HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN +21,BANYAK ADEGAN DEWASA! Pernikahan merupakan sebuah impian setiap pasangan, apalagi jika dikaruniai buah hati, pasti semakin bahagia untuk merasakan keindahan pernikahan itu sendiri. Revan merasa muak memiliki istri cacat seperti Della, selama empat tahun waktunya ia habiskan hanya untuk merawat istrinya yang cacat. Banyak rekan, kerabat, termasuk keluarganya sendiri mengusulkan jika Revan harus menceraikan Della. Hatinya bimbang, ia tidak ingin menceraikan Della, namun di sisi lain ia sudah bosan memiliki istri yang cacat, tidak bisa merawat diri, bagaimana bisa merawat diri sementara semua kebutuhan Della selalu di bantu oleh Revan. Sampai suatu hari, Revan dikenalkan dengan seorang gadis belia, namun terlihat mempesona, sehingga ia jatuh cinta pada pandangan pertama. "Tinggalkan saja istri cacatmu itu, lihat Bella, dia sexy, cantik, menawan, apalagi dia sangat bergairah di atas ranjang, banyak pria yang ingin menjadikannya istri, tapi lihat dia, dia menyukaimu saat kemarin kita bermain di club ini!" Revan menggelengkan kepalanya, ia menolak pesona Bella, sehingga gadis belia itu memanyunkan bibirnya. "Hai cantik, cari saja mangsa lain," tolak Revan, dan berlalu pergi meninggalkan club. Bella merasa terhina, pesona kecantikannya saat ini tidak ternilai di mata Revan. "Tunggu saja, aku akan menaklukkan hati pria tampan itu!" Apa yang akan terjadi selanjutnya, dapatkah Revan menjaga ikatan tali suci pernikahannya, atau tergoda dengan pesona Bella yang sudah menaruh hati saat pertemuan pertama.
Revan menyuapi Della yang saat ini masih terbaring di atas ranjang, senyuman Revan terlihat sangat ikhlas dihadapan istrinya itu.
"Kamu tidak berangkat? Bukankah hari ini ada wawancara pegawai baru di perusahaan kita?" tanya Della sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Habiskan makananmu, sebentar lagi, aku akan berangkat!"
Della mengangguk, rambutnya basah karena 15 menit yang lalu, Revan sudah membantunya untuk memandikannya.
Setelah semua kegiatan membantu istrinya selesai, Revan segera bersiap untuk berangkat ke kantor, ia memakai dasi dan di kalungkan di bagian bawah kerah kemeja yang langsung terlipat.
Desakan keluarga membuatnya terasa pusing, sebagian keluarganya mengatakan jika sebaiknya ia menikah kembali tanpa memberitahu Della, sementara yang lain menginginkan ia bercerai dari Della, sementara Della wanita sebatangkara di kota besar ini.
"Aku berangkat," ucap Revan, pergi tanpa mencium Della, padahal setiap pagi Della mengharapkan ciuman dari suami tercintanya.
Revan pergi ke kantor, banyak sekali pekerjaan yang belum ia selesaikan, apalagi saat ini ia harus membuat pilihan menikah kembali atau menceraikan Della, jika ia tidak memilih salah satu, maka semua fasilitas kekayaannya akan raib.
"Huh, apa yang harus kupilih, aku tidak bisa memilih keduanya, tapi aku juga ingin bahagia, menikmati kehidupan yang sempurna bersama wanita yang sempurna!" tuturnya.
Revan sudah sampai di kantornya, semua pegawainya menyambut ia dengan senyuman ramah. Begitu pula Revan membalasnya dengan senyuman.
Mata Revan tertuju pada wanita, yang ternyata wajahnya tidak asing, sehingga membuatnya penasaran sampai harus menghampiri wanita yang terlihat rapih.
"Kamu!" panggil Revan, yang terkejut melihat gadis yang ia temui semalam di club datang dan berada di kantornya.
"Halo Tuan Revan, apa kabar?" tanya Bella dengan ramah.
"Untuk apa kamu kesini? Kamu menguntit saya?" tanya Revan asal.
"Aku datang karena undangan jika aku sudah lulus dan berhak bekerja di perusahaan ini!" ucap Bella.
"Apa? Lebih baik kamu keluar, disini membutuhkan wanita yang bekerja sudah lama dan memiliki pengalaman!"
"Loh, kenapa? Saya juga berpengalaman, apa Tuan ragu dengan saya?"
"Security, bawa gadis ini keluar!" teriak Revan
"Tunggu, Revan!" ucap Riki
"Kenapa?" tanya Revan gusar.
"Sorry, Van, Bella sudah sah untuk bekerja hari ini, tolong jangan bawa masalah pribadi ke kantor, karena sosok Bella ini, wanita yang kita cari, dia memang masih muda, tapi semua pekerjaan sebagai sekretaris hanya Bella yang bisa!"
"Baik, saya mau tahu, sebagus apa sampai semua pegawai yang lain mempertahankan kamu!" jawab Revan dengan nada ketus.
Bella tersenyum senang, ia bisa memiliki alasan untuk mendekati Revan.
"Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini!"
