Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
GAIRAH TUAN MUDA

GAIRAH TUAN MUDA

Phoenix

5.0
Komentar
6.4K
Penayangan
10
Bab

Mature content (21+)! Please be wise. Miskin. Kondisi kehidupan yang sulit, membuat Lyra Yee mengambil satu keputusan yang bertentangan dengan hati nurani. Untuk mendapatkan uang yang banyak, Lyra memutuskan untuk menjadi ibu pengganti. Hanya saja, semua itu dilakukan dengan cara alami dan ia baru  mengetahui, setelah berhadapan dengan pria yang mempekerjakannya. Uang sudah diterima dan ia sudah terjebak di tengah-tengah badai. Mau tidak mau, Lyra menjalani semua kewajibannya. Hamil, melahirkan dan menyerahkan bayinya. Itu dilakukan Lyra, dengan jiwa yang diliputi rasa bersalah. Kehidupan harus terus berlanjut dan Lyra, kembali ke rutinitasnya. Lima tahun berlalu. Ibu yang begitu dicintainya, meninggal dunia. Hal itu membuat hidup Lyra terpuruk dan tidak lagi memiliki tujuan. Saat itulah, ia mengambil keputusan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ya, ia harus menemukan putrinya. Bayi yang dilahirkan dan diserahkan kepada orang lain. Menyembunyikan kecantikannya, Lyra masuk ke dalam kediaman Zhang, sebagai seorang pengasuh. Namun, semua hal tidak berjalan dengan lancar. Bertemu kembali dengan satu-satunya pria yang pernah tidur dengannya, membuat jantung Lyra berdebar tidak normal. Percikan gairah pun terjadi.

Bab 1 Keturunan

Dastan Zhang, menautkan jari jemari kedua tangannya dan menatap tajam ke arah Harry, sang tangan kanan.

"Tuan Besar Zhang memerintahkan, agar Nyonya melakukan pemeriksaan kandungan," ujar Harry.

Harry Chao, tangan kanan CEO Lynx Company. Perusahaan yang bergerak di bidang utama perangkat lunak. Keluarga Zhang adalah keluarga ternama dan disegani, sebab sang kakek adalah pensiunan militer dengan pangkat tinggi.

Satu-satunya pewaris Keluarga Zhang adalah Dastan. Pria berusia 38 tahun, berupa tampan dengan mata elang, yang membuatnya dijuluki pengusaha terseksi. Tiga tahun yang lalu, Dastan mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Aurora Goh, putri tunggal dari pengusaha pelayaran. Status sosial yang sejajar, mempertemukan mereka dalam ikatan pernikahan, melalui perjodohan.

Istrinya, Aurora Goh, wanita yang cantik dan begitu lemah lembut. Pernikahan mereka tidak didasari rasa cinta, jadi tidak ada yang namanya percikan gairah. Hubungan intim, juga merupakan kewajiban mereka sebagai pewaris perusahaan raksasa kedua keluarga dan anak, adalah hal utama yang harus mereka miliki.

Tiga tahun, tiga tahun pernikahan, tetapi Aurora tidak kunjung hamil dan ayahnya, Tuan Besar Zhang sudah tidak sabar, sehingga terus menuntut. Hari ini, Aurora setuju untuk melakukan pemeriksaan. Salah satu dari mereka harus mengalah dan biasanya, sang istri yang melakukan hal tersebut.

Dastan tidak sudi melakukan pemeriksaan kualitas semen. Itu melukai harga dirinya yang setinggi langit. Kesehatannya adalah yang utama. Sedari muda, pola makan dan hidup sehat telah diterapkan. Di usia yang hampir masuk kepala empat, Dastan masih dalam performa prima. Bahkan ada sederet dokter yang dipekerjakan untuk selalu memantau kesehatannya. Jadi, Dastan yakin masalah belum memiliki keturunan, bukan berasal dari dirinya.

"Lalu, kapan hasil pemeriksaan akan keluar?" tanya Dastan dan mulai memeriksa dokumen yang harus ditandatangani.

"Sore ini, Tuan. Nyonya meminta Tuan, untuk pergi bersamanya ke rumah sakit."

Dastan mengangguk.

"Batalkan semua pertemuan sore ini."

"Baik, Tuan."

***

Di sudut kota yang lain, daerah pinggiran tepatnya.

Lyra Yee, menghembuskan napas. Lelah. Ya, ia begitu lelah, setelah memindahkan semua kardus berisi makanan kaleng itu.

"LYRA! LYRA!"

"Ya, Tuan Choi!" balas Lyra, atas teriakan boss nya itu, sambil berlari ke arah depan gedung tua yang disulap menjadi minimarket.

"Ada pembeli!" seru Tuan Choi dengan tangan menunjuk ke arah seorang wanita paruh baya. Sedangkan, tatapannya tetap tertuju pada televisi kecil yang ada di hadapannya.

"Selamat siang, Nyonya."

Lyra menyapa dan mulai menjalankan mesin kasir. Minimarket di wilayah pinggiran, tidak perlu memiliki bangunan yang megah. Yang terpenting adalah harga barang yang murah dan minimarket Tuan Choi cukup terkenal, di kalangan ini.

Lyra memasukkan semua belanjaan wanita itu ke dalam kantong plastik dan menyebutkan totalan harga belanjaan ini.

"Terima kasih dan datang kembali," seru Lyra saat wanita itu pergi.

Kembali berlari ke belakang dan mulai menyusun kardus-kardus tadi. Ya, ia satu-satunya pegawai di minimarket ini. Lyra merangkap menjadi kasir, penyusun barang, mendata dan kebersihan. Lelah? Tentu saja. Namun, bayaran Tuan Choi yang paling tinggi di wilayah ini.

Sore hari pun tiba. Lyra mengganti seragam minimarket dengan baju kaos sederhana yang dipadu dengan celana jeans usang.

"Kau masih bekerja di sana?" tanya Tuan Choi saat melihat Lyra melewatinya. Tuan Choi sibuk menghitung uang penjualan hari ini.

"Ya, Paman."

"Tidak bagus seorang gadis bekerja di tempat seperti itu," ujar Tuan Choi, dengan mata yang masih tertuju pada buku pembukuan.

"Bayarannya bagus. Sampai jumpa besok, Paman." Lyra melambaikan tangan dan berlari keluar dari minimarket.

Daerah pinggiran dengan kualitas keamanan, yang rendah. Jadi, Tuan Choi lebih memilih tutup di pukul 5 sore, daripada buka sampai malam dan terancam oleh perampokan. Lyra bersyukur, setidaknya ia dapat mengambil dua pekerjaan.

Ibunya sakit dan harus cuci darah, setiap minggunya. Bahkan saat ini Dokter sudah menyarankan, untuk melakukan transplantasi. Namun, Lyra bingung tentang biaya. Untuk biaya cuci darah saja, sudah membuatnya berhutang ke sana ke mari.

Menggunakan kendaraan umum, Lyra menuju klub malam tempat di mana ia bekerja sebagai pramusaji. Ia bekerja di klub ini karena ikut dengan sahabatnya dan mereka berdua, sudah bekerja selama satu tahun.

Tiba di klub malam Zero, Lyra masuk dari pintu belakang. Menuju ruang ganti karyawan, Lyra mulai menyempurnakan penampilannya. Rambut diikat cepol dan mengenakan seragam serta sepatu yang nyaman.

"Baiklah! Malam akan kembali dimulai. Bertahanlah! Ya, bertahanlah. Ingat, ibumu butuh uang untuk berobat," ujar Lyra dengan menatap pantulan dirinya di cermin kecil. Ya, ia bicara sendiri.

Bekerja di klub, memang mendapatkan bayaran tinggi. Apalagi, klub ini adalah klub untuk kalangan menengah ke atas. Hanya saja, Lyra kerap dilecehkan. Ya, tamu mabuk amat mengesalkan, tangan mereka akan menyentuh sesuka hati.

Menarik dan membuang napas beberapa kali, barulah Lyra keluar dari ruang ganti, untuk memulai malam yang panjang.

***

Di rumah sakit swasta ternama di kota.

Dastan dan Aurora, duduk berdampingan di hadapan seorang Dokter kandungan terkenal. Dokter itu adalah seorang pria berusia kisaran 50 tahun, dengan rambut penuh uban dan badan kurus.

"Endometriosis."

Dokter mengucapkan satu kata, yang membuat Aurora pucat pasi. Kedua tangan ramping, mencengkeram tas tangan kulit yang ada di pangkuannya.

"Namun, kalian tidak perlu khawatir. Saat ini, ilmu kedokteran sudah begitu maju dan dengan perawatan teratur, aku yakin kalian dapat memiliki keturunan," jelas sang Dokter. Setidaknya 1 dari 3 wanita yang menderita endometriosis, dapat hamil, tetapi itu tergantung dengan kondisi masing-masing individu.

"Kami tidak memiliki waktu, di tahun ini, anakku harus lahir." Dastan mengucapkan itu dengan datar, ia bahkan tidak berusaha menghibur sang istri.

"Jika begitu, bagaimana dengan program bayi tabung?" tanya sang Dokter.

"Tidak," tukas Dastan cepat. Sebagai ahli waris dari Lynx Company, ia memiliki banyak musuh. Baik itu dari luar, maupun keluarga sendiri. Dastan tidak akan menjalani program bayi tabung. Ia tidak mau mengambil resiko, wanita lain melahirkan anaknya dan di masa depan, akan menjadi bumerang.

Dastan Zhang, amat berhati-hati terhadap hubungan antara pria dan wanita. Cukup melihat sang ayah yang diganggu dengan keberadaan anak di luar nikah, membuat Dastan bersumpah tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Sang ayah harus membayar mahal, untuk membuat deretan anak haram itu mundur dan mau menandatangani perjanjian, tidak memperebutkan harta warisan di masa depan.

Namun, Dastan juga bukan pria suci. Sesekali, ia juga akan bermain di luar. Hanya saja, setelah itu Harry akan mengurus sisanya, untuk memastikan wanita-wanita yang tidak diingat namanya, tidak hamil.

"Tapi, Tuan–"

"Tidak ada tapi! Kita sudah tahu di mana pokok permasalahannya. Jadi, perbaiki itu secepatnya," ujar Dastan, memotong ucapan sang Dokter. Ia bangkit dan berjalan pergi, meninggalkan istrinya sendirian di ruang praktek dokter tersebut.

Seharusnya sebelum menikah, istrinya itu melakukan pengecekan tubuh. Saat ini, Dastan merasa begitu kesal, sebab sang istri tidak mampu mengemban kewajibannya.

Kembali ke ruang praktek sang dokter.

"Apakah kita akan membahasnya, sekarang?" tanya sang Dokter kepada Aurora.

Aurora tidak menjawab dan langsung berdiri dan berderap keluar dari ruangan itu.

Apa yang ia harapkan? Berharap Dastan akan memeluk dan menghiburnya? Itu pemikiran yang naif. Bahkan saat mereka bercinta, pria itu jarang mengecup bibirnya dan meninggalkannya begitu saja, saat percintaan berakhir.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Phoenix

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku