/0/19269/coverorgin.jpg?v=f324e0a554ff64f17e8a3749d4a97c1e&imageMogr2/format/webp)
Penyejuk ruangan menyala, namun suasana tetap terasa panas di dalam ruangan Presiden Direktur. Seorang wanita dengan pakaian minim tampak tengkurap di atas meja, di belakangnya berdiri seorang lelaki tinggi kekar berpakaian rapi. Suara-suara tidak pantas keluar dari bibir merah si wanita.
"Betul. Suruh dia membuat surat pernyataan bahwa tidak akan menuntut ganti rugi atas semua proses penyitaan." Lelaki itu, Nathaniel, tidak berhenti berbicara di telepon meskipun tengah melakukan aktivitas yang menguras tenaga.
Terdengar suara ketukan. Pintu terbuka dan terdengar suara seseorang menarik nafas tajam. Nathan menoleh sekilas dan melihat sekretarisnya bersama seorang wanita muda berwajah manis. Wanita itulah yang mengeluarkan suara terkejut.
"Maaf Pak, kami akan kembali nanti," kata Cindy, si sekretaris.
Segera kedua wanita itu menghilang di balik pintu. Nathan menyelesaikan urusannya dan melepaskan diri dari wanita yang berada di atas meja. Tangannya mengetikkan sesuatu di handphone sementara wanita itu membenahi make up dan pakaiannya yang berantakan.
"Bayaranmu sudah kutransfer," ucap Nathan dingin.
"Panggil aku kapan pun kamu butuh, Sayang," desah si wanita yang rupanya adalah wanita panggilan.
Nathan mengabaikan dan duduk di belakang meja. Wanita itu melangkah keluar dari ruangan Presiden Direktur. Tidak lama Cindy kembali bersama wanita muda berwajah manis tadi.
"Pak, ini sekretaris dari perusahaan lama yang diakuisisi," info Cindy.
"Silakan duduk." Nathan mengamati wanita berambut panjang itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Cindy meninggalkan mereka berdua dalam ruangan. Wanita itu menoleh gelisah. Nathan menahan senyum.
"Duduklah," kata Nathan sekali lagi. Biasanya dia tidak akan sesabar itu menghadapi wanita, tapi ada sesuatu yang menarik dengan wanita berambut panjang ini.
Wanita itu duduk tanpa bersuara. Tampaknya dia shock karena melihat adegan tidak pantas yang baru saja berlangsung di atas meja.
"Siapa namamu?" tanya Nathan.
"Angeline."
Nathan membatin, nama yang indah.
"Sudah berapa lama kamu bekerja sebagai sekretaris?" Nathan bertopang dagu.
"Empat tahun." Angeline menelan ludah. Lelaki di hadapannya tampan namun memberi kesan berbahaya, terutama karena ada bekas luka yang membelah alis kirinya dari dahi hingga ke sudut mata.
Beberapa saat mereka saling mengamati lawan bicara. Nathan menyayangkan gaya berpakaian Angeline yang sangat tertutup—kemeja hitam yang terkancing sampai leher dan celana panjang hitam—sehingga dirinya tidak dapat menilai tubuh wanita tersebut. Sementara Angeline tetap memasang wajah datar meskipun melihat bayangan hitam di dalam lengan kiri kemeja putih Nathan. Mungkin sebuah tato?
"Sudah baca kontrak yang harus ditandatangani?" tanya Nathan.
"Sudah. Hanya saja ada poin yang saya merasa terlalu berat." Angeline mengembalikan fokusnya pada wajah Nathan.
"Oh ya? Di bagian mana?" Seulas senyum tipis menggantung di bibir Nathan.
"Penalti jika karyawan mengajukan resign sebelum habis kontrak. Tidak bisakah direvisi? Saya tidak mau tanda tangan jika dibebani penalti sebesar dua belas bulan gaji." Angeline berterus terang.
"Tidak bisa. Semua karyawan menandatangani kontrak yang sama. Apa yang membuat saya harus membedakan kamu? Lagipula kontrak tersebut hanya berjangka waktu tiga tahun, dan nominal gaji yang ditawarkan jauh lebih baik dibanding bos lamamu, bukan?" Nathan bersandar santai seolah sedang membicarakan cuaca hari ini.
Angeline terdiam sesaat, "Akan saya pikirkan terlebih dulu."
Nathan memicingkan mata. Wanita ini tidak tertarik dengan jumlah gaji yang ditawarkan? Apakah dia sedang memainkan trik jual mahal?
Meskipun wajahnya terlihat tenang, tapi kedua tangan Angeline saling meremas dengan gelisah. Gaji yang ditawarkan Wayne Group, perusahaan di bawah pimpinan Nathaniel Wayne, memang sangat menggiurkan. Angeline berharap Nathan mau mengurangi besaran penalti dalam kontrak kerja.
"Begini saja, bekerjalah dahulu selama tiga bulan. Kamu akan menerima gaji sesuai kontrak tanpa penalti. Hanya tiga bulan, setelah itu kamu bisa memutuskan akan lanjut atau tidak." Nathan memberikan penawaran menarik lainnya. Dia terlalu penasaran dengan apa yang ada di balik kemeja hitam Angeline yang tertutup rapat itu.
"Tiga bulan percobaan? Tidak perlu tanda tangan kontrak?" Angeline memastikan.
"Saya akan merubah surat kontraknya, khusus untuk kamu." Nathan tidak menyembunyikan senyumnya yang menawan.
"Baiklah kalau begitu. Saya bisa menerima kondisi tersebut," ujar Angeline.
"Mulailah hari ini," kata Nathan dengan nada yang tidak dapat diganggu gugat.
Angeline mengernyit, "Apa?"
"Mulailah bekerja hari ini, Angeline."
"Hari ini saya belum siap. Besok saja, Pak," tawar Angeline.
"Tempat tinggalmu dekat?" tanya Nathan.
"Tidak terlalu jauh."
"Pulanglah untuk bersiap-siap, lalu kembali kemari. Nanti siang ada meeting di luar dan saya butuh kamu."
"Tapi—"
"Saya tidak akan memotong gajimu hari ini," imbuh Nathan.
Hening sesaat. Angeline menghitung berapa besar pemotongan gaji satu hari dalam sebulan. Setelah menyadari bahwa jumlahnya cukup besar dia memutuskan untuk menurut.
"Baik, kalau begitu saya pulang dulu. Saya akan kembali secepat—"
"Terlalu lama! Saya akan mengantarmu pulang, setelah itu kita pergi bersama." Nathan berdiri mendadak.
Angeline tersentak kaget, matanya terbelalak, "A—apa?"
"Kubilang saya akan mengantarmu pulang. Ayo." Nathan memakai jas dan berjalan mendahului ke pintu.
Otak Angeline nyaris membeku dengan tindakan Nathan. Dia sangat keberatan lelaki ini berada di dekat ruang pribadinya. Nathan sudah kehilangan rasa hormat Angeline karena adegan panas yang dia pertontonkan tadi.
/0/12728/coverorgin.jpg?v=151d2988de0756e43a81e956a57c15d0&imageMogr2/format/webp)
/0/19051/coverorgin.jpg?v=e67300697797524500dadbc4d1e1b62a&imageMogr2/format/webp)
/0/18501/coverorgin.jpg?v=1c0a6787d21223048282c0da9b5c5c48&imageMogr2/format/webp)
/0/20158/coverorgin.jpg?v=e31fedc9b2e92637058c64cfe6927527&imageMogr2/format/webp)
/0/10321/coverorgin.jpg?v=cbc8a3d5aa056db64e7b38b214dbd3c9&imageMogr2/format/webp)
/0/8516/coverorgin.jpg?v=8f090e21d980d15f912bae56538d3c38&imageMogr2/format/webp)
/0/23384/coverorgin.jpg?v=20250517062217&imageMogr2/format/webp)
/0/30052/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/22116/coverorgin.jpg?v=c171a2d5a5040b57a66d20cb514b2934&imageMogr2/format/webp)
/0/15760/coverorgin.jpg?v=1f2915ec59d5fb1fa4f5cc0e3bb76ead&imageMogr2/format/webp)
/0/6873/coverorgin.jpg?v=7ac57c4587f40b812226d44612ec67aa&imageMogr2/format/webp)
/0/28277/coverorgin.jpg?v=10cba95fd7484ab9f5f0618f7e548767&imageMogr2/format/webp)
/0/4454/coverorgin.jpg?v=ed5ebcf6d3a160941f315a46bdde27bf&imageMogr2/format/webp)
/0/14126/coverorgin.jpg?v=963c5609ae381918b2bdde934ae4e5ed&imageMogr2/format/webp)
/0/14152/coverorgin.jpg?v=efdc21e45b5252f06d5cabf6bc2cffcf&imageMogr2/format/webp)
/0/16913/coverorgin.jpg?v=20240313200055&imageMogr2/format/webp)
/0/14508/coverorgin.jpg?v=98e8c4aaf99418b9b32d635dfec6f032&imageMogr2/format/webp)
/0/17562/coverorgin.jpg?v=fd6917b8813600f0f03233640180efbf&imageMogr2/format/webp)