Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Merah Hitam Cinta #bukuke-1 womenpowerseries

Merah Hitam Cinta #bukuke-1 womenpowerseries

Suzy Wiryanty

4.7
Komentar
216K
Penayangan
47
Bab

Berniat memberi surprise tentang kehamilannya pada suaminya, Kanaya Prameswari malah mendapat kejutan yang tak kalah mencengangkan. Dina Hadinata--sahabat baiknya, tengah bercumbu mesra dengan Ghifari Albani, suaminya, di kantor. Kanaya yang memang sangat intoleran terhadap penghiantan, meninggalkan Ghifari dengan janin berusia dua minggu di rahimnya. Bagaimana kehidupan baru Kanaya di perkebunan kopi milik keluarga Safa, sahabatnya selama pelariannya? Bagaimana pula sikap Haikal Baihaqi, kakak Safa yang tidak pernah ramah terhadapnya? Ikuti kisah Kanaya tentang pergulatan batin seorang perempuan yang trauma untuk mencintai dan dicintai lagi. Karena bagi Kanaya cinta saja tidak cukup.

Bab 1 Chapter 1

"Jadi saya beneran hamil ini, Dok?" Kanaya Prameswari nyaris tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Kedua tangannya bergetar saat membaca hasil urine dari laboratorium RSIA. Lima tahun penantiannya berakhir sudah. Selama lima tahun pernikahannya ini, Ghifari Albani, suaminya, sangat mengharapkan kehadiran seorang buah hati. Wajar saja, suaminya adalah seorang anak tunggal. Kehadiran generasi penerus pasti sudah pasti sangat dinanti-nantikan oleh seluruh keluarga besarnya. Dalam dua tahun terakhir ini suaminya sangat stress karena tekanan dari berbagai pihak.

Baik itu dari keluarga besar Albani atau pun dari kedua orang tuanya. Mereka semua kerap menyindir-nyindir kehidupan rumah tangga mereka yang dianggap belum sempurna karena ketiadaan buah hati. Dengan kehamilannya ini pasti akan membuat suaminya bahagia luar biasa. Memikirkan hal itu rasa syukur tidak henti-henti diucapkan Kanaya pada yang Maha Kuasa.

"Benar, Bu. Saat ini kandungan Ibu telah berusia dua minggu. Selamat ya, Bu?" Dokter Rasyid Rasyidi ikut berbahagia melihat senyum yang terus terkembang di wajah pasien mudanya. Ia adalah dokter kandungan keluarga besar Albani. Jadi ia sangat memahami posisi Kanaya di dalam keluarga besar terpandang itu. Kedua mertua Kanaya juga kerap mengeluhkan soal menantu mereka yang tidak kunjung hamil. Padahal usia pernikahan anak menantunya telah memasuki tahun ke lima.

"Tapi harap diingat. Kandungan Ibu ini masih sangat muda. Rahim Ibu masih rentan terhadap segala bentuk guncangan. Selain itu, kondisi fisik dan psikis Ibu juga harus selalu terjaga. Ibu tidak boleh terlalu capek dan banyak pikiran ya, Bu?" Nasehat dokter Rasyid lagi. Kanaya mengangguk takzim.

"Tentu saja, dokter. Saya akan menjaga kandungan saya ini sebaik mungkin. Saya juga akan selalu mengingat pesan-pesan, dokter. Saya permisi dulu ya, dok? Terima kasih atas semuanya." Kanaya menyalami dokter Rasyid sebelum keluar dari ruangan praktek.

Kanaya melangkahkan kaki menuju parkiran dengan senyum yang terus terkembang. Di dekapnya surat hasil dari laboratorium rumah sakit di dada. Ia masih seperti tidak percaya kalau ia sekarang sedang mengandung anak Ghifari. Pak Rustam, sang supir pribadi, buru-buru membuka pintu mobil saat melihat kehadiran nyonya mudanya. Melihat senyum yang terus tersungging di bibir sang nyonya muda, maka tau lah ia akan hasil laboratorium yang sedari dua hari lalu dinanti-nantikan oleh nyonya mudanya. Pak Rustam tersenyum. Ia ikut berbahagia untuk kebahagiaan seluruh keluarga besar Albani.

"Kita ke kantor Mas Fari dulu ya, Pak? Ada yang ingin saya sampaikan padanya," ujar Kanaya.

"Baik, Bu." Pak Rustam dengan sigap menjalankan kendaraan. Selama berkendara, Pak Rustam bersikap sangat hati-hati. Ia menghindari jalan yang rusak dan berkendara dengan kecepatan sedang. Sebisa mungkin ia menghindari guncangan. Ia tidak ingin kandungan nyonya mudanya terganggu.

Pak Rustam melirik kaca spion depan. Nyonya mudanya kembali membaca selembar surat dengan ekspresi gembira. Kebahagian terus terpancar di wajah lembutnya. Syukurlah, penantian panjang keluarga besar majikannya, berakhir bahagia. Dengan begitu segala pertikaian terkait masalah keturunan di masa lalu, tidak akan terulang lagi. Sebagai seorang pekerja, ia ikut lega.

Selama dalam perjalanan, Kanaya terus membayangkan bagaimana ekspresi suaminya saat membaca surat dari laboratorium rumah sakit ini. Pasti suami tercintanya itu tidak kuasa menahan rasa haru dan bahagia. Penantian siang malam selama lima tahun pernikahan mereka akhirnya berbuah bahagia. Membayangkan hal itu Kanaya semakin tidak sabar untuk memberitahukan kabar baik ini pada suaminya.

Empat puluh lima menit kemudian, mereka telah tiba di sebuah gedung perkantoran elit. Suaminya memang berkantor di sini. Dengan tidak sabar Kanaya keluar dari mobil dengan surat hasil dari laboratorium di tangan. Kalau menuruti kata hati, Kanaya ingin berlari secepat mungkin ke ruangan suaminya. Ia ingin suaminya membaca sendiri surat dari laboratorium rumah sakit ini.

Setiba di lobby kantor, Kanaya bergegas masuk ke dalam lift dan menekan angka 4. Ghifari memang berkantor di lantai empat. Saat pintu lift terbuka, Kanaya keluar dari lift dengan senyum yang kian lebar. Langkah kaki ia percepat karena ingin segera menemui suaminya. Saat tiba di depan pintu ruang kerja suaminya, langkahnya dihadang oleh Sanny, sekretaris suaminya.

"Bapak ada di dalam 'kan, San?" Tanya Kanaya pada sekretaris suaminya.

"A--ada, Bu." Sahut Sanny gugup. "Sebentar, saya akan memberitahu Bapak kalau Ibu ada di sini." Ujar Sanny kian gugup. Kanaya mengerutkan kening. Tumben Sanny gelisah seperti ini. Biasanya Sanny gembira-gembira saja saat ia mengunjungi suaminya.

"Tidak perlu, San. Saya ingin memberi kejutan pada, Bapak." Tukas Kanaya seraya memutar handle pintu.

"Ja--jangan dulu, Bu!" Seru Sanny ketakutan.

Begitu pintu ruang kerja suaminya terbuka, Kanayalah yang mendapat kejutan alih-alih suaminya. Di sana, di kursi direktur suaminya, Dina, sahabat baiknya sedang beradu mulut panas dengan suaminya. Akibat panasnya ciuman mereka berdua, mereka bahkan tidak sadar kalau pintu sudah terbuka, dan ada orang lain yang tengah menonton aksi mereka berdua.

"Astaghfirulahaladzim!" Kanaya berulang kali mengucapkan beristighfar. Ia nyaris tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Dua orang yang paling ia sayangi dan ia percayai, sampai hati menghianati seperti ini. Langit seperti runtuh tepat di depan matanya. Jeritan pedihnya membuat dua kepala yang sebelumnya saling bertukar saliva itu menjauh dengan tiba-tiba. Wajah keduanya pucat pasi saat melihat kehadirannya. Namun ada sesuatu yang sempat Kanaya tangkap sebelum tautan bibir keduanya terlepas. Rasa puas di mata Dina! Kanaya berteman cukup lama dengan Dina. Ia sangat mengenali air muka sahabatnya ini.

"Astaga, Naya. Ini... ini... tidak seperti yang kamu pikirkan, sayang. Mas bisa menjelaskan soal semua ini ini. Mas... Mas..."

Melihat suaminya kebingungan tidak tau harus mengatakan apa, Kanaya sudah tau apa yang sesungguhnya telah terjadi. Suami dan sahabatnya telah berselingkuh di belakangnya. Dina yang mengaku sebagai sahabatnya, baru sebulan bercerai dari Reyhan. Menurut Dina, Reyhan menceraikannya karena ia mandul. Selama kurang lebih sebulan ini, ia sibuk membesarkan hati Dina. Menghiburnya pagi, siang, malam agar sahabatnya ini tidak depresi. Ia bahkan menandai media sosial Dina dengan hashtag woman supporting woman. Kala itu mereka saling berpegangan tangan. Tertawa dan menangis bersama karena merasa sama-sama tidak bisa mempunyai keturunan. Namun siapa nyana kalau balasan yang Dina berikan malah woman hurting woman. Betapa kejamnya!

"Mas tidak perlu menjelaskan apapun. Naya bukan anak kecil, Mas. Jangan berbohong untuk menutupi kebohongan yang lainnya. Bersikap jantanlah, Mas." Desis Kanaya dengan suara di hidung.

"Aku... aku juga minta maaf, Na. Aku juga tidak tau sejak kapan rasa ini tumbuh. Hanya saja, aku tidak kuasa untuk melawan perasaan ini. Sekali lagi, aku minta maaf, Na." Akhirnya Dina bersuara juga.

"Oh, jadi permintaan maafmu ini hanya untuk mengakui ketidakberdayaanmu melawan perasaan terlarang terhadap suamiku?" Desis Kanaya geram. "Itu namanya bukan permintaan maaf, Din. Tapi pengakuan maaf. Kamu pasti lega sekali karena akhirnya perselingkuhan kalian kupergoki 'kan? Karena kamu sangat tau bahwa aku sangat intoleran terhadap perselingkuhan."

Kanaya tersenyum pahit. Kediaman Dina mengartikan satu hal. Bahwasannya semua dugaannya benar. Dina ingin menggantikan tempatnya. Menjadi pemilik hati suaminya satu-satunya. Karena Dina sudah memprediksi kalau ia pasti akan pergi. Dina memang benar soal ia pasti akan pergi. Hanya saja yang lainnya salah. Dina bodoh. Ia tidak belajar dari kesalahan-kesalahannya. Dia sendiri diceraikan Reyhan karena divonis mandul. Jadi bagaimana mungkin ia bisa menjadi pusat hidup Ghifari kalau ia tidak bisa memberikan keturunan? Toh permasalahan rumah tangga mereka sama. Sama-sama diharapkan bisa memberikan keturunan. Dina terjatuh di lubang yang sama dua kali.

"Naya pamit, Mas. Lanjutkan saja kemesraan kalian yang sempat terputus tadi. Santai saja. Toh tidak ada yang perlu kalian khawatirkan lagi," guman Kanaya seraya menjejalkan surat dari rumah sakit ke dalam tas tangannya. Mulai hari ini, kehadiran bayi di dalam rahimnya adalah miliknya sendiri. Ia tidak perlu membagi kabar bahagia ini kepada ayah bejat seperti suaminya.

"Tunggu dulu, Naya. Jangan pergi begitu saja. Mari, kita bertiga duduk bersama menyelesaikan kesalahpahaman ini," Ghifari menghela pergelangan tangannya. Wajah kalut penuh penyesalannya terlihat begitu nyata. Seperti ini tampang seorang penyelingkuh. Pias oleh seribu penyesalan apabila tertangkap basah. Type orang-orang yang tidak berpikir panjang.

"Bertiga? Maaf Mas, Naya tidak ada hubungannya dengan masalah kalian berdua. Sewaktu kalian menjalin affairs kan Naya tidak diajak berembuk. Mengapa setelah ketahuan Naya dibawa-bawa?" Sahut Kanaya ketus. Tanpa banyak bicara lagi, Kanaya berjalan ke arah pintu. Urusannya di sini usai sudah.

"Jangan mengejar Naya, Mas. Naya tidak sudi menjadi tontonan ala sinetron azab Indosia*." Ancam Kanaya.

"Tunggu dulu, Na. Kamu tadi ke sini ada urusan apa? Biasanya kalau kamu ke kantor pasti ada hal penting yang ingin kamu sampaikan langsung pada, Mas." Ghifari masih berupaya menahan kepergiannya.

Diingatkan pada tujuan utamanya ke sini, air mata Kanaya mengalir bagai air bah. Sedari tadi, walau sakit hati, tidak setetes pun air matanya jatuh. Rasa marah dan kecewa lebih mendominasi dari pada sakit hati. Tapi saat diingatkan pada bayi yang saat ini menghuni rahimnya, perasaannya lah yang berbicara. Bukan hatinya saja yang sakit. Tapi seluruh jiwa raganya serasa luluh lantak! Kanaya teringat pada kegembiraan luar biasanya saat di rumah sakit dan di sepanjang perjalanan menuju kantor. Ternyata semua kebahagiannya hancur dalam hitungan detik saja. Alangkah ironisnya!

Astaghfirullahaladzim..

Astaghfirullahaladzim...

Astaghfirullahaladzim...

Kanaya tidak henti-hentinya mengucapkan istighfar dalam hati. Memohon kesabaran dari Yang Maha Kuasa agar lebih dikuatkan dalam menghadapi badai terbesar dalam rumah tangganya ini. Selama ini ia kuat dalam diam karena ada Ghifari yang menjadi tempat bersandarnya. Tidak masalah jika semua orang mengejeknya, menyindirkan bahkan mengolok-olok kemandulannya. Ia telan semuanya selama Ghifari tidak berada di kubu mereka. Namun kini, setelah ia tau bahwa Dina menusuknya dari belakang dan Ghifari menaburi garam di sepanjang lukanya, ia tidak kuat lagi. Kesabaran dan kekuatannya telah tiba di titik nadir. Raungan kesedihannya menggema di seluruh penjuru ruangan.

"Astaga, Naya. Maafkan Mas, Naya. Maaf... maaf... maaf, Naya. Mas tidak bermaksud menyakiti kamu sampai seperti ini," guman Ghifari kalut. Ia ingin mendekati Kanaya, tapi ia takut kalau tindakannya malah membuat istrinya semakin histeris. Saat ini, Kanaya bukan seperti dirinya yang biasanya. Selama tiga tahun berpacaran dan lima tahun menikah, Ghifari tidak pernah melihat Kanaya kehilangan kendali seperti ini. Kanaya ini lembut namun kuat. Kanaya tidak pernah mengadu atau pun berkeluh kesah walau diserang kanan kiri oleh keluarga besarnya. Kanaya selalu mengatakan kalau semua orang berhak menyuarakan pendapatnya. Selama ia tidak terluka dan berdarah-darah, ia ikhlas menerima semuanya. Kebesaran hati Kanaya menghangatkan dirinya. Kini, melihat Kanaya hancur seperti ini, penyesalannya tidak terucapkan. Ghifari tau, tidak akan mudah baginya untuk mendapatkan maaf dari Kanaya. Ia sangat mengenal sifat istrinya.

Ia hanya tidak menyangka kalau keisengannya menyambut undangan terang-terangan Dina akan berakibat sefatal ini. Ia laki-laki. Diberi makanan gratis tanpa embel-embel tanggung jawab membuatnya lupa diri. Pikirnya toh Dina memang mandul. Janda lagi. Jadi tidak akan ada drama-drama kehamilan dan minta dinikahi. Hubungan mereka adalah senang sama senang. Ia dan Dina sepakat untuk tidak membawa-bawa masalah hati dalam affairs mereka ini. Hubungan mereka murni soal nafsu birahi. Titik.

Kalau terhadap Kanaya, ia memang cinta. Makanya ia tetap mempertahankan rumah tangganya meskipun kedua orang tuanya menginginkan agar ia bercerai dari dari Kanaya. Mereka menganggap kalau istrinya ini mandul. Namun ia bertekad akan terus mempertahankan Kanaya mau Kanaya itu mandul atau pun tidak. Misalkan Kanaya benar-benar mandul pun, ia tidak akan pernah menceraikannya. Mungkin ia akan menikah lagi untuk memperoleh keturunan. Tapi ia akan tetap mempertahankan Kanaya.

Setelah berulang kali beristighfar, Kanaya berusaha menenangkan dirinya. Cukup sudah ia membuang-buang air mata untuk seseorang yang mulai hari ini bukan lagi siapa-siapanya. Kanaya membuka tas tangan. Mengeluarkan sapu tangan dan membersit hidung. Berusaha menghilangkan sisa-sisa kesedihannya. Kesadaran dirinya telah kembali.

"Masalah itu sudah tidak penting lagi sekarang. Apa yang tadi ingin Naya sampaikan, tidak akan pernah lagi Naya katakan. Naya pulang dulu, Mas. Dan kalau Mas memang punya hati, tolong biarkan Naya sendiri dulu. Nana butuh waktu untuk memikirkan semua ini." Guman Kanaya lirih. Tanpa menunggu jawaban Ghifari, Kanaya menegakkan kepala. Melangkah keluar ruangan dengan anggun. Ia tidak ingin seorang pun tau tentang badai yang memporakporandakan hatinya. Setibanya di parkiran Kanaya menengadahkan kepala. Cuaca di sore hari ini sungguh cerah. Sinar matahari sore terang benderang tanpa tertutup sepotong pun awan. Namun di hatinya, seperti sedang terjadi hujan badai yang meruntuhkan langit dan akan menimpa bumi. Masalahnya, Kanaya merasa hanya kepalanya saja yang tertimpa.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Suzy Wiryanty

Selebihnya
Lelaki Kedua

Lelaki Kedua

Romantis

5.0

Arimbi Maulida merasa dunianya runtuh saat Nina, sepupunya, membawa buku nikahnya dengan Seno Caturrangga, calon suami Arimbi, ke hadapannya seluruh keluarga besar. Nina mengaku telah dinikahi Seno secara hukum dan agama dua hari yang lalu. Dengan kata lain, Seno adalah suaminya sahnya saat ini. Padahal seminggu ke depan, Arimbi dan Seno akan melangsungkan pernikahan, setelah tiga tahun berpacaran. Undangan pun sudah terlanjur disebar. Pihak kedua keluarga geger. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Seno dan Nina menjalin hubungan di belakang Arimbi hingga Nina hamil. Arimbi pada akhirnya mengalah. Ia ikhlas kalau pernikahannya dibatalkan. Namun Handoyo, ayah Arimbi tidak setuju untuk membatalkan pernikahan. Handoyo meminta pertanggungjawaban keluarga Seno yang telah mempermalukan keluarga besar mereka. Keputusan yang dianggap paling tepat pun diambil. Adalah seorang Ganesha Caturrangga, kakak kandung Seno yang belum menikah, diminta untuk menggantikan Seno di pelaminan. Arimbi tentu saja menolak. Selain ia tidak mencintai Ganesha, sejujurnya ia takut pada Ganesha. Ganesha itu sangat dingin dan tidak punya hati. Menurut Menik, sahabatnya, yang dulunya adalah pacar Ganesha, Ganesha itu workoholic. Hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Ganesha tidak pernah mencintai siapapun kecuali pekerjaannya. Namun karena desakan keluarga besarnya yang beralasan malu besar apabila Arimbi tidak jadi menikah, Arimbi terpaksa menerima keputusan keluarga besar mereka. Bagaimana nasib Arimbi setelah menjadi istri Ganesha? Bagaimana pula usaha Seno untuk kembali meraih hati Arimbi setelah Nina ketahuan berbohong soal kehamilannya? "Bagi saya, kamu itu cuma beban tambahan, yang lagi-lagi disampirkan keluarga di pundak saya. -Ganesha Caturrangga- "Saya juga tidak pernah ingin ada di posisi ini. Menjadi istrimu itu sialnya tujuh turunan, delapan tanjakan dan sembilan tikungan tajam. -Arimbi Maulida-

Dignity ( Demi Harga Diri)

Dignity ( Demi Harga Diri)

Modern

5.0

Menjelang delapan tahun usia pernikahannya, Suri Hidayah merasa tidak bisa mempertahankan rumah tangganya lagi. Karena Prasetyo Prasojo, suaminya telah berubah menjadi sosok yang tidak lagi ia kenali. Pras berubah setelah karirnya melesat ke puncak. Dari seorang karyawan biasa, Pras kini menjadi seorang direktur pelaksana yang disegani. Pras lupa diri. Pras yang sekarang telah berdasi, kerap merudung Suri, secara fisik dan psikis. Merendahkan pendidikan Suri yang hanya tamatan SMP, serta mencela penampilan Suri yang menurut Pras norak alias kampungan. Dalam pandangan Pras, perempuan sempurna itu haruslah seperti Murni Eka Cipta. Anggun, cerdas, berpendidikan tinggi juga berharta. Murni adalah lady boss perusahaan tempat Pras bekerja. Suri yang sakit hati, dalam diam terus berusaha memperbaiki diri. Ia mencoba mengubah penampilannya menjadi lebih baik, dan juga belajar mencari penghasilan sendiri. Suri secara otodidak belajar memasarkan hasil rajutannya melalui media sosial. Hanya saja Suri terkendala dengan masalah modal. Ia tidak mempunyai cukup dana untuk membeli benang-benang dalam jumlah besar untuk keperluan merajutnya. Adalah seorang Damar Adhiyatna, mantan suami Murni yang kebetulan bertemu dengan Suri secara tidak sengaja. Damar adalah pemilik PT. Karya Tekstil Adhiyatna. Perusahaan yang bergerak dalam bidang benang jahit. Damar yang mengetahui kesulitan Suri bersedia membantu dengan sistem barter. Damar memasok benang, dan Suri memajang hasil rajutannya di toko kerajinan tangan ibunya. Bagaimana perjuangan jatuh bangunnya Suri dalam mengumpulkan serpihan harga diri? Bagaimana juga akhir kisah cinta segitiga antara Suri, Damar, Pras dan juga Murni? Cerita ini akan menjadi saksi betapa kekuatan cinta akan mengubah segalanya. Cinta sejati itu tidak pernah pudar karena rupa, dan tidak padam dimakan usia.

Hati Seorang Perempuan

Hati Seorang Perempuan

Romantis

4.9

Senjahari Semesta Alam dengan ikhlas merelakan dirinya diceraikan oleh suaminya sendiri demi menikahi Mega Mentari--anak perempuan pemilik perusahaan yang mengaku dihamili oleh suaminya sendiri, Abimanyu Wicaksana. Sementara itu Halilintar Sabda Alam-- kakak sulung Mega Mentari. Pemilik beberapa perusahaan properti raksasa negeri ini, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Senja, yang diperkenalkan oleh mertuanya sebagai adik bungsu Abimanyu. Abimanyu yang merasa dijebak sebagai kambing hitam dalam masalah hamilnya Tari, terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya agar bisa meraih kembali hati Senja. Sementara Sabda yang awalnya jatuh cinta pada Senja, menjadi salah faham saat secara tidak sengaja memergoki Abimanyu memesrai Senja bukan seperti seorang kakak terhadap adiknya, melainkan seperti seorang laki-laki yang tengah mabuk asmara. Sabda yang gelap mata malah akhirnya menjebak Senja dan menanamkan benihnya dirahim Senja. "Saya mohon, jangan memperlakukan Saya seperti ini. Saya punya salah apa pada Bapak? Laki-laki sejati tidak akan menggunakan kekuatannya untuk memaksakan dirinya terhadap seorang perempuan. Saya mohon jangan mengotori saya. Demi Allah saya bersumpah, saya tidak seperti apa yang ada dalam pemikiran, Bapak." (Senjahari Semesta Alam) "Salah kamu adalah, karena kamu telah menjadi duri dalam daging dalam rumah tangga adik saya! Kamu fikir saya tidak tahu akan hubungan terlarang kamu dengan Abimanyu? Kalian berdua itu incest, dan itu amat sangat menjijikkan! Kita lihat saja, setelah ini kamu masih bisa memandang dunia dengan kepala tegak, atau kamu akan melata seperti ular di kaki Saya!" (Halilintar Sabda Alam)

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku