
Langit pagi itu mendung, tapi suasana Universitas Aruna tetap ramai. Mahasiswa hilir mudik dengan langkah cepat, sebagian membawa map tebal, sebagian lainnya sMamak dengan laptop atau kopi di tangan. Di salah satu aula, acara lomba debat Bahasa Mandarin sedang berlangsung, dan nama Alya kembali menggema sebagai peserta unggulan.
"Alya Wicaksana dari Fakultas Ilmu Sosial, silakan maju."
Tepuk tangan terdengar, sebagian tulus, sebagian setengah hati. Gadis itu melangkah mantap, wajahnya tenang meski di dalam dada degup jantungnya menggila. Debat hari ini adalah final, dan semua orang tahu siapa yang akan menang. Alya bukan hanya pintar bicara, tapi juga berpikir cepat, dan yang lebih penting ia menguasai bahasa Mandarin lebih fasih daripada sebagian dosen tamu.
Di deretan tamu kehormatan, duduk seorang pria paruh baya dengan jas mahal dan senyum tipis. Pak Burhan, pemilik yayasan Aruna, sekaligus ayah dari Sarah mahasiswi komunikasi yang dikenal cerdas, cantik, dan anak kesayangan kampus.
Namun hari itu, Pak Burhan tidak menoleh pada putrinya. Pandangannya hanya terpaku pada sosok Alya di atas panggung.
"Anak itu... terlalu bersinar," gumamnya pelan. "Terlalu menonjol."
Sarah melirik ayahnya. "Siapa?"
"Alya Wicaksana. Anak beasiswa. Dia bisa jadi lulusan terbaik kalau kamu tidak hati-hati."
Sarah terdiam. Ia bukan tipe yang cemburu atau takut disaingi, tapi jelas nada suara ayahnya bukan sekadar komentar akademis. Ada kecemasan di sana, campuran antara persaingan, kontrol, dan ego.
"Dekati dia," kata Pak Burhan tajam. "Jangan sampai saat wisuda nanti, semua mata melihat dia... bukan kamu."
..
..
Alya sedang membereskan map debatnya ketika suara lembut memanggilnya dari belakang.
"Hebat banget kamu tadi."
Alya menoleh. Seorang gadis dengan rambut kecoklatan dan senyum anggun berdiri di hadapannya. Ia mengenakan blouse branded, riasan tipis, dan aura 'anak sultan' yang terlalu mencolok bagi Alya.
"Kamu Sarah, kan?" tanya Alya canggung.
Sarah mengangguk. "Dan kamu Alya yang namanya disebut-sebut semua dosen. Papa juga sering cerita soal kamu."
Alya mengerutkan dahi. "Pak Burhan?"
/0/27491/coverorgin.jpg?v=675f3788714408973b0be75b42319707&imageMogr2/format/webp)
/0/4312/coverorgin.jpg?v=8259b29301e1a72896409b2d270cb8f2&imageMogr2/format/webp)
/0/20251/coverorgin.jpg?v=4c0a3e7038718f340c5d51aaaf74b801&imageMogr2/format/webp)
/0/19299/coverorgin.jpg?v=841c56a8d33c1119d474c188e94cfbf2&imageMogr2/format/webp)
/0/14607/coverorgin.jpg?v=be4cb27234bbbf8ce81d5cf15a97b98f&imageMogr2/format/webp)
/0/20212/coverorgin.jpg?v=8704580479c1067c241cc50e5d87daee&imageMogr2/format/webp)
/0/5290/coverorgin.jpg?v=4e395246c883fa9451b70b76b14e3f3f&imageMogr2/format/webp)
![[BUKAN] PELAKOR](https://cos-idres.cdreader.com/site-414(new)/0/2167/coverorgin.jpg?v=db428b5a3581aded04844622906c9a50&imageMogr2/format/webp)
/0/3854/coverorgin.jpg?v=0e8385c852cba004e03accc72611595d&imageMogr2/format/webp)
/0/24164/coverorgin.jpg?v=f18854cb8acdbf11b515a3051a3c2689&imageMogr2/format/webp)
/0/3083/coverorgin.jpg?v=ad060b7ead0feb1e405154057a42c507&imageMogr2/format/webp)
/0/3865/coverorgin.jpg?v=a43c3866e361ffebefe58626a42ce735&imageMogr2/format/webp)
/0/8716/coverorgin.jpg?v=b5b3bf14cf402d62724ac11c833c35d3&imageMogr2/format/webp)
/0/9099/coverorgin.jpg?v=5755e9407180abdf47b623f771f18a16&imageMogr2/format/webp)
/0/7055/coverorgin.jpg?v=a8d6336661008d3d2842db048a2dbafb&imageMogr2/format/webp)
/0/13429/coverorgin.jpg?v=4476ce2e9ddeaee82066f4079752e69a&imageMogr2/format/webp)
/0/13073/coverorgin.jpg?v=9738aeefae8728de2c3a472f07b77504&imageMogr2/format/webp)