/0/29114/coverorgin.jpg?v=8ef50e2564eedbd7adab40a8459a0b58&imageMogr2/format/webp)
Elara menatap layar komputernya yang kini kosong. Semua file kerja yang semula tertata rapi tiba-tiba terasa sia-sia. Sejak pagi tadi, ia duduk di kursi yang biasa ia gunakan, menatap laporan-laporan yang seharusnya menjadi bukti kinerjanya. Namun kenyataan pahit datang dari satu email: "Dengan berat hati, kami memutuskan hubungan kerja Anda efektif hari ini."
Tangannya gemetar saat mematikan komputer. Pikirannya kacau, jantungnya berdebar, dan matanya terasa panas. Ia tahu, di balik email itu, ada tangan-tangan yang ingin menjatuhkannya. Rekan kerjanya, Maya, dengan senyum manis tapi penuh kebencian, berhasil menanam fitnah yang cukup untuk membuat manajemen percaya padanya.
"Ini... ini tidak mungkin terjadi," gumam Elara pada dirinya sendiri. "Aku sudah bekerja keras... seharusnya ini tidak terjadi."
Di luar jendela kantor, hujan mulai turun deras. Tetesannya menimpa kaca jendela, membentuk garis-garis yang seolah ikut menangis bersamanya. Elara menghela napas panjang. Ia harus kuat. Ibunya sakit, adiknya masih kuliah, dan satu-satunya yang bisa menopang keluarga kini ia sendiri. Ia tidak boleh menyerah.
Beberapa jam kemudian, Elara pulang ke rumah kontrakannya yang sempit. Langkahnya berat, tubuhnya lelah, dan hatinya hampa. Namun sesampainya di rumah, ia disambut oleh senyuman tipis adiknya, Dita, yang tampak khawatir.
"Lara, kau... bagaimana di kantor?" Dita bertanya, menatap kakaknya dengan mata yang cemas.
Elara hanya tersenyum lemah. "Hanya masalah kecil... nanti aku ceritakan. Sekarang, makan dulu."
Namun, di dalam hatinya, kekhawatiran membuncah. Bagaimana ia bisa membayar sewa rumah bulan ini? Bagaimana ia bisa membeli obat ibu yang kian mahal? Pikirannya dipenuhi rasa takut, tapi ia tahu satu hal: ia harus bertindak.
Keesokan harinya, Elara berjalan menelusuri jalanan kota, mengantarkan lamaran kerja dari satu tempat ke tempat lain. Namun setiap pintu yang diketuk, setiap HRD yang ditemui, selalu berakhir sama: penolakan. Rasanya dunia menutup semua jalannya.
"Tidak ada yang mau menerima pekerjaanku," gumamnya saat duduk di bangku taman, menatap anak-anak bermain, merasakan hidup mereka begitu ringan sementara ia menanggung beban dunia.
Saat itulah, sebuah mobil hitam mewah melambat di depannya. Jendela mobil terbuka, dan seorang pria berpakaian rapi menatapnya dengan penuh ketertarikan.
"Kau Elara, bukan?" suaranya dalam dan tegas, namun ada sesuatu yang menenangkan di dalamnya.
Elara menatapnya, sedikit terkejut. "Eh... ya, saya Elara. Maaf, siapa Anda?"
"Saya Adrian," jawab pria itu sambil tersenyum tipis. "Saya punya tawaran pekerjaan untukmu. Tapi bukan pekerjaan biasa. Ini... berbeda."
Elara menatapnya curiga. Dalam hidupnya yang penuh kesulitan, tawaran pekerjaan tiba-tiba dari orang asing terasa aneh. Namun ada sesuatu di matanya Adrian yang membuatnya merasa aman, atau setidaknya penasaran.
"Pekerjaan apa maksud Anda?" tanyanya hati-hati.
Adrian menurunkan kaca mobil sepenuhnya. "Bayaran tinggi. Sangat tinggi. Cukup untuk melunasi semua hutang keluargamu, bahkan lebih."
Elara terperangah. "Bayaran tinggi... tapi... pekerjaan seperti apa?"
Adrian menghela napas panjang. "Aku akan jujur. Pekerjaan ini... tidak mudah diterima hati nurani banyak orang. Aku ingin kau menjadi... surrogatku."
Elara menatapnya kosong. "Apa maksud Anda...?"
"Surrogat. Aku ingin kau melahirkan anak untukku," jawab Adrian dengan tenang. "Aku pewaris terakhir keluargaku, dan aku dituntut untuk memiliki keturunan. Dijodohkan dengan wanita lain... aku menolak karena aku tahu niat sebenarnya. Aku butuh cara lain untuk meneruskan garis keturunan. Kau... bisa membantuku."
/0/27915/coverorgin.jpg?v=75c2eceda11749c4d543088d49ab8aef&imageMogr2/format/webp)
/0/29097/coverorgin.jpg?v=35c5f9bf6be1a81c4d8d7123fccf5cfd&imageMogr2/format/webp)
/0/21376/coverorgin.jpg?v=d949948fe5197ff19b88206efd1aef1c&imageMogr2/format/webp)
/0/23401/coverorgin.jpg?v=4d80576acf8f0703d0660545e45c3910&imageMogr2/format/webp)
/0/27856/coverorgin.jpg?v=20251110165831&imageMogr2/format/webp)
/0/19904/coverorgin.jpg?v=71b4823e6464f0a53b75e59966fb04bc&imageMogr2/format/webp)
/0/22413/coverorgin.jpg?v=00549ec948e0cfada35cc5e5a2f14436&imageMogr2/format/webp)
/0/15611/coverorgin.jpg?v=e07f203525618a6f8d7e40b58e3f2b5b&imageMogr2/format/webp)
/0/6492/coverorgin.jpg?v=4cc7c7dc9bd4738c9b4f30b0849b2100&imageMogr2/format/webp)
/0/6064/coverorgin.jpg?v=ab58d5e0b78dc0995aa8b2e44da3baad&imageMogr2/format/webp)
/0/21119/coverorgin.jpg?v=c6f97c32efcf6b9cac0aaf22e1b791da&imageMogr2/format/webp)
/0/16521/coverorgin.jpg?v=30aaa349556cbdbd488e00b931aebd15&imageMogr2/format/webp)
/0/30899/coverorgin.jpg?v=98035b54ba643c584f1cb7fa3872f6bf&imageMogr2/format/webp)
/0/9782/coverorgin.jpg?v=bdb6c7eb301b0c95aa2dfb1b7472f39b&imageMogr2/format/webp)
/0/23532/coverorgin.jpg?v=4e60e3d262b3b2fb557ac9f345e1d24c&imageMogr2/format/webp)
/0/18338/coverorgin.jpg?v=fd3714856cbd0c5db11cdea2f4de72e9&imageMogr2/format/webp)
/0/3431/coverorgin.jpg?v=a947c5bf704f2fb05a529090f69f4d97&imageMogr2/format/webp)
/0/17052/coverorgin.jpg?v=62edda3c221d978560bca2cb1bbe0b5a&imageMogr2/format/webp)