Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Wanita Sang Presdir

Wanita Sang Presdir

Tyatyut

5.0
Komentar
176
Penayangan
6
Bab

Dunia Asha jungkir balik dalam sekedip mata. Ibunya meninggal. Dijodohkan dengan mantan sang kekasih. Alfa sang mantan kekasih sudah menjadi pria sukses berkuasa. Alfa bukan lagi pria rendahan yang bisa Asha abaikan. Pria itu sukses secara finansial. Alfa menjadi pria dingin dan dominan. Memaksakan kehendaknya kepada Asha. Lantas akankah Asha kembali pada cinta masa lalu? Ataukah mencoba melepaskan diri?

Bab 1 Hendak Dijodohkan

Kopi hitam tersaji di atas meja. Asapnya mengepul bersama aroma kopi yang khas. Minuman itu disajikan kepada tamu yang datang tanpa pemberitahuan. Hanya satu orang yang begitu berani membuka pintu ruangan seorang Alfa Hendrawan tanpa mengetuk pintu. Satu-satunya orang yang juga sudah seringkali membuat Alfa jengkel. Karyawan biasa tidak akan berani mengambil resiko masuk tanpa persetujuan si pemilik ruangan. Semua orang tahu resiko menghadapi kemarahan seorang Alfa Hendrawan tidaklah main-main.

Hukuman paling ringan adalah pemecatan, yang paling berat adalah -babak belur...hal itu jika melakukan pencurian di dalam ruangan.

"Sesibuk apa dirimu sampai mengabaikan pesan dari ayahmu ini Alfa!" Tongkat tuan Hendrawan dihentak hingga menimbulkan bunyi nyaring menyakitkan telinga. Alfa tidak lagi merasa terkejut melihat sikap pemarah ayahnya itu.

Alfa memangku kedua tangannya di atas kaki yang bersilang. Sikap tubuhnya begitu tenang menghadapi kemarahan sang ayah.

"Aku sudah hafal isi pesan ayah itu. Aku tidak menjawab karena tidak tertarik. Ayah tau sendiri aku ini seorang pebisnis. Tawaran ayah tidak ada yang memberikan keuntungan sama sekali." Shhh, ucapan Alfa terlalu menusuk.

Tuan Hendrawan langsung merespon marah ucapan anaknya itu. "Tawaran itu jelas sekali memberikan keuntungan, Alfa. Ayah mengirimkan daftar calon menantu yang memiliki latar belakang luar biasa."

"Kau bahkan tidak membuka pesan ayah bagaimana kau bisa tahu itu tidak menguntungkan!" Cincin berbatu besar milik sang ayah mengenai meja hingga menimbulkan bunyi nyaring. Alfa menghela nafas, cincin itu sudah bertambah lagi satu. Sekarang jari ayahnya penuh dengan cincin. Rasanya Alfa mual melihat tangan-tangan ayahnya yang penuh. Apa ayahnya itu tidak merasa berat memakai semua cincin itu?

"Ini coba lihat-lihat ini dengan baik-baik." Tuan Hendrawan menjajarkan foto-foto gadis cantik di atas meja. Berkulit putih, rambut panjang dan langsing. Rata-rata semuanya memiliki ciri itu.

"Foto pertama namanya Gabriela, anak pengacara tersohor. Keluarganya keturunan pengacara semua."

"Bagaimana dengan wanita itu sendiri?"tanya Alfa menyela hingga mengejutkan.

Tangan sang ayah yang tadi menggeser foto terdiam.

"Dia... Dia tidak melakukan apa-apa. Karena dia seorang putri cantik yang dimanja keluarganya."

Ck ck, Alfa berdecak kuat. "Aku paling benci anak manja yang tidak bisa apa-apa. Dia tersingkir."

Mata sang ayah melotot seketika.

"Tapi dia anak pengacara Alfa. Babat, bibit, bobotnya sudah ketahuan."

Alfa memijit pelipisnya. "Lalu kenapa kalau dia anak pengacara, yah? Ayah sendiri yang bilang dia putri manja di dalam keluarganya. Apa aku harus menikah dan mengurus istriku? Kalau begitu pernikahan ku akan seperti neraka karena aku harus terus berusaha menjaga hati si anak manja."

Tuan Hendrawan hanya bisa menganga mendengar kritikan pedas sang putra kepada Gabriela. Kalau Gabriela bertemu Alfa secara langsung memang benar gadis itu pasti tidak akan bisa menghadapi Alfa. Salah, dia memang salah memilih kandidat.

Tuing

Foto itu dilempar hingga jatuh. Yang melempar sendiri tidak lain adalah tuan Hendrawan.

"Kalau begitu lihat yang satu ini."

"Wajahnya jutek." Komentar Alfa lantas langsung menyisihkan foto wanita kedua tadi. Tuan Hendrawan ternganga menatap anaknya itu.

"Apa kau bercanda menolaknya karena wajahnya. Jangan menilai seseorang dari penampilan Alfa. Ayah sudah bilang berulang kali untuk mengingat itu!"

"Sssh, aku kadang-kadang lupa sama seperti ayah."

"Apa?"

"Ayah kan kadang, ka-dang suka mengomentari orang lain padahal selalu menasehati aku ini. Kurasa ayah kadang-kadang lupa dengan ucapan ayah sendiri."

