Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TANDA MERAH DIBAJU SUAMIKU

TANDA MERAH DIBAJU SUAMIKU

septidina

4.4
Komentar
555
Penayangan
5
Bab

Sepasang suami istri yang terlihat hidup bahagia, tetapi sebenarnya banyak masalah yang datang dan menguji pernikahan mereka.

Bab 1 TANDA MERAH DIBAJU SUAMIKU

PART 1

Ketahuan selingkuh

"Oh, jadi ini Mas yang kamu bilang meeting sama klien!"

Dengan penuh amarah, aku menghampiri Mas Dodi yang sedang duduk di bangku cafe tengah kota bersama perempuan sambil berpelukan. Ya, memang perempuan itu memiliki paras cantik, anggun bak model ternama.

"Loh, kamu kok disini Dek?" Mas Dodi segera melepaskan pelukannya dari perempuan itu. Lalu, dia menggeser bangku sedikit ke belakang dan beranjak berdiri dengan raut wajah terlihat takut dan cemas.

Aku mengambil duduk disamping wanita itu, "bagaimana meetingnya, lancar?" ucapku sambil menyomot makanan yang ada di meja tanpa memperhatikan Mas Dodi.

"Kamu ngapain kesini Dek? aku kan sudah bilang, aku ada meeting sama klien hari ini," Mas Dodi berjalan kearahku, lalu memegang pundakku untuk merayuku dengan ucapan manisnya itu.

"Yakin kamu lagi meeting? kok tadi aku lihat kamu pegangan tangan sih Mas!" jawabku sambil terus makan.

"Iya Dek, kapan Mas pegangan tangan Dek?" saut Mas Dodi sedikit ngeles.

"Itu tadi, aku lihat loh!" jawabku lagi.

"Hmm, itu tadi sebagai tanda persetujuan proyeknya saja kok." Mas Dodi mencium keningku, "sudah kamu pulang saja ya Dek, Mas masih ada kerjaan yang lain," ucap Mas Dodi sambil memberikan kartu ATM-nya.

"Okey, aku pulang duluan. Jangan nakal ya diluar sana. Jangan sampai ada perempuan lain, kalau sampai ketahuan aku, bakal aku habisi dia hidup-hidup Mas! jawabku seraya pergi keluar dari cafe.

Setelah aku rasa sudah jauh dari penglihatan mereka berdua, aku bersembunyi di balik pintu keluar cafe untuk memantau mereka. Dan iya, ternyata benar seperti dugaanku. Mereka bukan layaknya partner bisnis, melainkan mereka seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Mereka kembali berpelukan tanpa ada rasa cemas, sepertinyamereka sudah lupa akan perkataanku tadi. Tidak masalah bagiku, itu akan menjadi boomerang bagiku.

Aku melihat Mas Dodi memeluk dan mencium kening wanita itu, dan dia juga mengusap lembut pipinya. Betapa sakitnya hatiku, tapi aku harus kuat karena ini ujian dalam pernikahanku.

"Kenapa kamu seperti ini Mas?" ucapku dalam hati, "apa kamu sudah bosan denganku?"

Aku bergegas pergi ke parkiran, disana aku menunggu perempuan itu keluar dan aku akan bertanya langsung kepadanya. Tidak lama kemudian, aku melihat Mas Dodi keluar dan berjalan ke parkiran mobil, tak lupa dibelakangnya diikuti oleh perempuan itu. Kulihat mereka membawa mobil sendiri-sendiri, itu artinya kesempatan ku untuk menemui perempuan itu dan bertanya kepadanya.

Ku ikuti langkah perempuan itu, setelah sudah dekat mobilnya. Aku menghentikannya.

"Mbak, Mbak maaf mengganggu." Aku berusaha menghentikan langkah perempuan itu.

"Loh Mbak kok disini, bukannya tadi udah pulang ya?" jawab perempuan itu yang terlihat kaget akan kedatanganku.

"Kamu siapa nya Mas Dodi, apa hubungan kalian?" Tanpa menjawab pertanyaan dari perempuan itu, aku malah balik bertanya dengan sedikit ketus.

"Hmmm, sebenarnya aku dan Mas Dodi..." dia menjawab dengan terbata-bata.

"Cepat katakan!" Aku menjawab dengan lantang agar dia mau menjawab yang sejujurnya.

"Aku dan Mas Andi cuman teman biasa," jawab nya dengan lantang.

"Benarkah itu?" Aku sedikit ragu dengan jawabannya.

"Iya benar, aku dan Mas Dodi memang cuman teman biasa saja," jawabnya lagi.

"Apa kamu bisa membuktikannya?" Aku bertanya lagi.

Dia terlihat bingung untuk menjawabnya, setelah beberapa menit, "maaf Mbak aku harus pergi, ada meeting mendadak. Permisi," jawabnyatergesa-gesa sambil masuk ke dalam mobil.

Kemudian, dia pergi dan di dalam hatiku masih ragu. Dan aku yakin, jika mereka memang ada hubungan dibelakang. Aku bergegas pergi ke parkiran, dan pulang kerumah.

Ketika diperjalanan, isi pikiranku hanya ada mereka berdua.

Setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan pulang, akhirnya tiba dirumah. Aku bergegas masuk kedapur untuk mengambil air minum, agar sedikit tenang. Lalu pergi ke kamar untuk menenangkan diri.

"Kamu tega Mas, ternyata kamu ada main di belakangku!" aku tidak kuasa menahan air mataku yang sedari tadi sudah diujung mata.

"Sekarang aku tahu Mas, mengapa sikapmu kini berubah kepadaku. Ternyata ini penyebabnya!" ucapku sambil memeluk guling. Air mata terus mengalir.

Aku berjanji akan menyelesaikan masalah ini. Dan jika memang sudah tidak bisa dipertahankan lagi, aku rela berpisah dari Mas Dodi. Meskipun, sebenarnya aku masih cinta dan sayang kepada Mas Dodi. Tapi, aku akan berusaha semampuku Mas.

Aku yakin, kamu melakukan ini karena ada alasannya.

****************

Terdengar suara mobil masuk kedalam garasi. Aku bergegas melihat keluar, ternyata mobil Mas Dodi yang masuk. Itu tandanya Mas Dodi sudah pulang.

Kulihat kearah jam dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah satu. Perlahan, aku membuka pintu.

"Assalamualaikum sayang, kamu kebangun ya gara-gara aku," ucap Mas Dodi sambil menyodorkan tangannya.

"Waalaikumsalam," ku balas salam sambil mencium punggung suamiku. Meskipun aku sedang sakit hati, tapi aku harus tetap menjalankan kewajibanku, "kok baru pulang Mas jam segini?"

Tanpa menjawab, Mas Dodi masuk, lalu ku tutup pintu kembali. Mas Dodi langsung melangkah ke arah kamar. Aku mengekor di belakangnya.

"Kamu sudah makan Mas?" tanyaku pada Mas Dodi.

"Sudah tadi makan sama klien," jawab Mas Dodi singkat.

"Pasti kamu makan sama perempuan tadi kan Mas!" gumamku dalam hati.

"Yasudah aku mau mandi dulu ya Dek, lengket banget nih badan." Mas Dodi melepas semua pakaian, kecuali celana kolornya ya. Kemudian dia letakkan di atas kasur, lalu pergi menuju kamar mandi.

Kulihat Mas dodi sudah masuk kamar mandi, aku berniat membereskan semua pakaian Mas dodi. Tapi aku melihat benda pipih milik Mas Dodi yang tergeletak di ujung asur

Setelah itu, ku hampiri benda itu di ujung kasur. Kuambil ponsel itu lalu ku buka, dan ternyata ponselnya tidak dikunci jadi aku bisa membuka semauku.

Segera ku buka aplikasi berlogo warna hijau, dan kulihat kontak baru dengan nama Luna, ku buka isi pesan darinya.

"Terimakasih ya sayang untuk hari ini, aku seneng banget. I love you!" Kubuka pesan itu dan tak kusangka ternyata memang benar Mas Dodi dan Luna ada main belakang.

Segera ku letakkan kembali ponsel itu di atas kasur, tak lupa juga ku hapus pesan dari Luna agar tidak diketahui oleh Mas dodi kalau aku diam-diam sudah membuka ponselnya.

Dalam hatiku menangis, jujur dari relung hati paling dalam. Aku masih sangat sayang dan cinta pada Mas Dodi, tapi jika memang sudah begini, aku bisa apa. Tapi aku harus tetap berjuang demi keluargaku dan anak-anak ku.

Aku dan Mas Dodi sudah menikah selama lima tahun, di dalam pernikahan, kami dikaruniai seorang putri bernama Siska Atala Putri. Ya, nama itu kami pilihkan untuk putri semata wayang kami. Kini dia sudah beranjak remaja.

Kita tinggal dulu cerita keluargaku, kita balik lagi ke Mas dodi ya.

Selang beberapa menit, Mas Dodi keluar dari kamar mandi. Aku berjalan menghampiri Mas Dodi yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Kamu sudah selesai Mas, ini handuknya." Aku membawakannya handuk, karena dia tadi meninggalkan handuknya diatas kursi.

"Oh iya, terimakasih ya sayang." Mas Dodi menerima handuk itu, lalu mencium keningku. Seperti tidak ada rasa bersalah sedikit pun.

Dalam hatiku rasanya sakit, "kenapa harus ada orang lain didalam bahtera rumah tangga kita Mas, setelah bertahun-tahun kita jalani!" Gumamku dalam hati.

"Sama-sama Mas, yasudah kamu ganti baju dulu sana. Tadi aku sudah masak makanan kesukaan kamu. Aku tunggu di bawah ya Mas!" Ucapku sembari berjalan kearah pintu keluar.

Sebelum aku keluar dari kamar, tak lupa aku pindahkan baju Mas Dodi kedalam bak pakaian kotor. Tapi, entah kenapa aku merasa ada yang ganjal. Dan aku mencium bau parfum perempuan.

Kuteliti baju Mas Dodi dari ujung baju ke ujung yang lain. Dan, ternyata ada banyak sekali noda merah di baju. Aku rasa, itu adalah ulah perempuan itu. Dia meninggalkan jejak ketika sedang bersama Mas Dodi.

Aku memutar badanku menghadap Mas Dodi sambil membawa baju itu, dan kutunjukkan pada Mas Dodi.

"Ini noda apa Mas?" Aku membawa baju itu dan kutunjukkan kepada Mas Dodi.

Mas Dodi terlihat kaget dan bingung, "apa sih Dek, udahmalam jangan marah-marah terus dong" Mas Dodi mengalihkan pembicaraan. Dengan santai nya, dia memakai baju tidurnya, "udah yuk tidur, aku udak capek pingin istirahat." Mas Dodi berlalu pergi meninggalkanku menuju ranjang

"Aku tau Mas kamu capek. Aku cuman tanya, ini bekas noda apa?" Aku berjalan menuju ranjang, tak kusangka ternyata air mata sudah membasahi pipiku.

"Itu tadi ketumpahan caos," balasnya.

"Mana mungkin, caos sebanyak ini. Apa kamu tadi melakukan hal yang terlarang dengan perempuan tadi?" jawabku tegas, lalu aku melemparkan baju itu tepat di depan Mas Dodi

Kamu ini apa-apaan sih? Aku sudah gila ya?" Mas Dodi beranjak duduk dan matanya melotot kearahku.

"Kamu yang apa-apaan Mas, kamu sekarang sudah berubah. Kamu sekarang lebih memilih perempuan diluar dari aku istrimu sendiri!" ucapku tegas dan air mataku akhirnya keluar bercucuran.

"Kamu jangan nuduh sembarangan ya! Aku diluar itu kerja buat nyukupin semua kebutuhan keluarga kita. Kamu seenaknya aja ngomong seperti ini!" Mas Dodi berjalan kelur kamar sambil menutup pintu dengan keras dan kuat sehingga teedengar suara gubrakan dari pintu.

Aku berjalan keluar, mengikuti Mas Dodi. Ternyata dia dia memilih tidur di kursi ruang tamu.

"Aku kan cuman tanya Mas, ini noda apa dibaju kamu?" Aku sedikit menurunkan nada pembicaraan agar dia kembali luluh.

"Sini duduk aku jelasin." Mas Dodi menggandeng tanganku untuk duduk disebelahnya.

Kini kami berdua sudah duduk berdampingan, dan saling pandang satu sama lain seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Kamu tahu kan, hari ini aku banyak sekali meeting. Waktu makan malam aku mengantuk sekali, jadi caos yang mau aku tuang kebakso malah meleset ke bajuku." Mas Dodi menjelaskan sambil memegang erat tanganku. Dan terlihat meyakinkan sekali.

"Nah gitu dong, kalau gitu kan aku juga tenang. Aku sayang kamu Mas. Jangan pernah selingkuh dariku Mas. Janji!" Aku pura-pura luluh dengan penjelasan dari Mas Dodi. Lalu aku iseng membuat perjanjian dengan Mas Dodi, sambil mengulurkan jari kelingkingku.

"Iya, aku juga sayang kamu. Aku juga janji tidak akan pernah selingkuh darimu." Mas Dodi membalas janji itu, dan akhirnya jari kelingking kita berdua saling berpautan.

Setelah itu aku dan Mas Dodi masuk kedalam kamar lagi sambil bergandengan tangan. Seakan-akan lupa masalah yang membuat mereka bertengkar.

Meskipun sebenarnya aku masih tidak yakin dengan penjelasan dari Mas dodi. Dala. Hatiku masih terasa ada yang ganjal. Aku bisa melihat itu semua, dari gerak tubuh Mas Dodi.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena aku tau Mas Dodi sedang capek. Sebelum tidur, tak lupa aku memijat kaki Mas Dodi supaya rasa capeknya sedikit hilang. Disela-sela itu, tanpa kusadari ternyata air mataku sudah berjatuhan membasahi pipi. Aku melihat Mas dodi, Alhamdulillah ternyata dia sudah tertidur lelap. Sehingga, dia tidak melihat ku menangis dan tidak bertanya padaku yang bisa membuatku semakin sakit karena semua kebohongannya.

Kemudian, aku bergegas tidur karena hari sudah semakin larut.

Tapi, entah kenapa mataku sepertinya tidak mau terpejam, karena memikirkan soal tadi.

Aku tahu itu adalah bekas lipstik perempuan karena jelas-jelas bentuknya seperti bibir. Kini, pikiranku sudah tak karuan.

Aku menangis tanpa suara di tepi ranjang, karena takut jika Mas Dodi terbangun dari tidurnya karena ulahku.

"Ya Tuhan, apa sebenarnya salahku? kenapa suamiku tega mengkhianatiku? Apa aku terlalu buruk baginya?" dalam hatiku terus bertanya-tanya. Air mataku mengalir semakin deras.

Rasanya ingin pergi ke suatu tempat yang hijau, lalu berteriak sekencang mungkin untuk meluapkan semua amarah.

"Apa ini takdir yang Kau beri untukku?" Rintihku dalam tangisan.

"Apa ini akan menjadi akhir dari cerita hidupku, Tuhan?" tanyaku dalam hati.

"Berikanlah aku kesabaran dan ketegaran selalu, Tuhan. Agar aku bisa kuat menghadapi semua cobaan yang Kau beri. Aku tahu Engkau memberi cobaan ini padaku karena Kau sayang padaku." Aku semakin menangis menjadi-jadi.

Lalu, aku pergi menuju kamar mandi, aku membasuh muka ku dengan air agar sedikit fresh dan tenang. Agar besok, jika pagi tiba aku tidak kelihatan sayu.

Setelah itu, aku merasa sedikit tenang. Kemudian, aku membuka knop pintu kamar mandi dan kembali tidur di sebelah Mas Dodi. Aku berdoa agar Tuhan mempermudah jalanku untuk mencari bukti dan kebenaran yang sudah membuat keluargaku hampir hancur berantakan. Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk mempertahankan pernikahan yang sudah aku jalani bersama Mas Dodi selama bertahun-tahun ini.

Hari ini adalah hari yang begitu buruk, dan aku rasa hari ini adalah hari yang paling menyakitkan bagiku. Karena suami yang paling aku sayangi selama bertahun-tahun, dan sudah kuanggap sebagai sosok laki-laki yang terbaik, ternyata sudah mengkhianatiku.

Setelah beberapa menit, akhirnya aku berhasil memejamkan mata meskipun dengan sedikit air mata yang masih membasahi pipi ini.

Kini aku dan Mas Dodi sama-sama terlelap dengan tenang.

Aku yakin dibalik semua kejadian hari ini, pasti akan ada hikmahnya di keesokan harinya. Dan bisa membuat keluargaku semakin hidup dengan tentram dan damai seperti dahulu lagi, tanpa ada gangguan dari orang lain.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku