Bukan Menantu Idaman Mama

Bukan Menantu Idaman Mama

darkcom

5.0
Komentar
43
Penayangan
34
Bab

"Mama, aku sudah bilang, aku yang akan menentukan hidupku sendiri." "Aku memilih Alya, bukan karena aku ingin melawan Mama, tapi karena aku mencintainya." Mirna menertawakan dengan getir. "Alya? Gadis yatim piatu itu? Cucu seorang nenek tua yang tidak punya apa-apa? Apa Mama tidak cukup jelas selama ini? Pernikahan ini harus, untuk masa depan perusahaan, bukan sekadar cinta bodoh!"

Bab 1 Nama yang Sering Disebut

Bab 1 – Nama yang Sering Disebut

"Reza, kamu harus dengar aku!" suara Mama Mirna meninggi di ruang tamu yang sunyi. Wajahnya memerah, mata menyala nyala, penuh amarah dan kecewa.

Reza berdiri kaku, menatap dingin ke arah Mamanya. "Mama, aku sudah bilang, aku yang akan menentukan hidupku sendiri."

Mirna melangkah maju, menepuk meja dengan keras. "Menentukan hidup sendiri? Apa kamu lupa siapa yang membesarkan dan membiayai kamu? Siapa yang menjaga nama baik keluarga ini selama ini?"

"Aku tidak lupa, Mama."

Reza melepas jasnya, suaranya mulai gemetar. "Aku memilih Alya, bukan karena aku ingin melawan Mama, tapi karena aku mencintainya."

Mirna menertawakan dengan getir. "Alya? Gadis yatim piatu itu? Cucu seorang nenek tua yang tidak punya apa-apa? Apa Mama tidak cukup jelas selama ini? Pernikahan ini harus, untuk masa depan perusahaan, bukan sekadar cinta bodoh!"

Reza menatap lurus, penuh tekad. "Tapi aku sudah dewasa, Mama. Aku mau bahagia, bukan cuma memikirkan perusahaan."

Di sudut ruangan, Sarah berdiri membeku. Wajahnya penuh kecemasan, tapi diam tak berani angkat bicara.

Reza menoleh padanya sekejap, lalu kembali menatap mamanya. "Aku tahu. Tapi aku juga tahu kalau cinta antara aku dan Alya bukan sesuatu yang bisa Mama hapus begitu saja."

Mirna menyipitkan mata, napasnya memburu. "Kalau begitu, kamu yang memilih jalanmu sendiri. Tapi jangan salahkan aku, kalau semuanya hancur."

Reza melangkah keluar, menutup pintu dengan pelan tapi pasti. Di luar, udara malam dingin menyergap. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan hati yang bergejolak.

Di balik jendela, bayangan Mirna menatap lurus ke arah Reza yang kini hilang dari pandangannya. Senyumnya kaku, penuh rencana yang belum selesai.

..

..

POV : (awal mula Alya, Reza, Sarah saling kenal)

Langit pagi itu mendung, tapi suasana Universitas Aruna tetap ramai. Mahasiswa hilir mudik dengan langkah cepat, sebagian membawa map tebal, sebagian lainnya sMamak dengan laptop atau kopi di tangan. Di salah satu aula, acara lomba debat Bahasa Mandarin sedang berlangsung, dan nama Alya kembali menggema sebagai peserta unggulan.

"Alya Wicaksana dari Fakultas Ilmu Sosial, silakan maju."

Tepuk tangan terdengar, sebagian tulus, sebagian setengah hati. Gadis itu melangkah mantap, wajahnya tenang meski di dalam dada degup jantungnya menggila. Debat hari ini adalah final, dan semua orang tahu siapa yang akan menang. Alya bukan hanya pintar bicara, tapi juga berpikir cepat, dan yang lebih penting ia menguasai bahasa Mandarin lebih fasih daripada sebagian dosen tamu.

Di deretan tamu kehormatan, duduk seorang pria paruh baya dengan jas mahal dan senyum tipis. Pak Burhan, pemilik yayasan Aruna, sekaligus ayah dari Sarah mahasiswi komunikasi yang dikenal cerdas, cantik, dan anak kesayangan kampus.

