Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Bab 1
"Menikahlah denganku!"
Kata pria itu dengan wajah serius membuat Elara melongo sesaat, matanya membulat bahkan hendak keluar.
'Ini orang mabuk apa ya? Baru kenal beberapa hari masa ngajak nikah?'' batin Elera
Elera Monicha .seorang gadis 24 tahun, yang belum genap seminggu bekerja sebagai sekretaris di PT Holding Compeny. Perusahaan terbesar di Ibu Kota Elera sendiri tak menyangka bisa masuk ke perusahaan besar ini. Pekerjaan ini dia dapat setelah dirinya ditolak hampir sepuluh perusahaan dengan alasan yang sama.
"Maaf, kami gak menerima fresh gruaduate, kami mencari pekerja yang sudah mempunyai pengalaman."
Entahlah Elera sendiri tak tahu bagaimana pemikiran orang-orang ini, bagaimana para fresh gruduate seperti dirinya ini akan mendapat pengalaman kalau tak diberi kesempatan untuk bekerja.
Di tengah panasnya matahari Ibu kota Elera berjalan menyusuri trotoar, kakinya mungkin sudah lecet, dia merasakan perihnya, tenggorokan juga sudah kering dan peluh sudah membasahi badan, langkah kaki gadis itu gontai dan sedikit terseok. Hari ini sudah tiga perusahaan menolaknya, dengan alasan yang sama. Sebuah alasan klasik yang tak ada matinya.
"Kami mencari orang yang berpengalaman."
***
Elera menelan air liurnya saat melihat gerobak es cendol di seberang sana, beberapa orang tampak sedang menikmati minum di depannya, kesegaran es tersebut yang kelihatan menggiurkan ketika diminum. Ellera merogoh uang di sakunya dia tersenyum saat melihat uang pecahan lima puluh ribu di sakunya, bolehlah dia minum es cendol dan semangkok bakso. Namun, baru beberapa langkah kaki Elera tiba-tiba dia teringat seseorang yang berbaring lemah di rumahnya menarik napas dalam, hari ini obat kakaknya habis dan dia belum membelikannya obat. Aprliea Alilie adalah kakak angkat Elera, mereka dibesarkan di panti asuhan yang sama, setelah tamat SMU, April mengajak Elera tinggal di rumah peninggalan orang tuanya dan mereka hidup selayaknya saudara, tetapi sudah beberapa bulan ini Aprilia sakit dan divonis kena kanker stadium dua. Dokter juga sudah menyarankan untuk operasi tetapi apa daya Elera tak ada uang dan BPJS juga hanya bisa membayar setengahnya saja.
"Keadaan kakak anda sudah kian mengkuatirkan, saya kuatir sel kanker akan menyebar ke organ tubuh yang lain," ujar lelaki tua berpakaian Dokter itu dengan nada serius setelah melihat tulisan hasil pemeriksaan April kakak angkat Elera.
"Tolong selamatkan kakak saya, Dok!"ujar Elera memohon. Tatapannya sayu menatap Dokter, gadis itu sungguh berharap agar Dokter mau membantunya.
"Satu-satunya jalan kita harus operasi, membuang sel kanker yang merusak organ hatinya," kata Dokter itu memaparkan kedaan pasien yang sedang ditanganinya.
"Tapi," lanjut sang Dokter.
"Tapi apa, Dok?"tanya gadis cantik bermata kelinci itu.
"Biayanya tak sedikit," jawab Dokter Ibrahim. Dokter yang menangani kakaknya sejak pertama divonis kanker oleh Dokter umum yang memeriksanya.
Elera menarik napas dalam, dia sudah menduga inilah yang akan dikatakan sang Dokter. Dengan suara berat dan sedikit ragu Elera bertanya," berapa biayanya, Dok?'
"Kurang lebih seratus lima puluh juta," jawab sang Dokter yang membuar Elera diam seketika.
Bagaimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?"
Elera memasukkan uang pecahan lima puluh ribu itu ke sakunya kembali, lebih baik uang itu untuk membeli obat kakaknya. Dia kemudian duduk di tepi taman memperhatikan beberapa anak sedang bermain dengan orang tuanya. Sungguh bahagia mereka bisa mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Bereda dengan dirinya yang tak pernah tahu siapa orang tuanya.
Menurut pemilik panti, Elera diletakkan di depan pintu gerbang panti asuhan dalam kardus bersama sekotak susu, kain selimut dan sebuah tulisan.
[Tolong selamatkan anakku!]
Ibu Asih pemilik panti kemudian menyimpan tulisan itu dengan baik.
"Ibu tak tahu siapa yang meletakkan kamu di sini, tapi Ibu mengira kamu bukan dari keluarga miskin. Ibu rasa Ibu kamu adalah orang kaya. Bisa dilihat dari merk susu yang ada dalam kardus saat kamu ditemukan, itu bukan susu bayi yang murahan atau biasa," ujar Bu Asih saat Alera tanya siapa orang tuanya.
"Kalau aku anak orang kaya, kenapa aku dibuang Bu? Kenapa mereka menaruhku di panti asuhan?" kata Elera terisak. Hati siapa yang tak remuk jika mendapati kenyataan kalau dirinya adalah anak buangan yang mungkin saja dirinya adalah anak yang tak diharapkan kehadirannya oleh kedua orang tuanya.
"Nak, kita tak tahu jalan hidup orang seperti apa, mungkin orang tuamu membuagmu karena terpaksa. Terbukti ada surat dimana orang itu meminta kamu untuk diselamatkan, mungkin saat itu memang keadaan yang mengharuskan kamu harus dibuang, biar selamat," kata Bu Asih.
Elera menarik napas dalam mengingat pembicaraannya dengan pemilik panti itu.
"Kalau aku anak orang kaya, kenapa aku dibuang?" Pertanyaan yang sudah lama bermain di otak Elera sejak tahu merk susu yang di tinggalkan dikardus tempat dia dibuang dulu harganya mencapai enam ratus delapan puluh ribu sekotak dalam ukuran kecil.