"Alfaaaaaa!"

"Anak ini memang ingin dihajar." Tuan Hendrawan sudah berdiri dan menghampiri putranya itu. Segera saja Alfa berdiri dan menghindari sang ayah. "Beraninya mengkritik ayahmu sendiri!"

"Ayah... Presiden pun tidak lepas dari kritik, kenapa ayah dikecualikan. Apalagi jelas-jelas banyak hal yang bisa dikritik dari sifat ayah itu!"

Orangtua itu rasanya ingin jantung. Seperti berhadapan dengan anak remaja yang suka melawan dan membuat orangtua jengkel setengah mati.

"Kau benar-benar harus dihapus dari jajaran calon pewaris!"

"Aku anak ayah satu-satunya bagaimana bisa aku dihapus dari pewaris!"

"Bisa, lebih baik ayah serahkan semua harta ayah ke panti sosial saja daripada memberikannya kepada anak durhaka sepertimu!"

Alfa meringis mendengar itu. Tangannya terangkat meminta sang ayah berhenti mengejarnya.

"Maafkan anakmu yang satu ini ayah."

"Aku lebih suka bekerja daripada melakukan kencan membosankan itu, ayah. Aku tidak mau dijodohkan. Kalau mau mencari wanita aku bisa melakukannya kapanpun. Jangan pikir aku ini tidak laku!" Tandas Alfa serius.

Tuan Hendrawan menghentikan aksi kejar-kejaran tadi. Lalu menumpukan tangannya di kepala sofa.

"Baiklah ayah punya penawaran untukmu!"

"Tidak tertarik!"

"Dasar anak nakal dengarkan ayah!" Tuan besar memutari sofa dan memilih duduk kembali untuk menenangkan diri.

"Sekarang ayah tidak akan menjodoh-jodohkan kamu sampai batas waktu yang tak ditentukan."

Mata Alfa menyipit tahu sekali tabiat ayahnya itu. Tak mungkin menyerah sudah sejauh ini mencoba merayunya untuk segera berkeluarga. Bukan satu dua hari! Tapi selama tiga tahun! Tiga tahun bayangkan. Betapa pusingnya Alfa mencoba mengelak karena terus-menerus dijodohkan padahal ia tak mau sama sekali!

"Lalu apa keinginan ayah?"

"Sebagai gantinya kamu yang temukan jodohmu itu. Dengan batas waktu diberikan. Dalam waktu 1 tahun, ayah mau melihat kamu membawa wanita ke rumah untuk diperkenalkan!"

Tongkat yang selalu tuan Hendrawan bawa dihentak. Biasanya kalau sedang marah atau ingin bersikap tegas begitulah sang ayah merespon.

"Kenapa ayah menawarkan ini? Bagaimana kalau aku malah memilih sibuk bekerja daripada mencari calon istri?"

"Karena itu ada akibatnya jika kamu tidak berhasil membawa calon menantu ke rumah dalam waktu satu tahun!"

"Ayah akan mencabut semua fasilitas yang kamu miliki sekarang, jabatan, apartemen, kartu kredit, mobil, semuanya tanpa tersisa!"

Mata Alfa langsung saja membola. Dia bukan lagi anak berusia tujuh belas tahun yang masih mengadakan tangan untuk meminta kepada sang ayah. Dia sudah dewasa! Dan semua fasilitas, yang ia miliki adalah dari hasil kerja kerasnya. Bukan karena Ida meminta dari sang ayah. Tidak sama sekali. Tuan besar Hendrawan ini keterlaluan!

"Hah?! Tidak bisa begitu. Semua fasilitas itu milikku kenapa ayah mau mengambilnya. Hasil kerja kerasku!" Suara Alfa meninggi penuh bantahan.

Dua pria itu sekarang saling menatap dengan mata berkilat. Bertarung dengan tatapan.

"Hasil kerja keras kamu di bawah perusahaan ayah, alfa. Bukan dari kakimu sendiri. Jadi tetap saja semua itu berasal dari ayah!"

Alfa langsung meremas rambutnya.

"Ayah tunggu calon menantunya. Bawakan wanita ke rumah dalam waktu 1 tahun. Waktu yang banyak bukan?"

"Atau mungkin kamu bisa membawa wanita yang belum kamu lupakan itu hingga sekarang. Ayah tidak masalah."

Bola mata Alfa membulat seketika.

"Ayah yakin wanita itu alasan kamu menolak perjodohan." Lalu setelah melempar bom tuan Hendrawan berlalu meninggalkan Alfa yang membeku di tempat.

Ucapan sang ayah mematik ingatan masa lalu. Manik mata Alfa berubah kelam. Tidak. Lupakan masa lalu. Hubungannya dengan wanita itu telah kusut dan rumit. Alfa masih bertanya-tanya apa penyebabnya. Namun hingga sekarang ia tak mendapatkan jawaban. Akhirnya ia lelah dan memilih mengubur kisah masa lalu. Tetapi sang ayah mengingatkan dan segera saja sekelebat bayangan wanita itu menghampiri ingatan Alfa. Membawa rasa manis dan kelit secara bersamaan.

"Lupakan dan hapus ingatanmu Alfa. Dia sudah menghilang tiba-tiba tanpa jejak dan kau berjanji tidak akan pernah berusaha menemuinya!"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Tyatyut

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku