Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dendam Istri yang Diselingkuhi

Dendam Istri yang Diselingkuhi

Shiningheaven_

5.0
Komentar
1
Penayangan
1
Bab

Hidup Utari harus berubah 180° ketika Theo suaminya terciduk selingkuh bersama sekretarisnya sendiri. Hatinya hancur dan rasanya dunianya runtuh apalagi saat Theo mengaku bahwa umur perselingkuhannya sudah mencapai setahun penuh. Sungguh Utari sangat tersakiti hingga ia berpikiran untuk mengakhiri hidupnya saja andai tidak ada seseorang yang memberi saran agar dirinya membalas. "Kamu tidak perlu sehancur ini, Tari. Kamu punya segalanya dan harusnya Theo lah yang menderita. Bangkitlah! Balaskanlah dendammu, Tari. Tunjukan padanya bahwa duniamu bukan hanya tentang dia saja." Dilimpahi dukungan sekuat itu, Utari pun merasa terdorong untuk mulai bangkit sesuai arahan teman terbaiknya. Hidup Theo tidak boleh lurus apalagi bahagia bersama selingkuhannya. Hidup Theo justru harus lebih menderita dari dirinya. Lalu, apakah tekad kuat Utari dalam menuntas dendam akan berhasil? Atau justru ia hanya akan kembali luluh pada pesona Theo yang pernah mengisi hatinya selama 5 tahun lamanya?

Bab 1 Selingkuh

"Sori, Tar. Tapi tadi gue liat Theo lagi jalan sama sekretarisnya. Mana gandengan pula, gue rasa, mereka ada main, deh...."

Dalam sekejap, ponsel yang semula sedang wanita itu pegang meluncur begitu saja terlepas dari genggaman tangannya yang mendadak tak bertenaga. Walau begitu, untungnya ponsel itu terjatuh ke atas kasur karena posisi si wanita sendiri tengah duduk bersila di atas tempat tidur pada hari minggu pagi ini.

Entah kenapa, setelah mendengar informasi yang disampaikan oleh teman dekatnya, rasa sesak langsung menguasai dada wanita ini. Menimbulkan riuh gemuruh yang menguar seiring dengan merebaknya air mata membasahi pipi.

"Halo! Tari, lo masih di sana, kan? Lo dengerin gue gak, sih? Tari, Tari--" Suara itu tak lagi terdengar tatkala si empunya ponsel sudah menendang benda pipih tersebut hingga terlempar jauh membanting lantai.

Ya, suara di ponsel telah lenyap bersamaan dengan terdengarnya suara teriakan yang menggema di seantero kamar bercat putih tulang tersebut.

***

1 minggu sebelumnya,

"Weekend besok kamu beneran gak bisa ikut aku, Mas?"

Menoleh, pria berambut spike yang sedang sibuk memainkan gadgetnya itu pun lantas mengarahkan pandangan sendunya seraya berkata, "Maunya, sih, mau, Sayang. Tapi kamu, kan, tau sendiri kalo aku ada jadwal meeting sama klien dari Jepang. Andai aja ini bukan tentang tender besar, mungkin aku bisa cancel. But, so sorry, hunny ... i can't do this! Kesempatan gak datang dua kali."

Mendengar itu, wanita cantik berambut sebahu itu pun lalu mendesah berat sambil membalas, "I know. Ya udah, kamu fokus aja sama kepentinganmu itu. Biar aku pergi sendiri aja nengokin mami. Anyway, kalo kerjaanmu selesai lebih cepat, kamu mau gak nyusulin aku sekalian jemput? Mami pasti seneng liat anak menantunya selalu harmonis. Ya walaupun mami selalu nagih cucu tiap kali kita jengukin mami ke rumah, tapi ya udah ... kita cuma bisa pasrah sambil terus berusaha."

Kali ini, wanita yang tak lain adalah Utari sudah beringsut mendekati suaminya. Sembari membuka jubah tidurnya dan menyisakan lingerie hitam yang melekat di tubuh, Utari tampak menggoda si pria yang masih terlihat sibuk dengan gadgetnya.

"Aku, sih, gak terlalu terganggu ya sama hal semacam itu. Karena seperti katamu, kita belum dikasih mungkin karena kita belum dipercaya juga sama Tuhan. It mean, aku sih slow aja. Dikasih aku terima, kalo belum pun ya kita bisa apa," tukas pria itu sama pasrahnya. Hanya saja, pasrahnya sang suami justru malah membuat Utari sontak mendecak.

"Gak gitu juga kali, Mas! Ya minimal kita ada usahanya lah. Kamu inget gak terakhir kali kita usaha itu kapan?" Utari mencebik di tengah rasa dongkol yang mendera.

Sementara itu, pria bernama Theo itu malah memberi jawaban melalui gedikan bahunya saja pertanda tak tahu. Menyebabkan Utari mendecak sebal seiring dengan menguapnya hasrat yang bahkan belum sempat ia kobarkan.

***

Utari menangis dalam diam. Di kamar di rumah maminya, Utari mengurung diri pasca menerima kabar perihal sang suami yang terciduk sedang berjalan dengan sekretarisnya sendiri. Terlepas dari benar atau tidaknya info yang ia dapat, tetapi entah kenapa hati Utari malah membenarkan perkataan temannya tadi.

"Pantas saja belakangan ini kamu terlihat beda, Mas. Tiap kali aku memberi sinyal untuk supaya kita bisa memadu kasih, kamu justru malah cuek cuek saja. Aku pikir karena kamu lagi sibuk sama kerjaanmu, tapi ternyata, kamu cuek karena memang sudah ada wanita lain yang menggantikanku di luar sana," desis Utari sesenggukan.

Padahal, Utari kurang apa selama ini. Sebagai seorang istri, Utari merasa tidak pernah melakukan sedikit pun kesalahan terhadap Theo. Ketika di rumah, Utari selalu sigap dalam memenuhi kebutuhan Theo walau ada asisten rumah tangga yang bisa disuruh-suruh. Tetapi khusus melayani suaminya, Utari selalu melakukannya sendiri sebaik mungkin. Bahkan Utari pun rela meninggalkan karirnya yang cemerlang hanya demi agar ia bisa lebih mengabdikan dirinya kepada Theo. Menyerahkan segala sesuatunya kepada Theo serta melimpahkan cinta dan kasihnya kepada Theo sepenuh hati.

Namun, setelah semua hal yang Utari lakukan dengan tulus, dengan cara seperti itukah Theo membalasnya? Berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri dan mengira bahwa Utari tidak akan pernah tahu tentang affair-nya itu?

"Kamu jahat, Mas! Kamu telah merusak kepercayaanku. Kamu sudah menghancurkan segalanya hanya demi egomu semata. Dan sekretarismu itu! Apa dia bahkan rela rela saja dipacari oleh pria yang sudah beristri? Sungguh memalukan. Sungguh menjijikan! Haaaaaa...."

Rupanya, teriakan di akhir kalimat yang Utari layangkan berhasil telak mengundang kemunculan sang mami yang seketika datang mengetuk pintu.

"Tari, kamu kenapa, Nak? Tari, buka pintunya sayang!" Sambil terus menggedor pintu yang memang belum sempat Utari lepas kuncinya, Diana mami Utari pun terus memanggil di tengah kepanikan yang melanda.

Tanpa berminat membuka pintu yang terus diketuk, Utari malah sibuk menangis sambil meringkukkan tubuhnya bak janin yang ada dalam kandungan. Hatinya serasa dicabik-cabik setiap kali ucapan demi ucapan temannya tadi terngiang di telinga. Walau belum tentu apakah Theo dan sekretarisnya sungguhan selingkuh, tetapi rasa sakitnya bahkan sudah lebih dulu menusuk ke lubuk hati Utari yang paling dalam.

Dari balik pintu yang tak kunjung dibuka juga, Diana pun merasa khawatir karena saat ia mencoba menempelkan telinganya ke permukaan pintu, sayup-sayup Diana pun mendengar suara isak tangis dari dalam sana. Menyimpulkan asumsinya dan menduga bahwa pada saat ini kondisi putri sulungnya sedang tidak baik-baik saja.

"Ya Tuhan, ada apa dengan Utari?" Diana bergumam gusar. Disusul dengan ia yang sigap berteriak memanggil anaknya yang lain, "Guntara! Kamu di mana?"

Dalam sekejap, sosok lelaki berkumis tipis yang tak lain adalah adik Utari pun lantas muncul menengadah di bawah sana.

"Ya, Mi! Ada apa?"

"Buruan samperin Bi Diah. Minta kunci cadangan kamarnya mbakmu!"

"Lho, buat apa, Mi? Pintunya macet susah dibuka?"

"Aduh, malah banyak tanya kamu ya. Buruan mintain sekarang, ini darurat!" Raung Diana kesal. Bukannya segera melakukan perintahnya, anak lelakinya itu malah sok banyak bertanya. Sudah tahu situasinya genting, malah sempat-sempatnya Guntara bertanya.

Tanpa banyak bertanya lagi--lebih tepatnya takut kena omel sang mami--Guntara pun lekas berlari ke dapur mencari Bi Diah. Sesuai suruhan maminya, ia meminta kunci cadangan kamarnya Utari dan gegas berlalu menaiki anak tangga dengan lumayan cepat.

Melihat anaknya muncul membawa kunci, Diana pun buru-buru merebutnya dan bergegas membuka pintu kamar Utari menggunakan kunci tersebut. Dan berhasil!

Diana melebarkan pintu dan segera masuk ke dalam guna mengecek keadaan putri sulungnya. Sementara itu, Guntara yang masih belum paham dengan situasi pun tentu hanya bisa mengamati dari ambang pintu sembari berkacak pinggang. Sedangkan Diana, dia kini sudah beringsut menghampiri Utari yang masih menangis sesenggukan. Menunjukkan rasa khawatirnya, seiring dengan Utari yang bangkit dan memeluk maminya seerat mungkin.

"Mas Theo selingkuh, Mi," bisik Utari terisak. Mendengar kalimat sang anak, mata Diana pun melebar spontan di tengah reaksi tubuhnya yang menegang.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Dendam Istri yang Diselingkuhi
1

Bab 1 Selingkuh

31/12/2024