Revan masuk ke ruangannya, di susul oleh Bella, sementara Riki tidak diizinkan masuk oleh Revan.
Bella berdiri dihadapan Revan, senyuman manis Bella membuat Revan sedikit tertarik untuk memandang wajah Bella.
"Silahkan, perlihatkan semuanya, dan buat saya puas, sehingga kamu memang benar-benar pegawai yang kami cari!"
Bella melakukan perkenalan menggunakan bahasa asing, ketika Revan memintanya untuk menghafal semua jadwalnya, tentunya Bella mampu menghafalkan dengan waktu yang cepat.
Revan sedikit takjub, kelihaiannya ini memasuki kriteria calon sekretaris kantor perusahaan berbasis teknologi media.
"Cukup, kamu saya terima!" ucap Revan, yang membuat Bella senang dan langsung memeluknya.
Dengan Cepat Revan melepaskan pelukan Bella, seketika wajah Revan memerah, ia pun menghindari Bella, dan memintanya duduk diruanganya.
Bella yang merasa senang, menuruti perkataan Revan.
"Sudah berapa tahun, aku tidak memeluk wanita?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Hari pertama Bella bekerja, membuat semua pegawai yang hadir merasa ceria, tingkah lucunya selalu membuat sekitarnya terhibur, tidak termasuk Revan, yang setiap detik ia harus fokus menatap layar laptop, dan sesekali berdebat di telepon. Wajah lelah Revan membuat Bella berinisiatif membuatkannya kopi manis yang biasanya disukai banyak pria.
"Ini Tuan, silahkan diminum, pasti akan membuat Tuan segar kembali!" ucap Bella.
Tatapan Revan menyelidik, ia tersenyum kecut jika semua trik Bella terbaca oleh sikap dan nada suara yang sengaja dilembutkan.
"Hem, terimakasih, silahkan kembali bekerja!" ucap Revan datar.
Bella hanya mengangguk, ada kekecewaan di hatinya karena Revan tidak menatapnya.
'Tidak apa, aku masih memiliki banyak waktu untuk merebut hatinya."
Bella duduk di kursinya, satu bulan yang lalu seorang wanita tua renta, mendatanginya, memintanya bekerjasama untuknya.
"Aku bisa membantumu Bella, aku akan membayar semua biaya rumah sakit adikmu, aku pastikan dia akan sembuh total dari penyakitnya, tapi dengan satu syarat!" ucap si wanita tua itu.
"Dekati cucuku, pria yang ada di foto ini adalah cucuku, yang berada di kursi roda ini adalah istrinya, rebut Revan dari Della, buat Revan jatuh cinta denganmu!" sambung wanita tua itu lagi.
"Tidak Nek, aku tidak mau merusak keutuhan rumah tangga cucu Nenek, di foto ini saja mereka terlihat harmonis!" balas Bella.
"Hanya kamu Bella, yang bisa membantu Nenek, ada satu alasan yang tidak bisa aku katakan, turuti saja perintah Nenek, besok Nenek akan membawa Nathan untuk berobat ke Singapura!"
Saat itu, Bella tidak memiliki pilihan kesehatan sang adik adalah nomor satu, ia tidak mau hidup sendirian di dunia ini, dengan sangat terpaksa ia harus menjalankan misi ini sesuai perintah nenek Revan yang berada di Singapura saat ini.
Tidak terasa air mata Bella sudah berada di pelupuk mata, ingin rasanya ia ikut menemani Nathan, namun ia harus menjalankan misi untuk memisahkan Revan dengan Della.
"Sebenarnya, apa yang sedang terjadi dengan rumah tangga Tuan?" tanyanya lirih, sambil menatap ke arah Revan.
***
Di tempat lain, Della sedang menunggu seseorang datang menuju kamarnya, sebelumnya mereka sudah berjanjian untuk bertemu, mengetahui Revan sedang tidak ada di rumah.
Langkah sepatu terdengar di telinga Della, sehingga ia mengukir senyum. Tanpa ragu ia membuang selimut yang menjadi saksi bisu selama lima tahun ini, jika nyatanya ia sudah sembuh dari kelumpuhan yang pernah memvonisnya tidak bisa berjalan seumur hidup.
"Halo Honey?" sapa seorang Pria berjas putih yang masuk dan mengunci pintu kamar Della.
Della berlari menghampiri, dan memeluk pria yang berprofesi sebagai dokter itu.
Dengan perasaan senang, dokter itu pun menggendong Della menuju ranjang, hasrat mereka seketika memburu, ciuman bibir terjadi begitu cepat.
"Aku rindu kamu," ucap Della di sela ciumannya.
Dokter yang bernama, Dewa itu pun membuka seluruh kancing baju milik Della, dengan sangat cepat ia menyambar mulutnya mencium dua gunung kembar yang membuatnya bergairah.
Della mengerang, ia sangat menikmati pertemuan ini, Dewa selalu membuatnya bahagia di atas ranjang, dan kenyataannya ia sudah tergoda dengan Dokter yang usianya terpaut jauh tiga tahun dengannya.
"Ah ...," ucap Della, membuat Dewa semakin siap melancarkan hubungan intim mereka.
Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
15/05/2022
Buku lain oleh Chaerani T
Selebihnya