Kisah Remaja yang beranjak dewasa, di tinggal sejak kecil, berasal dari keluarga konglomerat, memiliki asisten rumah tangga yang menyayanginya seperti anak sendiri, karena merawat sejak bayi, ayahnya seorang yang sangat baik, tetapi kesibukan luar biasa membuat jarang memiliki waktu untuk Naldo. Tuan Anggoro nama ayah Naldo, tidak ingin menikah lagi, tetapi Naldo ingin Ibu, oleh karenanya tuan Anggoro meminta Naldo memilih ibu untuknya. Naldo menyukai wanita dalam mimpinya, berkali-kali dia memimpikan wanita itu, suatu saat dia menemukan wanita dalam mimpinya, walaupun berbeda usia Naldo mengejarnya dan mengatakan cinta pada wanita dalam mimpinya itu.
Rumah mewah, halaman sangat luas, terdapat taman bunga yang indah, bisa terlihat setelah melewati pagar dan masuk ke rumah keluarga Anggoro, Satpam yang selalu siaga menjaga pagar di depan rumah kediaman tuan Anggoro.
Anggoro Saputra, memiliki banyak usaha, dari property, pabrik tekstil dan tambang di beberapa daerah, hampir jarang di rumah, karena banyaknya pekerjaan yang harus di urusnya.
Hari itu, Tuan Anggoro hendak berangkat selama dua bulan, dan terpaksa Naldo harus ditinggal, Bi' Onah dan dua pembantu yang selalu cekatan dalam mengurus, menjaga dan memberikan perhatian penuh kepada Naldo saat tuan Anggoro tak dirumah maupun sedang dirumah.
Besar tanpa kasih sayang seorang Ibu, membuat Naldo sedikit bandel, sedikit keras kepala, tetapi anak itu dasarnya baik dan cerdas, hanya butuh perhatian saja.
"Naldo, Papi berangkat ya, baik-baik dirumah ya sayang, kalau ada perlu bisa telpon Papi langsung" Anggoro berpamitan dengan Naldo putra satu-satunya.
"Iya Pi, hati-hati, cepat pulang ya" ucap Naldo, yang sudah biasa ditinggalkan di rumah saat Papinya sibuk bekerja.
Anggoro berjalan menuju mobil, yang sudah siap mengantarnya, Naldo pun masuk kedalam, melanjutkan main game kesukaannya.
Kamar Naldo diatas, bisa melihat kehalaman belakang, yang juga tak kalah luasnya dengan halaman depan.
Setelah selesai dengan Gamenya Naldo duduk di kursi santainya dekat jendela, terlihat mbak Yani, sedang menyiram taman bunga dihalaman belakang rumah, dengan baju yang terlihat belahan dadanya. Naldo memperhatikan dari atas di jendela kamarnya.
tok..tok..tok, suara ketukan pintu terdengar. "Mas Naldo, Bi' Onah boleh masuk?" terdengar suara Bi' onah yang meminta ijin masuk ke kamar tuan mudanya.
"Masuk aja Bi'" sahut Naldo dari dalam.
Bi' Onah masuk, membawa makanan ringan dan beberapa buah-buahan buat Naldo yang jarang turun dari kamarnya.
"Kalau kepengen apa bilang ya Mas, Bi' Onah turun dulu" ucap wanita yang sudah lama menjaga Naldo, bahkan dari Naldo baru lahir, Bi' Onah sudah bekerja dengan keluarga Anggoro.
Naldo hanya mengangguk dan kembali melihat keluar jendela, anak pengusaha yang baru mau beranjak remaja itu sudah mulai tertarik dengan wanita.
Menghidupkan PC dikamarnya, searching gambar-gambar wanita seksi, dan tontonan yang membuatnya cepat dewasa sebelum usianya, di usianya yang ke 14 tahun ini, Naldo semakin terobsesi melihat payudara hanya sebatas itu saja, membuat hasratnya ingin terus dan terus menyaksikan gambar-gambar yang tampil di layar monitor PCnya.
'Bosan gak asli' ucapnya lalu mematikan PC, lanjut ke jendela kamar, mbak Yani atau Mbak Ana gak terlihat.
Naldo mengambil ponselnya, dan menelpon seseorang yang dia kenal "Erju, kamu lagi dimana?"
"Dirumah, kamu lagi apa, kesini aja" Erju mengundang Naldo kerumahnya.
"Oke, aku kesana" Naldo mengakhiri panggilan telpon, bersiap dan meluncur ke rumah Erju menggunakan sepedanya.
Sebelum keluar rumah, Mbak Ana bertanya, "Mau kemana Mas?, di antarin Pak kusno aja ya," ucap Mbak Ana yang selalu meng khawatirkan tuan mudanya itu.
"Gak usah, dekat kok, mau main kerumah Erju" jawab Naldo yang segera berlalu.
Mengeluarkan Sepedanya dan mulai mengoes, Satpam yang menjaga pagar telah siaga membukakan pagar untuknya.
Rumah Erju tak Jauh, satu kawasan, tetapi semua dikawasan itu rumah-rumah yang sangat besar dan megah.
Sesampai di Rumah Erju, satpamnya pun sudah membuka, karena mengenal Naldo yang sering main kesitu.
"Eh ada Naldo, naik aja, Erju diatas" ucap Mami tiri Erju yang sangat seksi itu.
"Iya Tante, makasih" Naldo langsung naik ke tangga menuju kamar Erju.
Naldo mengetuk kamar Erju dan terdengar suara dari dalam, "masuk aja"
"Ju, Mami tirimu seksi banget ya" ucap Naldo mengooda temannya.
"Dasar!!!" Erju melempar bantal ke sahabat kecilnya itu.
"Sini Do ikut, aku lihatin yang seru" ajak Erju ke lokasi rahasia nya, dua bocah baru puber ini naik ke satu tangga lagi menuju atap rumah Erju.
Diatas ada ruangan bersih, dengan Ac, dan ada teropong bintang, tapi digunakan oleh dua bocah puber yang pastinya, tidak digunakan untuk melihat bintang.
teropong itu bisa menjangkau banyak tempat, "Ini Do, kalau beruntung, bisa lihat Tante Miya sedang santai di samping kolam renangnya,"
"Coba" Aldo mencoba teropong itu dan memantau sekitar, dan tak terlihat apa-apa.
"Sini, Kalau sudah dapat objek bagus aku lihatin" Erju mengeser Naldo yang belum tahu lokasi mana yang di katakan temannya tadi.
"Nah, nasib baik Do" Erju meminta Naldo melihat dari teropong, sesuai kordinat yang sudah diarahkan oleh Erju.
Nalldo melihat dan menggeser perlahan-lahan, "Yak ketemu, 'Bisa di perbesar gak Ju?"
"Bisa, itu ada disamping, putar ke kanan memperbesar"
"Wow, Gede ya" Naldo melihat dan memperhatikan dengan seksama.
"Gantian Do" Erju juga gak sabar melihat tante Miya sedang setengah berbaring menyandar di kursi, persis di samping kolam renang miliknya.
kurang lebih 45 menit mereka mengintip tante Miya, dan baru selesai setelah tante Miya bergerak dari tempat itu.
Mereka berdua tertawa, sembari turun ke kamar Erju kembali, pertemanan mereka terjalin semenjak SD, terlahir dari keluarga kaya, membuat mereka tak sebebas dan sepuas, teman-teman lainnya yang tinggal di perumahan biasa atau di perkampungan yang memiliki pengalaman lebih hebat dan bermain dengan bebas.
Mereka tidak bisa sesering itu, Erju dan Naldo hoby melihat wanita seksi, hobi dan kebiasaan yang sama membuat mereka berdua semakin dekat.
"Ju, Mami tirimu itu seksi bener pakaiannya setiap aku kesini, emang selalu begitu ya?" tanya Naldo penasaran
"Iya begitu deh, mungkin karena cantik dan seksi papi terpikat olehnya."
"Terus, kamu senang lihatin Mami tirimu itu?"
"Jangan bahas Mami tiriku, aku kurang suka ngeliatnya"
"Oke, Maaf ya Ju"
"Gak apa-apa Do, kita Mabar ML aja yuk"
Mereka melupakan sejenak pembahasan tentang keseksian wanita dewasa, tidak ada bahasan tentang teman kelasnya yang cantik atau kakak kelas, bahasannya selalu wanita yang dewasa.
"Erju, Mami bawain makanan, buat kamu sama Naldo" panggil Maminya di depan pintu kamar.
"Masuk aja Mi" sahut Erju.
Mami Erju masuk, dengan baju putih tanpa lengan sebatas paha, dan tak terlihat memakai dalaman atau tidak, tetapi paha mulusnya terlihat oleh Naldo, kosentrasinya Mabar ML terpecahkan.
