Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bosku Kekasih Masa Laluku

Bosku Kekasih Masa Laluku

Si Cupu

5.0
Komentar
5
Penayangan
1
Bab

Anna, seorang sekretaris cerdas dan disukai di kantornya, dikejutkan oleh kedatangan bos baru yang ternyata adalah Arga, mantan kekasihnya dari masa kuliah. Meski mereka telah lama berpisah dengan luka yang belum sembuh, kini mereka dipaksa bekerja sama dalam proyek besar yang akan menentukan masa depan perusahaan. Ketika perasaan lama mulai muncul kembali di tengah tekanan pekerjaan, Anna dihadapkan pada pilihan sulit, tetap bersikap profesional atau membuka pintu untuk cinta yang pernah ia tinggalkan. Mampukah mereka mengubur masa lalu dan fokus pada tujuan, atau akan terjebak dalam konflik hati yang tak terelakkan?

Bab 1 Perkenalan Anna

Anna memulai harinya seperti biasa, dibangunkan oleh suara alarm yang nyaring. Dengan mata setengah terpejam, ia meraih ponselnya dan mematikan alarm.

Di luar jendela, sinar matahari pagi mulai menembus tirai, menyinari ruang kecil yang sederhana namun nyaman.

Setelah beberapa menit mengumpulkan semangat, ia bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Kegiatan pagi itu adalah momen ritual yang tak pernah terlewatkan. Menyikat gigi, mencuci wajah, dan mempersiapkan diri untuk menjalani hari yang penuh tantangan.

Setelah mengenakan setelan kerja yang rapi, blus putih dengan rok hitam yang anggun.

Anna melihat sekilas bayangannya di cermin. Ia menyisir rambut cokelatnya yang panjang sepunggung dan mengikatnya ke belakang dengan rapi. Dia tidak terlalu memikirkan penampilan, tetapi ia tahu bahwa tampil baik di kantor adalah hal yang penting, terutama sebagai sekretaris eksekutif. Dia ingin menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang profesional dan dapat diandalkan. Dengan satu kali lagi melihat bayangannya, Anna tersenyum kecil dan berjalan keluar dari apartemennya.

Perjalanan menuju kantor tidak pernah terlalu lama. Anna biasanya berjalan kaki, menikmati udara segar dan pemandangan kota yang ramai. Jalanan penuh dengan orang-orang yang bersiap memulai aktivitas harian mereka.

Dalam perjalanan, Anna menyapa beberapa tetangganya dan menyempatkan diri untuk membeli kopi di kedai favoritnya. Aroma kopi yang kuat dan pahit selalu bisa memberinya semangat di pagi hari.

Sesampainya di kantor, ia merasakan aura positif yang selalu menyelimuti tempat kerja itu.

"Selamat pagi, Anna!" sapa Rania, teman dekatnya yang sudah menunggu di lobi. Rania adalah orang yang paling ceria di kantor, selalu memiliki senyuman di wajahnya dan mampu membuat orang lain merasa lebih baik dengan kehadirannya.

"Selamat pagi, Rania! Bagaimana akhir pelan ku kemarin?" tanya Anna sambil tersenyum.

"Oh, sangat menyenangkan! Aku pergi healing ke gunung, pemandangan sunrisenya luar biasa. Kamu harus ikut lain kali!" Rania menjawab dengan semangat, matanya berbinar-binar saat menceritakan pengalamannya.

Anna hanya mengangguk, teringat betapa ia lebih suka menghabiskan waktu di dalam apartemennya dengan buku atau menonton film. Dia memang tidak suka aktivitas fisik yang terlalu ekstrem.

"Kedengarannya seru! Mungkin lain kali," jawab Anna.

Setelah berbincang sebentar, mereka berdua memasuki gedung kantor. Di dalam, suasana terasa sibuk dan penuh energi. Suara ketukan keyboard, percakapan, dan suara telepon yang berdering menyambut mereka.

Anna langsung menuju mejanya, di sebelah kantor manager, yang terletak di sudut ruangan. Meja kerja Anna rapi, dilengkapi dengan komputer, file-file penting, dan foto-foto kecil teman-temannya.

Pekerjaan sehari-hari Anna meliputi menjadwalkan pertemuan, mengelola dokumen, dan mendukung bosnya yang sangat dihormati.

Namun, meski banyak tanggung jawab yang harus diemban, Anna merasa senang dengan pekerjaannya. Ia menyukai tantangan dan percaya bahwa setiap tugas yang diselesaikan dengan baik adalah pencapaian tersendiri.

Sepanjang hari, Anna menjawab telepon, mengatur jadwal pertemuan, dan menyelesaikan berbagai dokumen. Ia menghabiskan waktu di ruang rapat untuk mendukung presentasi dan membantu rekan-rekannya saat diperlukan. Dia tahu kapan harus mendengarkan dan kapan harus memberikan solusi, dan kemampuannya ini membuatnya sangat dihargai oleh semua orang di kantor.

Waktu makan siang tiba, dan Anna serta Rania menuju kafe kecil di dekat kantor. Rania memilih salad segar, sementara Anna memesan sandwich ayam. Mereka duduk di meja di sudut yang biasa mereka pilih dan mulai mengobrol tentang kehidupan mereka.

"Betah amat menjomblo, apakah kamu tidak bisa move on dari mantan mu itu ?" tanya Rania dengan nada usil, menggigit saladnya lalu mengingatnya pelan.

Anna terdiam sejenak. Ia sebenarnya tidak ingin membahas mantannya. Hubungan itu sudah terakhir sejak bertahun-tahun lalu dan mengingatnya hanya membuatnya merasa tidak nyaman.

"Tidak, kabar tentang dia saja aku tidak pernah dengar. Aku sudah move ono kali," jawabnya cepat, berusaha terdengar percaya diri.

"Yakin? Atau mungkin kamu hanya berusaha meyakinkan dirimu sendiri?" Rania menggoda, tetapi nada suaranya lebih pada dukungan. "Kalau kamu benar-benar sudah move on, kenapa selalu nolak cowok yang ingin deketin kamu?"

Anna hanya tersenyum dan mengganti topik pembicaraan. "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan proyek baru yang akan datang? Aku mendengar manajemen sedang mempersiapkan sesuatu yang besar."

Rania mengangguk. "Iya, kabarnya ada direktur baru yang akan memimpin proyek itu. Banyak yang bilang dia sangat kompeten. Aku penasaran siapa dia."

Anna hanya mengangguk. Ia merasa semangat baru menyelimuti kantor saat mendengar kabar tersebut. Proyek baru selalu membawa tantangan dan peluang untuk berkembang.

Namun, dalam hati, ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kedatangan direktur baru itu. Dia berharap bisa bekerja sama dengan baik, seperti yang selalu dia lakukan dengan Arga.

Setelah makan siang, mereka kembali ke kantor. Anna merasakan sedikit ketegangan di udara. Sebuah pengumuman penting akan segera disampaikan oleh manajemen. Semua karyawan berkumpul di ruang rapat untuk mendengarkan berita tersebut.

"Kira-kira siapa Bos baru kita, ganteng nggak ya?" tanya Rania.

Anna mengedikkan kedua bahunya. "Mana aku tahu."

"Baiklah, terima kasih sudah berkumpul," suara Pak Surya, CEO perusahaan, menggema di dalam ruangan. "Kami memiliki kabar penting untuk kalian semua. Kami dengan bangga mengumumkan bahwa kami akan memiliki direktur baru untuk memimpin proyek besar yang akan datang. Mari kita sambut Arga!"

Nama itu membuat jantung Anna berdegup kencang. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Arga, mantan kekasihnya dari masa kuliah, kini menjadi bos barunya. Kenangan-kenangan lama berputar di benaknya, menciptakan campuran antara kecemasan, bos tali dan juga kebencian.

Ketika Arga masuk ke dalam ruang rapat, semua mata tertuju padanya. Ia terlihat percaya diri, mengenakan jas rapi yang membuatnya terlihat semakin karismatik. Meski Anna berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang, hati kecilnya berdesir. Dia tidak ingin bertemu Arga dalam konteks profesional ini, apalagi setelah semua yang telah terjadi di masa lalu.

Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan visi serta misi proyek baru, Arga mengedarkan pandangan matanya di antara para karyawan. Ketika matanya bertemu dengan Anna, ia terkejut. Tatapan mata itu mengingatkannya pada masa-masa indah yang pernah mereka lalui bersama. Namun, di sisi lain, Anna merasa terjebak dalam memori yang menyakitkan.

Setelah rapat selesai, Anna merasakan semangat di sekelilingnya. Namun, ia merasa terasing, seolah ada dinding tak terlihat antara dirinya dan rekan-rekannya. Rina menyadari ketegangan itu dan berusaha mengalihkan perhatian Anna.

"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja!" Rania menepuk bahu Anna pelan.

"Semoga saja, Rania," jawab Anna dengan pelan, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Anna harus beradaptasi dengan dinamika baru, meskipun ketegangan masih terasa. Anna berusaha sekuat tenaga untuk menjaga profesionalisme dan tidak membiarkan masa lalu mengganggu kinerjanya. Tapi, saat mereka bertemu nanti, apakah perasaan lama itu selalu muncul, membawa angin segar sekaligus mengganggu.

Anna kini duduk di meja kerjanya, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

"Arga?" ucapnya bicara sendiri. "Arga sekarang ada di kantor ini?" Anna masih tidak percaya.

"OMG, tidak. Ini pasti mimpi." lanjutnya.

Anna mencubit tangannya sendiri, "Auh, sakit. Ini, ini bukan mimpi."

Anna kini merenung. Dia berpikir tentang apa yang akan terjadi jika dia dan Arga tidak bisa melupakan masa lalu dan memulai lagi. Tapi saat pikiran itu muncul, ia selalu merasa ragu. Apakah mungkin untuk mengubah sejarah? Apakah mereka benar-benar bisa memiliki hubungan yang lebih baik, atau akankah luka lama kembali menghantui mereka?

Hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Dengan semangat dan keteguhan hati, Anna bersiap menghadapi hari-hari berikutnya, berharap bisa menghadapi tantangan baru yang akan datang sambil tetap menjaga harapan untuk masa depan yang lebih cerah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Si Cupu

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Bosku Kekasih Masa Laluku
1

Bab 1 Perkenalan Anna

10/12/2024