Menceritakan tentang tiga anak sekolah yang memiliki kekuatan spesial akibat menjadi korban eksperimen dari organisasi misterius. Mereka bersatu demi mengungkap dan membalaskan dendam kepada organisasi pengatur serta bertanggung jawab atas apa yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Dunia yang dikontrol oleh organisasi misterius sesuai dengan kepentingan dan melegalkan segala cara demi mencapai tujuannya. Sampai mereka bertiga harus berjuang menghadapi konspirasi-konspirasi yang dilakukan oleh organisasi misterius tersebut. Apakah mereka bertiga mampu melawan organisasi yang menjadi pemegang kendali dunia? Bagaimana cara mereka melawan dan bertahan demi mewujudkan impian tersebut? Langsung saja ikuti petualangan aksi mereka bertiga dalam menghadapi organisasi pemegang negara di seluruh dunia. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak berupa komentar. Jika suka dengan karangan ini, maka langsung saja subs dan nikmatilah cerita karya original dari author yang kampret ini. Peace be upon you.
Bab 1: PERMULAAN YANG SUDAH DI TENTUKAN OLEH TAKDIR
Apakah kalian percaya ada manusia yang bisa berevolusi? Atau manusia yang bisa melihat Masa depan? Atau berbagai kemampuan yang tidak mungkin di miliki oleh manusia?
Semua kekuatan itu ada pada diri manusia yang bisa di dapatkan dengan cara bereksperimen dan berusaha sangat keras agar bisa mendapatkannya.
Namaku John Vancouver. Sejak umurku sepuluh tahun, aku dimasukan ke dalam organisasi yang bernama HAM- Human Abnormal Maintance atau yang berarti pemelihara manusia yang tidak normal.
Organisasi tersebut mengumpulkan anak-anak abnormal dan difabel di seluruh penjuru dunia, dengan tujuan menjadikan anak-anak tersebut sebagai tikus percobaan.
Karena waktu itu, anak-anak abnormal dan difabel di percayai membawa virus yang mematikan. Sehingga mereka di buang ke dalam organisasi yang membutuhkan tikus percobaan berkedok sebauh panti maupun rumah sakit anak penyandang gejala mental.
Salah satunya adalah aku.
Pertama kali aku memasuki tempat itu, sembari berjalan di sebuah koridor nan panjang. Aku melihat anak-anak yang tengah di bedah dan di masukan sesuatu ke dalam tubuh mereka.
Di setiap kakiku melangkah. Aku di suguhkan beragam kejadian yang tidak manusiawi. Aku pun menangis histeris dan ketakutan, sembari berusaha meloloskan tanganku yang di genggam erat oleh pria dewasa bertubuh kekar, sehingga aku tidak kuasa tuk melawannya.
Lima tahun berlalu.
Para profesor ambisius masih terus memikirkan dan mengembangkan eksperimen yang belum pernah mereka coba sebelumnya. Selama lima tahun berjalan, aku hanya beraktifitas seperti anak-anak kecil pada umumnya. yaitu tidur, makan, belajar, dan bermain-main.
Namun tetap saja, di setiap hari-hari yang aku lewati, masih terbesit rasa takut dan bayangan akan kematian terus menghantui pikiranku.
Hingga sampai umurku belum genap lima belas tahun, barulah mereka menemukan bahan eksperimen untukku.
Aku langsung di bawa ke sebuah ruangan. Di sana terdapat banyak orang dewasa yang seolah-olah ingin menyaksikan kematiaku.
Tangan dan kakiku di ikat pada sebuah ranjang yang nampak sudah di desain untuk melakukan berbagai macam eksperimen.
Sampai tiba saatnya mereka memasangkan suatu alat di sekujur tubuh, bahkan ada sebagian dari alat itu menusuk sampai menembus kebagian dalam tulang-tulangku.
Aku menjerit dan menangis sambil meronta-ronta, karena mereka tidak menyuntikkan obat penghilang rasa sakit yang biasa dokter pakai untuk mengoperasi pasien nya.
Setelah itu, alat yang sudah di pasangkan di dalam maupun diluar tubuhku menyuntikan sebuah cairan hasil eksperimen yang mereka kerjakan selama beberapa tahun ke belakang. Kemudian tiba-tiba tubuhku bergerak tak terkontrol dengan sendirinya.
Aku merasa sedang dalam prosesi sekaratul maut dan dengan perlahan-lahan pandanganku semakin gelap gulita.
Dalam masa koma, aku merasakan kenikmatan surga yang teramat sangat sukar untuk di jelaskan. Aku juga merasakan siksa neraka yang teramat sulit untuk di ucapkan secara lisan. Karena aku yakin, tidak ada satupun orang percaya pada orang yang tidak normal sepertiku.
Rasanya ingin aku terus seperti ini, terus berada dalam masa-masa yang membuatku mengetahui sesuatu hal yang tidak bisa di ketahui oleh orang lain.
Ditempat itu sangatlah damai dan tiada penderitaan seperti hidup di dunia yang fana.
Beberapa bulan Kemudian.
Aku tersadar dari koma dan bersyukur masih diberi kesempatan sekali lagi untuk merasakan kehidupan di dunia yang sama sekali belum kumengerti akan tujuan sebenarnya tuhan menciptakan alam semesta ini.
Tak lama berselang aku melihat sesosok pria paruh baya mendekat seraya berkata, "selamat datang kembali ke dunia, John. Hanya kamu seorang yang dapat merasakan karya terbaikku sepanjang masa."