"Dimakan ya sayang, Naldo tante taruh disini ya" ucap Maminya dengan suara lembut, yang membuat Naldo tersipu malu.
"Makasih Tante" jawab Naldo dengan senyumannya.
Mami Naldo mungkin berusia 27 tahunan, menikahi Papi Naldo karena Mama Naldo berpisah dan memilih ke luar negeri, dengan mantan pacarnya yang juga kaya raya tetapi bajungan, menurut Erju begitu.
"Ju, sumpah deh, Mami tirimu membuat otakku susah berjalan normal" ucap Naldo.
"Bantu Do, Aku di incer Aldous, lindungi aku" teriak Erju yang asik dengan game MLnya.
"Yah matikan, kamu gak konsentrasi, malah liatin Mami aku, Tanknya gak benar nih"
"Oke maaf, sekali lagi aku tarik pas Aldous datang, tadi ada gangguan perasaan datang ke kamar soalnya" jawab Naldo yang masih Bahas Mami tirinya Erju.
"Serius dodol"
"Oke siap"
Mereka asik bermain dan kembali larut dengan game sampai waktunya Naldo pulang.
Hari sudah semakin sore, Naldo ingin segera pulang, setelah hampir setengah seharian bermain dirumah Erju, "Aku balik dulu ya Ju"
"Oke, besok main kesini lagi aja Do, mumpung masih suasana liburan sekolah"
"Lihat besok deh, aku balik ya" Naldo berpamitan dan turun kelantai bawah.
Terlihat Mami tiri Erju sedang santai di ruang tengah, karena tidak ada orang dibawah, duduk santai sambil melihat ponselnya, kaki kanan di angkat melipat ke kaki kirinya, terlihat jelas paha mulusnya, anak yang baru saja puber, melihat paha mulus sangat bahagia, "Mami, Naldo pamit pulang" ucap Erju, seketika Mami tiri Erju berdiri, "Iya, hati-hati ya Naldo, besok main kesini lagi ya" ucap Mami seksinya Erju.
"Iya tan, pulang dulu ya" Lalu Naldo bergegas mengayuh sepedanya, meninggalkan rumah Erju menuju Rumahnya yang tidak terlalu jauh.
Sesampai di depan pagar rumahnya, Pak satpam sudah membukakan pagar, dan menyapa "Sudah pulang Mas Naldo" terlihat senyuman di wajah pak satpam,
"Iya Pak" jawab Naldo sambil mengoes sepedanya menuju ke parkiran sepeda.
Di depan pintu Bi' Onah sudah menunggu tuan muda yang di sayanginya itu pulang.
"Mas Naldo sudah makan belum, makan dulu ya sebelum mandi"
"Iya Bi'." jawab tuan muda singkat, dan segera menuju meja makan,
Mbak Yani sudah mengambilkan nasi, dan membuatkan Es jeruk buat Naldo, senyuman selalu manis melayani Naldo makan, Bi' Onah, mengambilkan lauk dan sayur untuk Naldo, enaknya jadi tuan Muda, mau makan dilayani dua asisten rumah tangganya.
Usai makan, Naldo naik ke kamarnya, dan segera mandi, memutar keran dan air turun dari shower, sejuk terasa saat mandi, dan seketika wajah Mami Erju terlintas di kepalanya, shampoo yang di gosokkan ke rambut kepala turun ke bawah, bulu belum terlalu lebat diusianya yang masih 14 tahun, senjatanya berdiri, tangannya terus bergoyang, teringat Mami Erju yang luar biasa, dengan dada yang besar dan bodi yang aduhai, teringat paha mulusnya, Naldo pun membayangkan pakaiannya terangkat hingga terlihat semua bagian dalamnya, tangannya semakin cepat dan semakin cepat, badan nya menegang dan akhirnya selesai misi nya dikamar mandi.
Air masih menyala, Naldo masih dibawah shower membasahi dirinya, yang baru saja melakukan kegiatan tangan dan pikiran, yang harus saling menyatu, agar bisa merasakan fantasi liar saat mandi.
Saat itu Naldo baru bisa membayangkan Mami Erju saja, karena dia hanya terbayang, bohay tubuh sang Mami tiri Erju.
Usai mandi, Naldo bersantai di kamar, melanjutkan hobinya ngegame, Mbak Ana menuju kamar Naldo membawa pakaian yang sudah di setrika untuk ditaruh di lemari.
Tok..tok...tok.
"Masuk aja" Naldo bersuara masih sambil asik bermain Game onlinenya.
"Maaf ya Mas, Mba Ana mau nyusun baju di lemari"
"Iya.." jawab Naldo singkat.
Mbal Ana yang membawa beberapa baju Naldo memakai keranjang baju, menyusun dengan rapi pakaian tuan muda.
dengan dasternya yang tanpa lengan terlihat payudara dari samping, mengenakan Bra berwarna putih.
Naldo yang dalam masa puber sangat tertarik dengan pemandangan yang begitu, memperhatikan Mbak Ana yang sedang menyusun baju.
Mbak Ana tak berpikiran apapun, dan tidak merasakan sang tuan muda ingin melihat bentuk dada langsung di depan matanya, ingin rasanya menyuruhnya membuka, tetapi Naldo pasti malu, apalagi jika Mbak Ana menolak dan mengadu ke sang Ayah.
Naldo berpikir bagaimana cara biar bisa ditemanin Mbak Ana atau Mbak yani saat tidur, oh mungkin dengan berpura-pura demam. pikir bocah yang sedikit mesum itu, kebanyakan melihat gambar gadis-gadis seksi di medsos dan media lainnya.
Malam sekitar pukul 08.00 Naldo turun dan duduk disamping kolam renang dihalaman belakang rumahnya, yang atapnya tertutup, meminta Mbak Yani membuat kan Es jeruk untuknya.
"Mbak, bisa berenang gak?" tanya Tuan muda Naldo ke Mba Yani.
"Bisa atuh mas, kalau cuma berenang" jawab Mba Yani yang sok bisa padahal gak bisa.
"Bohong ah, lihat Mbak Yani nyemplung ke kolam aja gak pernah"
"Ini kan kolam pribadi Mas Naldo sama Papi, nanti kalau saya berenang disini di anggap gak sopan" jawab Mbak Yani yang masih sok bisa berenang.
"Boleh, coba sekarang berenang, saya mau lihat"
Mbak Ana pun datang mendekati mereka, dan menemani Tuan muda ngobrol di tepian kolam.
"Mbak Ana bisa berenang?, Mba Yani bilang bisa, disuruh nyoba, gak berani, bohong aja ya?" ucap Naldo yang sebenarnya ingin melihat mereka basah didepannya.
Walaupun Mbak Ana dan Mbak Yani bekerja sebagai asisten rumah tangga, kulit mereka puti dan bersih, cantik dan sedikit menonjol dada mereka berdua.
"Saya Gak Bisa Mas, tapi kalu Yani, saya gak tahu" jawabnya
sambil mengemil makanan yang dibawa Mbak Ana, mereka bertiga terlihat ngobrol.
"Mas Naldo kenapa gak milih jalan-jalan liburan ini?" tanya Mbak Yani.
"Gak ada yang nemenin Mbak, Papi kan sibuk terus, mau liburan sama siapa?" ucapnya dengan nada sedikit sedih, mereka berdua tahu, Naldo sering sendiri, tanpa Ibu dan Papinya yang super sibuk.
Jika masalah kebutuhannya, apa saja selalu terpenuhi, hanya kasih sayangorang tua yang Naldo kurang rasakan, dalam bentuk belaian, hanya perhatian dari ketiga asisten rumah tangganya saja, hanya itu yang Naldo rasakan.
Mbak Yani sedih melihat tuan Mudanya, iya punya kasih sayang, tapi dia hanya sebatas pembantu saja dirumah itu, tak berani membelainya, memeluknya memberikan kasih sayang sebagai ibu.
Suasana Hening sesaat, "Coba Mbak Yani berenang, tadi katanya bisa, gak boleh bohong, ayo sekarang" ucap tuan mudanya sedikit memaksa.
"Ayo Yan, katanya bisa, biar Mas Naldo senang lihatnya" pinta Ana yang ingin tahu apa benar Yani bisa berenang.
Dan Akhirnya cebur, Di kira Yani gak dalam, sebenarnya emang gak dalam, karena panik, Yani seketika kelelep, berdiri aja bisa, paling sebatas mulut.
Bi' onah sudah tidur pulas, karena dia sebelum subuh sudah start duluan, dan sampai Naldo tidur, itu tugas dua Asistennya ini.
bluuup...aaa bllupp
Melihat Mbak Yani yang gak bisa berenang, Naldo lompat ke air membawanya ke tepian, tersentuhlah dadanya yang masih kenyal, pertama kali Naldo memegang dada wanita dewasa.
wajah Mbak Ana pun ikut panik, melihat Yani, untung Naldo segera membawanya kepinggir.
Terasa hidungnya banyak kemasukan air, Yani akhirnya tenang, "Kirain Gak begitu dalam, ternyata dalam" ucapnya masih dalam kondisi basah.
Naldo hanya tertawa, terlihat bentuk dada yang bulat karena dasternya yang menempel di tubuh.
"Sudah Yan, ganti pakaian, nanti masuk angin" ucap Mbak Ana yang membawa kan handuk untuk Naldo.
Mas Naldo, ayo ganti pakaian biar gak masuk angin.
Naldo terbersit, nah kesempatan, biar ditemani Mbak Ana dikamar.
Naldo mengenakan Handuk dan membuka pakaian basahnya, dan berjalan kekamar hanya dengan handuknya saja.
Mbak Ana membawa pakaian basah Naldo untuk segera dimasukan ke mesin cuci.
"Haciiim" terdengar Naldo bersin, yang emang ada air yang nyangkut dan sengaja dibesarin.
Mbak Ana yang mendengar itu, segera membuat kan jahe hangat untuk tuan mudanya.
Didalam kamarnya Naldo mandi, dan segera memakain pakaian tidur nya.
"Mas"
"Masuk aja Mbak" sahut Naldo
"Ini diminum biar gak masuk angin"
"Makasih Mbak, disini aja dulu Mbak temani ngobrol, saya belum bisa tidur"
dirumah Naldo, kamar asisten rumah tangganya satu-satu, karena rumah yang luas, jadi kamar dibawah ada 5, satu lagi untuk kamar tamu.
"Mas Naldo sering kesepian ya?" tanya Mbak Ana, yang berusia 36 tahun, menganggap Naldo anaknya.
"Iya, coba lihat sendiri, Papi jarang dirumah, Mami sudah dari kecil pergi, kadang Naldo butuh belaian kasih sayang Mbak"
Ana juga merasakan kasihan, walaupun kaya raya, gak punya siapa-siapa untuk membelainya.
"Naldo kepengen apa?, kalau bisa saya bantu, saya lakukan"
"Pengen dibelai kepalanya seperti orang-orang, saat anaknya mau tidur samapai terlelap" ucap Naldo yang sebeanrnya butuh itu sewaktu kecil, tetapi kini dia sudah beranjak remaja, membelainya berbahaya.
Ana berpikir, Naldo masih kecil, dan dia mungkin butuh itu, dan lagi pula umurnya sebaya dengan umur anakku.
"Sebentar ya Mas Naldo, nanti saya Naik lagi." ucap Mbak Ana yang melihat kondisi Yani dan menutup semua pintu rumah.
Yani sudah tertidur dan Ana pun naik lagi, menutup kamar Naldo dan baring di sampingnya.
Naldo pun rebah disamping Mbak Ana yang mulai membelai kepalanya sambil bercerita, "tidurlah Mas, kalau sudah tidur Mbak Ana ke bawah ya"
Jantung Naldo berdetak, dia ingin menyentuh payudara Mbak Ana, tetapi dia takut, dia ingin Mbak Ana menawarkannya.
Naldo terpejam dan tangannya memegang pinggang Mba Ana, Mbak Anapun masih merasakan dia seoarang anak, apalagi tuan muda emang kesepian jarang belaian kasih sayang.
Reflek Mbak Ana memajukan badannya, dan membelai Naldo persis di depan dadanya.
Naldo memajukan kepalanya, "Gini ya orang kalau punya ibu, nyaman dan hangat ya Mbak" ucap Naldo, mendengar itu Mbak Ana langsung memeluknya dan memebelainya
Naldo menggoyangkan kepalanya, Mbak Ana semakin terasa enak, tapi dia menahan, dia mengira tuan muda hanya rindu seorang ibu.
Makin lama, Naldo mulai menggerakan lagi, Jantung Ana berdesir, ingin melepas Ana takut, membiarkan Ana bisa sangat terangsang, karena sudah lama sekali menjanda, belum dibelai-belai.
Naldo Mulai mencium-cium dada Ana, dan Ana mulai tersengat, "Mas, Naldo suka ya ditempelin ke dada Mbak Ana?" tanyanya dengan suara yang sedikit berat.
"Iya Mbak, Naldo lupa rasanya, sedari kecil ingin dipeluk dan dibelai seperti ini."
Ana membiarkannya terus, dan Naldo terus meremas dengan wajahnya, tak teras "Aah" terdengar suara Ana sedikit merasa sudah bergelora.
Tangan Naldo memegangnya, dan meremasnya, "Kenyal Banget ya Mbak, lembut banget"
Ana, hanya menjawab, "he-eh" Ana sudah terangsang oleh sentuhan bocah kecil yang ingin dibelai ini.
Dan Naldo memundurkan wajahnya, karena Pedngnya sudah mengeras, Ana yang sudah bersemangat, malah memajukan badan mendekati, dan membuka kancingnya, "Mas Naldo boleh sambil menyusu, tapi bobo ya" ucap Ana yang sudah sedikit basah.
dan Naldo membuka kancingnya dan menurun kan Branya, mulai menyusu dengan Mulutnya, dan semakin lama, Ana sering bersuara, dan Naldo memajukan badanya maju mundur.
Ana merasakan pedang kecil Naldo di bagian depannya, terus Naldo menekan, walaupun masih menggunakan celana, dan tiba-tiba Naldo mundur, karena sudah basah.
Ana mengetahui, dan membelai sedikit, lalu berjalan menuju kamarnya, batinnya gak menentu, ada rasa aneh dan takut, bagaimana jika Papinya Naldo tahu, Bi' onah dan Yani juga tahu akan hal ini.
Ana Gelisah sudah membuat anak majikannya menghisap putingnya. rasa itu berkecamuk di hatinya.
Naldo bahagia, bisa memeras dada dan menghisapnya, dia ingin merasakan milik Mami tirinya Erju.
Bab 1 Awal Mula kenakalan Naldo
16/02/2024
Bab 2 Ana Pulang Kampung
16/02/2024
Bab 3 Kehujanan
16/02/2024
Bab 4 Yani Akhirnya Basah
16/02/2024
Bab 5 Widuri Gagal Total
16/02/2024
Bab 6 Masuk Sekolah Lagi
16/02/2024
Bab 7 Anggoro menemui Sarah
16/02/2024
Bab 8 Bertemu Wanita Dalam Mimpi
16/02/2024
Bab 9 Pertemuan Langsung Dengan Salma
16/02/2024
Bab 10 Naldo Datang Ke Apartemen Salma
16/02/2024
Bab 11 Makan Malam Pertama
16/02/2024
Bab 12 Makan Malam Pertama Naldo dan Salma
18/02/2024
Bab 13 Angela Bisa Menebak Dengan Benar Sikap Tante Salma Terhadap Naldo
27/02/2024
Bab 14 Naldo Mengutarakan Isi Hatinya
28/02/2024
Bab 15 Curahan Hati atau Logika
29/02/2024
Bab 16 Naldo di Tolak Salma
05/03/2024
Bab 17 Mulai Di Awal SMA
16/03/2024
Bab 18 Makin Dekat Dengan Freeya
16/03/2024
Bab 19 Bermain Bersama Di Kamar Apartemen
16/03/2024
Bab 20 Pikiran Nakal Terlintas
16/03/2024
Bab 21 Akal Naldo dan Keinginan
16/03/2024
Bab 22 Lidya Lebih Cantik
18/03/2024
Bab 23 Bersama Dua Gadis Cantik
18/03/2024
Bab 24 Dada Siapa Yang Lebih Besar
20/03/2024
Bab 25 Ya Sudah, Pegang Saja
20/03/2024
Bab 26 Lembut dan Indah
20/03/2024
Bab 27 Bonus Buat Naldo
20/03/2024
Bab 28 Sedikit Lagi
20/03/2024
Bab 29 Belah Duren
21/03/2024
Bab 30 Belah Duren Part 2
22/03/2024
Bab 31 Belah Duren Part 3 dengan Lidya
22/03/2024
Bab 32 Bermain dan Menginap di Hotel Bertiga
23/03/2024
Bab 33 Menikmati Hari Bersama Dua Gadis Cantik
23/03/2024
Bab 34 Naldo Mengetahui Masa Lalu Freeya
23/03/2024
Bab 35 End
23/03/2024
Bab 36 Sampingan Sebelum Freeya Datang
26/03/2024
Buku lain oleh Aufarey
Selebihnya