Ellen terbelalak, "YA, REYHAN SAPUTRA! KAMU SUDAH MENYENTUH AKU SEBELUM NIKAH? KURANG AJAR!" teriak Ellen sambil terus menutupi tubuhnya. Ellen menyampahserapahi pria di depannya yang entah telah melakukan apa padanya. Reyhan tertawa gemas, lalu mematikan kompornya dan mendekat pada Ellen. Ellen pun memundurkan langkahnya hingga tubuhnya terbentur tembok. "YA! YA! APA YANG KAMU LAKUKAN?" girang Ellen sambil tetap menyilangkan kedua tangannya. Reyhan menyentuh tengkuk Ellen membuatnya menggeliat geli. Reyhan menyeringai. "Mau, aku contohin?"
"Reyhan ada di dalam?" tanya seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang sexy. Ellen tak henti-henti menatapnya dari atas ke bawah membuat wanita itu geram sendiri.
"Woy! Kamu budeg ya? Aku tanya! Reyhan ada di dalam gak?" tanya wanita itu sekali lagi dengan sedikit emosi.
"A-da. Masuk saja," sahut Ellen gelagapan. Wanita itu berjalan pergi segera dengan tatapan sinisnya. "Bilang dari tadi kek!"
Sampai pintu ruangan CEO itu tertutup, Ellen menghembuskan napasnya. Ellen adalah seorang sekretaris dari seorang CEO muda dan kaya di perusahaan Lee Corp. Sudah sering sekali, Ellen kedatangan wanita seperti tadi. Tidak heran, karena CEO-nya memang sangat tampan. Tapi BEJAT! Sehari mungkin ada sekitar 5 orang wanita berbeda yang menjadi pemuasnya.
Hari telah berakhir. Ellen segera merapikan berkas-berkasnya dan bersiap untuk pulang. Saat ingin
beranjak, pintu CEO terbuka menampilkan Reyhan yang baru saja keluar dengan wanita yang menggelendoti tangannya.
"Beb, masa gak bisa sekarang? Aku maunya shopping sekarang. Nanti, tas brand itu keburu habis. Ayolah Beb!" rengek wanita itu. Ellen masih setia menunduk pada CEO-nya.
"Gak bisa, honey! Mama Papa minta aku pulang sekarang, katanya penting. Besok saja ya beli tasnya. Janji deh, aku beliin dua langsung." Mata wanita itu langsung berbinar senang dengar Reyhan akan membelikannya dua tas langsung.
"Benar ya? Oke deh kalo gitu kamu hati-hati pulangnya. Aku pulang duluan," ujar wanita itu. Reyhan hanya menampik senyumnya dan wanita itu pergi. Gak ngerti juga, kenapa gak Reyhan yang mengantarnya pulang?
"El? Kamu belum pulang?"
Ellen lalu ngedongak menatap CEO tampan itu. "Sebentar lagi," sahut Ellen pelan. Ya sudah. Aku duluan. Kamu hati-hati di luar, rok kamu kependekan." Reyhan menunjuk rok Ellen yang di atas lutut itu, lalu pergi. Ellen menatapnya kesal. "Dasar bejat!" Kalau saja Reyhan dengar ini, mungkin besok Ellen sudah gak kerja di Lee Corp.
"Apa? Papa mau jodohin aku? Ayolah, Pa! Ini sudah dunia modern. Perjodohan itu sudah punah," rengek Ellen pada Papanya yang kini duduk di hadapannya.
"Kalau gak dijodohin sampai kapan kamu mau ngelajang? Papa juga mau punya cucu kayak teman-teman Papa yang lainnya," sahut papanya tak mau
kalah.
"Papa mah kejauhan. Aku belum mau nikah. A-ku masih mau kerja, Papa." Ellen mencekal keningnya. "Ma, aku gak mau dijodohin," adunya pada mamanya.
"Sayang, kamu turuti saja apa kata Papa kamu. Itu juga demi kebaikan kamu, sayang." Mamanya kini mengusap punggung Ellen. Ellen menderu napasnya pasrah. Sulit untuk membantah permintaan orang tua.
"Kamu pikirkan sampai besok pagi. Tapi, kalau kamu sampai menolak, Papa gak mau ngomong sama kamu lagi."
Papanya beranjak dari ruang keluarga. Mamanya sangat khawatir sekarang.
"Pa! Gak boleh gitu dong Pa! Itu namanya Papa nyudutin aku biar mau dijodohin! Papa mah!" teriak El memanggil Papanya, tapi tak digubris.
"Mama. Aku gak mau Ma," rengek El peluk Mamanya.
"Kamu turuti saja permintaannya Papa. Gak mungkin Papa melakukan ini kalau bukan demi kebaikan kamu, Sayang." Mamanya setia mengusap kepala Ellen yang menempel di dadanya. Ellen tampak diriasi oleh MUA yang dibayar langsung oleh keluarganya. Pagi tadi, Ellen setuju untuk perjodohan itu. Dan hari ini, akan langsung pertemuan keluarga. Ellen nampak cantik dengan balutan dress putih di atas lutut dan make up yang natural karena memang Ellen sudah cantik walaupun gak pakai make up.
"Sayang, kamu udah selesai?" Wajah mamanya muncul saat pintu kamarnya terbuka.
"Sudah Ma," sahut Ellen dari cermin.
"Ayo turun! Itu calon suami kamu sudah di bawah," girang mamanya.
Oke, sekarang Ellen malah deg-degan mendengar 'calon suami'. Ellen menarik napasnya tiga kali, lalu mengikuti mamanya dari belakang.
"Astaga! El, kamu cantik banget! Nggak salah memang, Mama jodohin kamu sama anak Mama," ujar wanita paruh baya yang kayaknya bakal jadi Mama mertuanya Ellen. Ellen mendudukan dirinya dan menyapa kedua calon mertuanya.
"Sabar ya, Sayang! Calon suami kamu masih ke toilet sebentar," ucap wanita itu lagi. Ellen hanya mengangguk.
"Sayang, kamu lama deh, di toiletnya. Sini cepat! Calon istri kamu sudah lelah menunggu." Ellen menoleh ke orang yang baru saja keluar dari toilet. Ellen melongo, menutup mulutnya dengan kedua
tangannya.
"Reyhan-ssi?" lirih Ellen. Reyhan menatapnya tak kalah kaget.
"Jadi, kalian sudah kenal? Wah, bisa makin cepat ini pernikahannya," ujar laki-laki sepertinya itu Papanya
Reyhan.
"Apa?" kaget Ellen. "Baru perkenalan keluarga masa sudah mau menikah saja, Pa, Ma," rengek Ellen pada orang tuanya.
"Gapapa Sayang, lebih cepat lebih baik," sahut Ny. Retno senyum ke arah Ellen. Reyhan hanya diam memandangi Ellen yang kini duduk di depannya. Ellen tampak gugup ditatap seperti itu.
"Mama, Papa, Ellen permisi ke toilet sebentar." Ellem pergi begitu saja. Reyhan menatap kepergian Ellen. "Ma, Pa, Rey menyusul Ellen sebentar." Setelah diberi anggukan, Reyhan beranjak mengikuti Ellen di kamarnya. Menatap keluar dari balkonnya.
Cklek!
Ellen menoleh, didapati Reyhanberada di
sana. Ellen tercegang, Reyhan masuk ke area kamarnya. "Kamar kamu rapi juga." Reyhan mengangguk-ngangguk.
"Ngapain kamu ikutin aku? Sana keluar." titah Ellen tak suka.
"Gak boleh galak-galak sama calon suami," sahut Reyhan mendekat.
Ellen berdecih. "Dih! Ngarep banget sama perjodohan kayaknya."
Tak dilihat, Reyhan kini menyeringai.
"Kamu gak mau punya suami yang husbandmaterial kayak aku, ehm? Nanti menyesal loh." Reyhan mengusap pelan pipi Ellen. Tolong Ellen sekarang, jantungnya mungkin sudah hilang.
"Apaan sih! Sana jauh-jauh!" Ellen mendorong tubuh Reyhna. Namun, malah ditarik balik dan ya! Ellen jatuh ke pelukan Reyhan.
"Gak ada yang boleh menolak aku. Paham?" Reyhan mengusap rambut Ellen. Ellen berontak melepas pelukan Reyhan.
"Siapa yang buat peraturan gitu? Gak ada ya, begituan!"
Reyhan tertawa sebentar melihat Ellen tampak sangat marah sekarang.
"Untuk pertama kali wanita menolak aku." Reyhan menyeringai.
"Iyalah, aku gak kayak cewek-cewek kamu ya. Yang mau dimainin demi barang-barang branded itu!" Ellen mengunci kedua tangannya di dada.
"Itu sebabnya, aku suka sama kamu."
Reyhan kembali menyeringai. Ellen menatap bingung pada Reyhan yang kini menatap ala pria BEJAT!
Bab 1 Perjodohan Reyhan dan Ellen
19/02/2022
Bab 2 Fitting Gaun Pengantin
19/02/2022
Bab 3 Malam Pertama
19/02/2022
Bab 4 Tamu Istimewa
19/02/2022
Bab 5 Kemanjaan Ellen Membawa Petaka
19/02/2022
Bab 6 Kesetiaan Reyhan
19/02/2022
Bab 7 Ellen Ngidam
19/02/2022
Bab 8 Suami Idaman
19/02/2022
Bab 9 Efek Bumil
19/02/2022
Bab 10 Orang Ketiga
19/02/2022
Bab 11 Kehamilan Ellen
19/02/2022
Bab 12 Welcome To, Baby!
19/02/2022
Bab 13 Gemas!
19/02/2022
Bab 14 So Sweet
22/02/2022
Bab 15 Hangatnya Kebersamaan
23/02/2022
Bab 16 Salah Sangka
24/02/2022
Bab 17 Keysia Titisan Han So Hee
26/02/2022
Bab 18 Liburan, Yuk!
02/03/2022
Bab 19 Gagal Buat Baby
04/03/2022
Bab 20 Persiapan Ultah Si Kembar
09/03/2022
Bab 21 Warning 19+!
09/03/2022
Bab 22 Perselingkuhan Reyhan dan Keysia
13/03/2022
Bab 23 Ada Udang di Balik Batu
14/03/2022
Bab 24 Nasi Sudah Menjadi Bubur
14/04/2022
Bab 25 Siapa Ayahnya
18/04/2022
Bab 26 Bangkai Pasti Tercium Baunya
18/04/2022
Bab 27 Bertahan atau Tidak
18/04/2022
Bab 28 Ellen Murka
18/04/2022
Bab 29 Reyhan Tak Mau Lepas
18/04/2022
Bab 30 Warning 18+!!
18/04/2022
Bab 31 Pernikahan Farhan dan Sania
10/06/2022
Bab 32 Farhan Murka
10/04/2023
Bab 33 Sania Or Keysa
10/04/2023
Bab 34 Ketidakadilan
10/04/2023
Bab 35 Bagai Air Dengan Minyak
16/04/2023
Bab 36 Aeris Sakit
17/04/2023
Bab 37 Reyhan Murka
17/04/2023
Bab 38 Calon Pacar
17/04/2023
Bab 39 Aeris dan Luna
17/04/2023
Bab 40 Kepolosan Luna
17/04/2023
Buku lain oleh Rahmawati Pena
Selebihnya