Namun hari itu, Pak Burhan tidak menoleh pada putrinya. Pandangannya hanya terpaku pada sosok Alya di atas panggung.

"Anak itu... terlalu bersinar," gumamnya pelan. "Terlalu menonjol."

Sarah melirik ayahnya. "Siapa?"

"Alya Wicaksana. Anak beasiswa. Dia bisa jadi lulusan terbaik kalau kamu tidak hati-hati."

Sarah terdiam. Ia bukan tipe yang cemburu atau takut disaingi, tapi jelas nada suara ayahnya bukan sekadar komentar akademis. Ada kecemasan di sana, campuran antara persaingan, kontrol, dan ego.

"Dekati dia," kata Pak Burhan tajam. "Jangan sampai saat wisuda nanti, semua mata melihat dia... bukan kamu."

..

..

Alya sedang membereskan map debatnya ketika suara lembut memanggilnya dari belakang.

"Hebat banget kamu tadi."

Alya menoleh. Seorang gadis dengan rambut kecoklatan dan senyum anggun berdiri di hadapannya. Ia mengenakan blouse branded, riasan tipis, dan aura 'anak sultan' yang terlalu mencolok bagi Alya.

"Kamu Sarah, kan?" tanya Alya canggung.

Sarah mengangguk. "Dan kamu Alya yang namanya disebut-sebut semua dosen. Papa juga sering cerita soal kamu."

Alya mengerutkan dahi. "Pak Burhan?"

"Yup. Dia suka perhatiin mahasiswa berprestasi. Dan kamu..." Sarah menatapnya dari ujung kepala sampai kaki, "nggak kelihatan seperti ancaman, tapi kamu bahaya juga, ya."

Ucapan itu terdengar seperti candaan, tapi ada nada terselubung di dalamnya yang membuat Alya tak sepenuhnya nyaman.

Sejak hari itu, Sarah mulai 'mendekati' Alya. Ia mengajaknya makan siang, duduk bareng di perpustakaan, bahkan menawarkan Alya tumpangan pulang meski mereka tinggal di arah berlawanan. Alya awalnya bingung kenapa tiba-tiba anak paling populer di kampus bersikap seakrab itu?

Tapi Sarah pandai memainkan perannya. Ia tahu kapan bicara, kapan mendengarkan, kapan tertawa, dan kapan berpura-pura kagum.

Yang tidak ia duga Alya ternyata bukan hanya pintar, tapi juga tulus.

"Jadi kamu tinggal sama nenek?" tanya Sarah suatu malam saat mereka duduk di taman kampus.

Alya mengangguk. "Nenek satu-satunya keluarga yang aku punya. Ayah meninggal waktu aku SD, Bundaku menyusul dua tahun lalu."

Ada keheningan sejenak.

"Maaf," kata Sarah. "Aku nggak tahu."

"Gak apa-apa," Alya tersenyum. "Aku sudah terbiasa. Hidup nggak selalu adil, tapi aku selalu percaya, kerja keras gak akan sia-sia."

Sarah mengangguk pelan. Semakin lama ia bersama Alya, semakin sulit ia membedakan mana yang murni misi dari ayahnya, dan mana yang lahir dari ketertarikan pribadi.

..

..

Reza Gabriel

Ia adalah putra tunggal dari konglomerat pemilik grup properti raksasa yang punya hubungan bisnis dekat dengan keluarga Burhan. Reza kuliah di fakultas bisnis, dan hampir tak pernah terlihat di kegiatan sosial kampus. Tapi ia muncul di acara diskusi lintas jurusan dan duduk tepat di depan Alya.

Setelah diskusi selesai, Reza menghampiri Alya. "Tadi kamu yang nanya soal strategi merger budaya di China, ya?"

Alya mengangguk. "Kebetulan topik skripsiku dekat dengan itu."

"Menarik." Reza tersenyum tipis. "Boleh ngobrol lain waktu? Aku suka cara kamu mikir."

Sarah yang melihat dari kejauhan, membeku. Ia mengenal tatapan Reza. Tatapan itu... bukan tatapan biasa.

