Mela Silviana. Seorang janda cantik dan seksi. Dia bercerai dengan sang suami karena tidak kunjung mendapatkan restu dari orang tua suaminya. Meskipun rumah tangga Mela dan Arland sudah berjalan dan bertahan cukup lama. Delapan tahun mengarungi biduk rumah tangga, tetap bersama dalam keadaan apapun. Selama itu pulalah kehidupan rumah tangga Mela diuji akan permasalahan ekonomi. Dari sanalah orang tua Arland mengambil kesempatan. Tidak mempedulikan nasib anak-anak Arland, cucu mereka yang harus menjadi korban perceraian. Namun, siapa sangka. Kehidupan janda muda nun cantik itu berubah saat hari pernikahan sepupunya, Satria. Hari itu, kehidupan Mela berubah. Ketidakhadiran Yusera, pengantin wanita sepupunya, Satria. Membuat Mela diminta menggantikan pengantin wanita dan Mela menikah dengan Satria, sepupunya.
"Nanti, kalo kita udah dewasa aku mau duduk berdua sama mbak kayak gitu. " Tunjuk Satria pada sepasang pengantin yang duduk dikursi pelaminan.
Sekelebat ingatan masa kecilnya bersama Satria, sepupunya terbayang di ingatan Mela yang saat ini sedang duduk bersanding dengan adik sepupunya itu.
'Akhirnya, apa yang Satria kecil ucapkan kini menjadi kenyataan.' Mela membatin.
Disinilah Mela saat ini, duduk bersanding diatas pelaminan bersama sepupunya, Satria Prasetya. Bukan keinginannya, bukan ! Semua terjadi bagai takdir hidupnya yang sudah di gariskan.
Tak pernah terpikirkan sebelumnya akan semua kenyataan yang terjadi hari ini. Meskipun, saat masih kecil Satria sudah pernah mengucapkannya. Bahwa dia ingin duduk bersanding dengan Mela, kakak sepupunya dikursi raja sehari ini.
Mela yang datang ke kota ini hanya untuk menyaksikan adik sepupunya itu menikah, sama sekali tidak menyangka akan menjadi wanita yang menikah dengan Satria.
Semua ini terjadi karena saat acara pernikahan akan dimulai, namun pengantin wanita tidak kunjung datang.
Mela yang duduk bersama tante Lina didalam kamar pengantin berusaha menenangkan tantenya agar tetap tenang. Dan meyakinkan tante, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dalam hati juga berharap Sera, tunangan Satria itu akan segera datang di pernikahannya.
Tante Lina segera berdiri saat Satria masuk kekamar pengantin ini bersama dua orang wanita. Satu wanita membawa tas kecil berbentuk koper, yang tidak Mela ketahui apa isi didalam tasnya itu. Sedang salah satu wanita lagi membawa sebuah gaun berwarna putih tulang, Mela tebak itu mungkin gaun pengantin.
Sedikitpun Mela tidak menaruh curiga, walau melihat ada yang tidak beres dengan semua yang disiapkan ini.
Satria kemudian terlihat membisikkan sesuatu ketelinga tante Lina, ibunya. Entah apa yang dia katakan Mela tidak tahu, yang pasti membuat perubahan besar didiri tante Lina. Membuat tante Lina tersenyum manis setelahnya.
Setelah itu, Satria segera keluar. Sedangkan tante Lina mendekat padanya, Mela dan mengajak serta dua wanita yang tadi masuk bersama Satria.
"Kamu harus bantu Satria, Mel, " ucap tante Lina dengan tatapan memelas pada keponakannya itu.
"Tante mohon sama kamu Mel. " kembali tante Lina, tante Mela itu berucap lirih dan menggenggam kedua pergelangan tangan keponakannya dengan tangannya, erat.
"Ma....mak...sud tante, gimana? " Mela bertanya memastikan. Walau sebenarnya, Mela sudah tahu maksud tantenya.
"Ayo, duduk disini !" titah tante yang mendudukkan aku di kursi meja rias. Dan wanita yang tadi membawa koper kecil, segera membuka kopernya. Saat itulah Mela mengetahui, ternyata isi didalam koper kecil itu adalah peralatan make up.
"Tante...." saat ingin berucap, tante Lina segera memotongnya.
"Kamu duduk tenang dan diam ya, Mel. Kita tidak punya banyak waktu." Ujar tante Lina membantu membuka kancing belakang baju yang saat ini Mela kenakan.
Akhirnya Mela diam tidak berkutik. Pasrah akan keadaan, dan takdir yang akan terjadi selanjutnya.
Setelah aku selesai bersiap, Mela diajak tante Lina berjalan keluar. Ketempat dimana diadakan pernikahan Satria, sepupu Mela itu.
Akad nikah juga diadakan dihalaman rumah. Halaman rumah yang sudah disulap sedemikian rupa. Cukup perfect menurut orang kampung seperti Mela. Tapi, entah mengapa pengantin wanitanya kabur, dan tidak hadir dihari pernikahan.
Semua mata memandang ke arah pengantin pengganti yang baru saja datang, saat Mela tiba ditempat akan diadakan ijab kabul.
Mela melihat ayahnya sudah siap duduk berhadapan dengan keponakannya sibocah tengik itu, Satria.
Ingin sekali Mela, sang kakak memaki, dan mengumpatnya. Bagaimana tidak, dapat ide darimana dia melibatkan Mela dalam pernikahan konyol ini. Mela menatap Satria tajam. Akan tetapi, yang ditatap nampak cuek dan tidak peduli akan kemarahannya.
Mela kemudian di persilakan duduk disamping ayahnya. Untuk kedua kalinya ayah Mela melepaskan putrinya kepada laki-laki yang menjadi pengganti ayah yang akan menjaga putrinya.
"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap? " tanya pak penghulu memastikan.
'Aku tidak siap, pak.' Jerit Mela dalam hatinya.
"Siap. Silakan dimulai pak !" ucap om Rizal, papa Satria mempersilakan kepada pak penghulu.
Penghulu kemudian menjelaskan beberapa hal, entah apa Mela juga tidak fokus mendengarkan. Yang pasti, saat Mela tersadar dari lamunannya semua orang yang ada di ruang ini serentak menjawab SAH !
Dengan berubahnya status Mela, maka semakin hilanglah harapannya untuk bisa kembali bersama Arland, mantan suaminya.
'Tidak ! Aku hanya membantu Satria saat ini. Besok saat kembali ke kampung toh Satria bakal tetap tinggal disini.' Mela meyakinkan hatinya.
"Mama... " kedua putrinya memeluk Mela dan berebut mencium pipi mamanya.
"Mama, kok mama yang pakai baju Cinderella. Bukan tante Sera?" tanya Yona, putri kecil Mela.
"Eee... Hmmm... " Mela tampak kebingungan menjelaskan pada putri kecilnya saat ini.
"Iya. Soalnya, yang jadi Cinderella om mama Yona. Bukan, tante Sera. " Timpal Satria menjawab pertanyaan Yona. Mungkin melihat istrinya yang kebingungan menjawab celoteh sikecil.
"Aduh, ternyata kamu yang jadi menantu tante. " Ujar tante Lina memeluk Mela, keponakannya.
"Selamat ya nak. Semoga pernikahanmu kali ini, akan bahagia selamanya." Tutur ibu Mela memberi selamat untuk pernikahan dadakan putrinya ini.
"Ayo Lavina, Yona. Sama nenek, mama mau duduk dikursi yang diatas sana. " Ucap ibu
Mela mengajak kedua cucunya.
Sungguh, apes sekali nasib Mela. Niat datang menyaksikan pernikahan, ternyata malah dirinya yang di saksikan orang-orang.
"Wah, selamat ya Sat." Ucap seorang tamu undangan yang memberikan selamat atas pernikahan kami diatas pelaminan.
"Terimakasih, pak. Terimakasih sudah berkenan hadir langsung di acara pernikahan saya. " Ucap Satria hormat kepada orang itu.
Mela ? Jangan tanya! Aku bahkan tidak tahu siapa orang itu.
"Saya sudah siapkan hadiah pernikahan untuk kamu karyawan teladan saya, Satria. " Beliau menyerahkan kotak kado yang terbungkus rapi.
Mela berpikir beliau mungkin adalah atasan Satria. Melihat Satria yang begitu bersikap hormat pada beliau.
"Terimakasih banyak, pak. " Jawab Satria sambil menerima box yang diberikan padanya.
Lelaki tersebut kemudian beralih memberi selamat pada Mela sebelum akhirnya turun dari kerajaan ratu sehari tempat Mela berdiri saat ini.
"Lo mau tau nggak apa isinya box ini? " tanya Satria pada Mela ketika tidak ada tamu yang naik keatas pelaminan memberi selamat kepada mereka berdua.
"Sorry, gue nggak tau. Dan nggak mau tau. " Jawab istrinya ketus.
"Ih, galak amat lo." Ucap Satria.
Mela hanya diam tak menyahuti Satria lagi. Pikirannya sedang kacau, moodnya juga sedang tidak baik.
Apa yang terjadi hari ini benar-benar diluar dugaannya.
Bayangan menjadi istri Satria terbayang dimatanya. Dia yang biasa memanggil Mela dengan sebutan 'mbak' setelah ini tidak tahu akan seperti apa dia memanggil sepupunya itu .
Yang pasti, yang sangat Mela takutkan adalah Arland mengetahui pernikahan konyolnya itu.
Dalam hati Mela berulang kali merutuki Yusera, tunangan Satria yang meninggalkan adik sepupunha dihari pernikahan. Kalau saja hari ini dia tidak kabur, diri Mela tidak akan terjebak dengan pernikahan dadakan ini.
Yang membuat Mela heran, mengapa Satria, sepupunya itu tidak tampak bersedih meski dia mengalami pernikahan yang batal.
Buku lain oleh silvi.puteri
Selebihnya