Perlahan-lahan pria tersebut mengayunkan pisaunya ke arah mataku.
CRAAAAKKK!
1. PERMULAAN YANG SUDAH DI TENTUKAN OLEH TAKDIR
Chapter 1: Teman Pertama
KRIIINGGG..KRIIINGGG (suara alarm)
"Bwahhh!? hufftt ... ternyata mimpi buruk itu lagi." ucap John sembari menghela nafasnya akibat mengalami mimpi buruk.
Setelah beberapa menit menjernihkan otaknya.
John segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan seluruh anggota badan, dan selepas melewati aktifitas seperti anak sekolah pada umumnya, John langsung bergegas pergi untuk mengawali hari pertamanya memasuki tahun ajaran baru sekolah.
Sesampainya di pinggiran jalan raya. John segera duduk di sebuah halte- disitu banyak sekali anak-anak sebaya dengan dirinya maupun orang-orang dewasa yang tengah menunggu mobil angkutan umum maupun mobil jemputan.
"Yo bro," ucap lelaki disamping John.
John tidak menghiraukan ucapan dari lelaki tersebut yang mengarah padanya.
Tiba-tiba lelaki tersebut mengulurkan tangan seraya berkata, "perkenalkan namaku Ahmad Mauludy, panggil saja Ludy. Kamu calon peserta didik Tjampolai, kan?"
Lalu, John melirik kearah laki-laki kurus yang bernama Ludy dengan menatap matanya.
"Kebetulan aku juga sama, calon peserta didik SMKN Tjampolai, dan fillingku mengatakan kalau kamu satu jurusan denganku." kata Ludy sembari tersenyum cukup lebar.
John pun turut tersenyum, setelah mendengarkan perkataan dari Ludy dengan menjabat tangannya.
"Namaku John Vancouver, senang berkenalan denganmu." sahut John sembari melepaskan tangannya dari tangan Ludy.
"Yosh. Sekarang kamu teman pertamaku di sekolah Tjampolai. Filling ini kembali mengatakan kamu pantas jadi sahabatku" kata Ludy dengan sangat percaya diri.
John pun hanya bisa tersenyum mendengar kawan barunya itu.
Tiba-tiba datang sesuatu yang cepat mengarah kearah mereka berdua.
CYIITT ....
Benda itu berhenti tepat di hadapan John dan Ludy dengan kepulan asap hitam keluar dari benda tersebut.
"Ayo anak SMKN Tjampolai, suk masuk masuk masuk masuk!" ucap sopir bus sekolah itu dengan lantang.
Akhirnya mereka berdua pun masuk dan mobil bus pun kembali melaju seperti biasanya.
Tak berselang lama mobil bus sekolah berjalan. Para siswa-siswi berteriak histeris ketakutan.
AHHHHHH!? Jerit para menumpang
"Anying! Woy pak, nyetirnya biasa aja dong. Jangan ugal-ugalan."
"Iya nih, Aku takut banget."
"Kampret! seenak jidat sendir, nyetir ugalan-ugalan, kayak orang lagi kesurupan."
Suasana di dalam bus ramai penuh dengan ocehan-ocehan anak-anak peserta didik baru yang ketakutan disebabkan cara sopir bus itu mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan.
"Sudah semuanya harap tenang, bapak nyetir seperti biasa kok. Dulu angkatan-angkatan sebelum kalian, bapak anter-jemput mereka, dan sampai hari ini masih hidup, Jadi jangan khawati ...."
NGHUSSTTT
Dengan tiba-tiba, mobil bus sekolah melewati satu mobil di depan yang mengerem dadakan.
"Hoy, Kirik! Kalau ngerem jangan dadakan goblok! Liat spion dulu, Anjing." ucap pak sopir sembari mengeluarkan kepalanya dari kaca mobil.
Kemudian pak sopir langsung menoleh kearah murid-murid sembaril mengatakan, "Hehehe oke semuanya, anggap saja tadi senam jantung gratis." sembari tersenyum tak berdosa.
Melihat John yang biasa saja dan terkesan apatis. Ludy terlihat sedikit penasaran dengan teman barunya itu.
"Hey John, jantung kamu itu jantung pisang kah? Hampir semua orang menjerit dan jantungnya mau copot, kok kamu cuek bebek," tanya Ludy pada John perihal teman pertamanya itu tak bergeming sedikitpun dari tempat duduknya.
John hanya tersenyum kearah teman barunya, tanpa sepatah-kata keluar dari bibir tipis nan menawan itu.
"Heleh, Anjir. Sok jadi cowok cool, gak pantes kampret. Jangan ngikutin trend-trend anak introvert, kalau sifat aslinya butuhin orang lain." Ludy menepuk-nepuk pundak John yang dia rasa temannya itu hanya berpura-pura menjadi cowok cool agar di gandrungi oleh lawan jenis.
Bab 1 Permulaan yang sudah di tentukan
20/08/2022
Bab 2 Paradoks Junior
21/08/2022
Bab 3 Tamu tak berakal
23/08/2022
Bab 4 PERTEMUAN YANG BERGELAR
25/08/2022
Bab 5 PERJAMUAN PERTAMA
26/08/2022
Bab 6 PERJAMUAN KEDUA
27/08/2022
Bab 7 PERSIAPAN MISI PERTAMA: BAGIAN 1
27/08/2022
Bab 8 PERSIAPAN MISI PERTAMA: BAG 2
28/08/2022
Bab 9 MISI PERTAMA: UNJUK RASA 'SAKIT'
15/09/2022