Alexander Joshua, tidak pernah membayangkan, jika ia harus menikahi seorang CEO atas permintaan kakek sang wanita cantik tersebut. Tuan Damian Sanjaya secara pribadi menemuinya dan memintanya untuk menikahi sang Cucu, Helena Martha Sanjaya, dengan alasan persahabatannya dengan mendiang kakek Alex, yang bernama Albert Lim. Helena adalah wanita cantik bertubuh mungil seperti peri, berkulit halus bagaikan bayi, memiliki banyak sekali kelebihan, namun terkenal sulit didekati oleh para pria. Ia memiliki kedudukan sebagai seorang CEO, di bidang kecantikan yang ia dirikan sendiri. Karena kemandiriannya itu, banyak pria menjadi segan untuk mengenali dirinya, terutama dengan semua sikap keras kepala dan tidak mau kalah, yang dimiliki oleh Helena. Pernikahannya yang direncanakan oleh sang Kakek secara diam-diam, membuatnya marah besar, apalagi ternyata kakeknya menikahkan dirinya, dengan seorang pemuda pemilik café. Bukan karena status Alex yang lebih rendah darinya, namun ia memang masih ingin menikmati kesendiriannya. Namun ia tetap menikahi Alex, meskipun ia tak menyetujui hal itu. Alex pun dengan sabar, harus menghadapi semua sifat keras kepala Helena, wanita itu sama sekali tidak mau diantar jemput olehnya, ia bahkan tidak pernah sarapan bersama dengan Alex. Di malam hari, mereka bahkan tidak tidur satu ranjang, karena Alex menghargai permintaan Helena. Namun perjodohan oleh sang Kakek ini, rupanya diketahui oleh sepupu Helena, yang bernama Tressy. Wanita yang usianya lebih muda ini terkenal ramah dan baik, kepada banyak pria, namun sesungguhnya ia menyimpan perasaan tak suka pada Helena. Ia pun berusaha untuk mengambil hati Alex, agar pria itu mau berpisah dengan Helena dan menjadi kekasih hatinya. Di sisi lain, perlahan-lahan gunung es di hati Helena mencair, dengan sikap tulus dan segala kebaikan, yang telah diberikan Alex kepada dirinya. Canda, tawa dan gurauan mulai mewarnai pernikahan mereka. Namun persaingan sengitnya dengan Tressy akan segera dimulai.
Alex berdiri di depan altar, kedua telapaknya saling meremas karena ia merasa gugup, ia memandang wanita cantik, yang sedang berjalan menuju ke arahnya, dengan di dampingi oleh Kakek sang Wanita.
Ruangan yang bernuansa putih itu, membuat suasana menjadi semakin terlihat sangat sakral.
Pria tua di depannya, menyerahkan tangan sang Cucu kepada Alex.
"Kuserahkan cucuku kepadamu, Alex. Aku berharap kau bisa menjaga dirinya," ujar Tuan Damian sembari tersenyum penuh harap kepada Alex.
Jemari Alex gemetar dan meraih jemari wanita cantik itu.
Namun wajah sang Wanita malah terlihat sangat tenang, tanpa kesan apapun, ia hanya tersenyum tipis kepada Alex dan kemudian naik ke atas altar.
Mereka kemudian mengucapkan sumpah pernikahan di depan semua orang, namun ketika mereka diminta untuk berciuman, Alex justru diam tak bergeming.
Bagaimana mungkin ia mencium wanita, yang baru pertama kali ia temui hari ini?
Namun Alex tetap membuka kerudung sang mempelai dan menatap wajah cantik yang ada di hadapannya.
Sepasang alis yang naik dengan tajam, mata coklat yang jernih, hidungnya yang mungil dan mancung, serta bibirnya yang merekah dengan polesan lipstik tipis berwarna nude.
"Mengapa? Apakah aku tidak pantas untuk mendapatkan ciumanmu?"
Tiba-tiba saja wanita itu bertanya kepadanya.
Alex kembali merasa gugup, karena mendapatkan pertanyaan yang tidak terduga.
"Ah, ti-tidak, a-aku hanya..."
"Kalau begitu, cepat cium aku, sebelum para tamu merasa kebosanan."
Alex terpana, ia benar-benar tidak menyangka, jika wanita yang kini jadi istrinya itu, justru tidak merasa keberatan, untuk berciuman dengannya.
Mau tak mau, akhirnya wajah Alex mendekati wajahnya dan ia berusaha keras untuk mencium sang Mempelai Wanita, meskipun ia merasa gugup.
"Kau lama sekali," tiba-tiba saja wanita itu merengkuh lehernya dan mencium bibirnya dengan lembut.
Jantung Alex serasa berhenti berdetak.
Ia merasa seolah dunia berhenti berputar dan darahnya nyaris tidak mengalir dengan normal.
Diiringi riuhnya sorak sorai semua tamu di ruangan itu dan juga dentang lonceng yang bertalu-talu, Alex merasa jika kehidupannya akan berjalan dengan sangat rumit.
***
Dua minggu yang lalu...
"Aku ingin memintamu, untuk menikahi cucuku, Helena."
Tubuh Alex mematung mendengar permintaan sang Taipan, Damian Sanjaya.
"I-Itu, Tuan... Apakah Anda tidak salah mencari orang?" Alex merasa tak percaya mendengar hal itu.
Ya, Damian Sanjaya adalah seorang Milyarder, cucunya yang bernama Helena Martha Sanjaya itu juga memiliki perusahaannya sendiri, berbeda dengan Alex yang hanya memiliki sebuah usaha café.
Ia merasa jika ini tidak akan cocok dengan Helena, yang selalu memiliki penampilan berkelas.
"Helena adalah orang yang keras kepala, Alex. Jika aku tidak memaksanya untuk menikah, maka ia tidak akan pernah menikah seumur hidup.
Kehilangan kedua orang tuanya, telah membuat Helena merasa trauma, jika pada akhirnya ia akan kehilangan orang yang ia kasihi.
Hatinya tertutup rapat untuk semua orang, karena takut merasakan sakit akibat kehilangan."
Tuan Damian menghela nafasnya, berat baginya untuk mengungkapkan hal-hal yan terjadi di sekitar sang Cucu.
"Kau adalah cucu dari Albert, satu-satunya sahabat baikku.
Aku mengamatimu tumbuh dan berkembang, menjadi seseorang yang sangat baik dan bijak.
Kau sangat sabar dan penuh dengan pengertian, oleh karena itu, aku memilih dirimu untuk bisa membahagiakan cucuku.
Aku yakin, seiring dengan berjalannya waktu, Helena pasti akan menerimamu sebagai suaminya," lanjut Tuan Damian dengan penuh kesungguhan.
"Tetapi kami tidak saling mencintai, Tuan. Apakah kau yakin, ia akan baik-baik saja dengan pernikahan ini?"
Alex sesungguhnya benar-benar meragukan rencana pernikahan ini, apalagi karena ia dan Helena baru akan bertemu, tepat di hari pernikahan mereka.
"Tuan, apakah kau..."
"Aku mohon padamu, Alex... Demi persahabatanku dan Albert."
Alex semakin tidak berdaya, ketika Tuan Damian menyebut nama sang Kakek, ia tau benar, bagaimana persahabatan yang dijalin, oleh Tuan Damian bersama dengan sang Kakek.
Tuan Damian dan kakeknya telah bersahabat sejak mereka masih kecil, meskipun kakeknya bukan dari golongan bangsawan atau orang kaya, Tuan Damian tetap bersahabat baik dengan sang Kakek, lantaran kakek Albert adalah orang, yang tidak pernah mau memanfaatkan sahabatnya sendiri.
Beliau selalu hidup dalam kesederhanaan dan membangun bisnisnya sendiri, tanpa bantuan Tuan Damian sang Sahabat.
Sifat bijak sang Kakek menurun kepada Alex, sehingga pria muda ini bahkan tidak ingin menerima bantuan sepeser pun dari sang Ayah, ketika ia akan mengelola usahanya.
"Baiklah, Tuan."
Alex mau tak mau akhirnya menyetujui hal itu, ayah dan ibunya tentu merasa sangat terkejut, ketika mendengarkan permintaan Tuan Damian.
"Apakah kau sungguh akan menikahi Helena, Alex?" sang Ayah segera 'menginterogasi' dirinya.
"Kau tau bukan, bagaimana watak wanita itu? Ia memang cantik dan memiliki kekuasaan, namun kau juga tau, jika ia adalah wanita yang keras kepala."
Sang Ibu ikut menasehati dirinya.
"Aku paham, Ayah, Ibu. Tetapi ketika Tuan Damian menyebut nama Kakek dan demi persahabatan mereka, tanpa sadar aku harus mengiyakannya."
Sang Ayah menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Bagaimana jika ia mempermalukanmu, di acara pernikahanmu itu?"
Sang Ibu kembali mempertanyakan sesuatu dan membuat Alex merasa sedikit kesal, namun ia berusaha untuk tidak menunjukkan kekesalannya itu.
"Demi kakek, aku akan tetap menikahi Helena."
Kedua orang tua Alex pun tidak bisa membantah ucapan putra tunggal mereka.
***
Tuan Damian menemui Helena, yang sedang menantinya di tepi kolam renang rumah mereka.
Wajah sang Cucu terlihat gusar dan merasa tak senang, dengan segera Tuan Damian mengetahui apa yang telah terjadi.
"Kau dengar darimana?" Tuan Damian segera bertanya kepada Helena.
"Asistent kakek sendiri yang mengatakannya kepadaku."
Wanita itu menjawab dengan wajah cemberut.
"Kakek, aku belum mau menikah. Kau tau bukan bagaimana neraka pernikahan itu. Aku sudah melihat bagaimana teman-temanku bercerai, karena perselingkuhan suami mereka.
Di antaranya bahkan ada yang menderita kekerasan.
Aku tidak mau mengalami semua itu, terlebih aku memiliki bisnis yang harus aku urus, jika aku menikah, bagaimana dengan pekerjaanku?
Bagaimana jika sampai aku hamil?
Kakek, tolong pikirkan lagi tentang hal ini..."
Wajah Helena nampak penuh dengan kecemasan, tentang pernikahan yang sudah diatur oleh sang Kakek.
"Helena, aku berjanji kepadamu, jika pria yang aku pilihkan untukmu ini, tidak akan menghambar kariermu.
Ia juga bukan tipikal pria mata keranjang.
Ia adalah pria yang sangat berbakti kepada keluarganya dan memiliki usaha kecilnya sendiri.
Ia tidak akan menghalangi keinginanmu untuk bekerja.
Belajar saja untuk mencintai seseorang, Helena.
Kau pasti bisa, kau tidak perlu harus langsung memiliki anak, jajaki saja dia dulu...
Pernikahanmu akan diselenggarakan dua minggu dari sekarang.
Bersiaplah untuk itu, sayang..."
Tuan Damian mengecup kening Helena, sang Cucu pun hanya bisa berdiri di tempatnya tanpa bisa membalas lagi ucapan sang Kakek.
Jika Tuan Damian telah berkeras akan mengadakan pernikahan itu, bahkan telah menetapkan tanggalnya, tidak ada lagi hal yang bisa dilakukan oleh Helena, selain pasrah pada keputusan sang Kakek.