Dan benar saja. Dalam beberapa minggu, Reza semakin sering terlihat bersama Alya. Di taman, di kafe kampus, bahkan sesekali mengantar Alya pulang. Sarah tak berkata apa-apa ia bukan tipikal perempuan posesif. Lagi pula, ia tahu perjodohan antara dirinya dan Reza lebih seperti kontrak bisnis daripada kisah cinta.

Namun ia juga tahu satu hal: Mama Reza, Bu Arini, tidak akan pernah menyetujui seorang Alya.

..

..

Sore itu, saat Reza dan Alya terlihat bersama di parkiran, Sarah hanya tersenyum tipis. Ia menghampiri Alya malam harinya.

"Kamu tahu, kan, siapa Reza sebenarnya?"

Alya terdiam. "Aku tahu. Tapi... aku gak pernah minta dia dekat sama aku."

"Dan aku gak pernah menghalangi." Sarah menatapnya lurus. "Tapi kamu harus siap kalau nanti dunia gak sebaik kamu kira."

Alya menarik napas panjang. "Aku gak takut sama dunia, Sarah. Aku cuma takut suatu hari aku lupa jadi diri sendiri, demi masuk ke dunia yang bahkan tidak pernah menginginkanku."

Sarah tak bisa menjawab.

Di dadanya, perasaan aneh mulai tumbuh-antara kagum, iri, dan... khawatir.

Karena untuk pertama kalinya, ia merasa... mungkin Reza memang mencintai Alya. Bukan karena rencana, bukan karena warisan, tapi karena sesuatu yang bahkan tidak bisa ia tawarkan: ketulusan.

Dan itu jauh lebih berbahaya dari sekadar kecerdasan akademik.

Salam penulis,

darkcom

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh darkcom

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Bukan Menantu Idaman Mama
1

Bab 1 Nama yang Sering Disebut

27/08/2025

2

Bab 2 Tamu Tak Diundang dalam Hati yang Sibuk

02/09/2025

3

Bab 3 Pertunangan yang Sudah Lama Ditulis

02/09/2025

4

Bab 4 Aliansi Rahasia

02/09/2025

5

Bab 5 Permainan Persepsi

02/09/2025

6

Bab 6 Kilau yang Tak Terbantahkan

02/09/2025

7

Bab 7 Awal Baru, Langkah Lama

02/09/2025

8

Bab 8 Di Antara Lampu Kristal dan Luka Lama

02/09/2025

9

Bab 9 Luka yang Diam

02/09/2025

10

Bab 10 Ketika Permainan Usai

02/09/2025

11

Bab 11 Makan Malam dan Kisah Keluarga

02/09/2025

12

Bab 12 Perubahan yang Tak Terduga

02/09/2025

13

Bab 13 Saat Hujan Turun

02/09/2025

14

Bab 14 Di Titik Balik

02/09/2025

15

Bab 15 Titik Ujian

02/09/2025

16

Bab 16 Harga dari Sebuah Nama

02/09/2025

17

Bab 17 Bahagia yang Layak Dirayakan

02/09/2025

18

Bab 18 Buku Kosong dan Janji Besar

02/09/2025

19

Bab 19 Menantu yang Tidak Pernah Diimpikan

02/09/2025

20

Bab 20 Janji dalam Diam

02/09/2025

21

Bab 21 Rumah yang Tersembunyi, Tatapan yang Terang

02/09/2025

22

Bab 22 Bara dalam Senyap

02/09/2025

23

Bab 23 Yang Tak Pernah Diundang

15/10/2025

24

Bab 24 Titik Balik

15/10/2025

25

Bab 25 Ternyata Belum di Terima

15/10/2025

26

Bab 26 Jejak di Balik Senyum

15/10/2025

27

Bab 27 Bara yang Tersembunyi

02/11/2025

28

Bab 28 Retakan Tak Terlihat

03/11/2025

29

Bab 29 Foto yang Tak Seharusnya Ada

04/11/2025

30

Bab 30 Hujan di Dalam Rumah

05/11/2025

31

Bab 31 Suara yang Tak Didengar

06/11/2025

32

Bab 32 Retakan di Balik Nama

07/11/2025

33

Bab 33 Langit yang Tak Sama

09/11/2025

34

Bab 34 Langkah Menuju Pulang

10/11/2025