/0/27490/coverbig.jpg?v=9ed2e481e906d6ba329e5ab215c2ee73&imageMogr2/format/webp)
"Radit..." Tasya menaruh sendok dengan hati-hati ke piring. "Hm?" "Aku hamil." Suara sendok Radit berhenti berdenting. Dia menoleh pelan, menatap mata istrinya untuk pertama kali malam itu. Wajahnya tidak menyimpan kegembiraan, juga tidak marah. Hanya bingung. Atau takut? "Hamil?" ulangnya, seolah tak percaya telinganya. Tasya mengangguk pelan. "Dua bulan." Keheningan menyelimuti ruang makan itu. Bunyi jam dinding terdengar seperti detak bom waktu. Radit menatap istrinya lebih lama dari biasanya. "Anak siapa?" tanyanya akhirnya.
Bab 1 – Dua Garis Biru
"Radit..." Tasya menaruh sendok dengan hati-hati ke piring.
"Hm?"
"Aku hamil."
Suara sendok Radit berhenti berdenting. Dia menoleh pelan, menatap mata istrinya untuk pertama kali malam itu. Wajahnya tidak menyimpan kegembiraan, juga tidak marah. Hanya bingung. Atau takut?
"Hamil?" ulangnya, seolah tak percaya telinganya.
Tasya mengangguk pelan. "Dua bulan."
Keheningan menyelimuti ruang makan itu. Bunyi jam dinding terdengar seperti detak bom waktu. Radit menatap istrinya lebih lama dari biasanya.
"Anak siapa?" tanyanya akhirnya.
Pertanyaan itu seperti cambuk. Namun Tasya tidak terkejut. Dia bahkan sudah menyiapkan jawabannya, tapi justru bungkam. Bibirnya tak bergerak, dan matanya mulai berkaca.
Dia tidak tahu.
Karena dua bulan lalu, malam hari sebelum ulang tahun pernikahan mereka yang keempat, dia mabuk. Dan malam itu, dia bersama Galvin. Tapi dua hari sebelumnya, secara tak sengaja, dia dan Radit tidur Bersama, satu-satunya malam dalam setahun di mana mereka tidak bertengkar dan benar-benar berbagi ranjang seperti suami istri sesungguhnya.
Tasya mencoba mengingat detail-detailnya. Tapi kepalanya hanya penuh kabut. Apakah ini karma karena mengkhianati pernikahan yang sejak awal pun tak pernah benar-benar utuh?
Radit berdiri perlahan. Tangannya meraih gelas air putih yang tersisa di atas meja. Dia meneguknya cepat, lalu menarik napas panjang.
"Jadi kamu nggak tahu siapa ayahnya," ucapnya, lebih sebagai kesimpulan daripada pertanyaan.
Tasya menunduk. Dadanya sesak, tapi dia tahu dia pantas disalahkan. Sama seperti Radit pantas dipertanyakan.
"Kalau kamu minta aku pergi, aku bisa keluar dari rumah ini malam ini juga," katanya, berusaha terdengar tenang.
Radit tertawa sinis. "Keluar ke mana? Ke rumah Galvin?"
"Dan kamu? Mau bawa Sheila masuk ke sini besok pagi?"
Satu detik, dua detik. Wajah Radit berubah tegang. Suara Tasya terlalu tenang untuk tuduhan sekeras itu.
"Aku nggak akan debat soal siapa lebih salah, Radit. Kita sama-sama salah dari awal," lanjut Tasya. "Kita ini dua orang asing yang dipaksa hidup serumah demi perusahaan orang tua kita. Dan sekarang... kita menuai hasilnya."
Radit berjalan menuju balkon, membuka pintu geser dan berdiri di ambang, membiarkan angin malam masuk. Jakarta di luar sana ramai, tapi di dalam sini hanya sunyi.
"Aku benci hidup seperti ini," gumam Radit.
Tasya menatap punggung suaminya. Dulu, dia pikir dia bisa menjalani pernikahan ini. Pura-pura bahagia, pura-pura mencintai. Tapi bertahun-tahun berpura-pura justru menghancurkannya perlahan.
"Aku juga," bisiknya. "Tapi sekarang ada nyawa di dalam tubuhku. Dan dia nggak minta dilahirkan dari hubungan seberantakan ini."
Radit menutup mata. Di satu sisi, dia ingin marah. Tapi kepada siapa? Kepada Tasya? Dirinya sendiri? Atau orang tua mereka yang menulis takdir mereka di atas selembar kontrak perjanjian merger perusahaan?
"Kalau memang harus diuji, kita tunggu sampai bayi lahir," ucapnya akhirnya, suara berat.
"Tes DNA. Setelah itu, kita tentukan semuanya."
Tasya mengangguk pelan. Entah lega, entah justru lebih takut dari sebelumnya.
"Tapi Radit..." katanya, suaranya nyaris tak terdengar. "Kalau ternyata ini anakmu... kamu mau tetap jadi ayahnya? Maksudku... benar-benar jadi ayahnya?"
Radit terdiam lama.
"Entahlah," jawabnya lirih. "Aku bahkan nggak tahu gimana caranya jadi suami. Apalagi jadi ayah."
Kata-kata itu lebih menusuk daripada teriakan. Tasya mengusap perutnya. Masih datar. Tapi di sana ada kehidupan. Nyawa kecil yang tumbuh di tengah kekacauan, dan entah akan tumbuh dalam cinta... atau luka yang diwariskan.
Tasya berdiri, meninggalkan meja makan. Malam itu, mereka tidur di ranjang yang sama tapi saling membelakangi, seperti biasa.
Di luar jendela, lampu kota menyala. Dan di dalam kamar itu, satu rahasia baru saja membuka bab baru dalam hidup mereka.
Salam Penulis
darkcom
Bab 1 Dua Garis Biru
27/08/2025
Bab 2 Luka yang Tak Pernah Sembuh
27/08/2025
Bab 3 Pilihan yang Mengguncang
27/08/2025
Bab 4 Rasa yang Tak Pernah Pergi
27/08/2025
Bab 5 Suara yang Tak Diucapkan
27/08/2025
Bab 6 Rumah yang Penuh Rahasia
27/08/2025
Bab 7 Wajah yang Salah
27/08/2025
Bab 8 Bukan Siapa-siapa
27/08/2025
Bab 9 Dua Telepon Tak Terjawab
27/08/2025
Bab 10 Rumah Sakit Rahasia
27/08/2025
Bab 11 Kebenaran yang Tak Sengaja
27/08/2025
Bab 12 Cemburu yang Tak Diundang
27/08/2025
Bab 13 Pria yang Sama, Cinta yang Beda
27/08/2025
Bab 14 Antara Rasa dan Rahasia
27/08/2025
Bab 15 Rumah yang Tak Lagi Sama
27/08/2025
Bab 16 Harapan yang Rawan
27/08/2025
Bab 17 Luka yang Menjawab
27/08/2025
Bab 18 Tanda yang Tak Bisa Disembunyikan
27/08/2025
Bab 19 Gambar yang Pernah Terlihat
27/08/2025
Bab 20 Keinginan Terlarang
27/08/2025
Bab 21 Dua Rencana, Dua Dunia
27/08/2025
Bab 22 Sekutu yang Salah
27/08/2025
Bab 23 Racun dalam Sajian
27/08/2025
Bab 24 Sajian yang Salah Alamat
27/08/2025
Bab 25 Undangan Berbisa
27/08/2025
Bab 26 Wanita yang Mahal
27/08/2025
Bab 27 Pita, Warisan, dan Luka yang Terselip
27/08/2025
Bab 28 Strategi Terakhir Sheila
27/08/2025
Bab 29 Dua Nyawa di Ujung Benang
27/08/2025
Bab 30 Di Antara Dua Napas
27/08/2025
Bab 31 Wajah Baru dari Luka Lama
27/08/2025
Bab 32 Beban di Balik Kursi
27/08/2025
Bab 33 Isyarat dari Dua Dunia
27/08/2025
Bab 34 Bayangan di Balik Kabut
09/09/2025
Bab 35 Bayangan di Balik Kabut
10/09/2025
Bab 36 Persimpangan Kekuasaan dan Intrik
11/09/2025
Bab 37 Kematian yang Tidak Pernah Diumumkan
12/09/2025
Bab 38 Antara Hidup dan Kepalsuan
13/09/2025
Bab 39 Ancaman yang Membayang
14/09/2025
Bab 40 Keteguhan Seorang Ibu
15/09/2025
Buku lain oleh darkcom
Selebihnya