Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
87
Penayangan
7
Bab

Andini adalah seorang perempuan yang hidup dalam bayang-bayang keluarganya sendiri. Dibesarkan oleh ibu tiri yang licik dan kakak tiri yang egois, kehidupannya penuh dengan rasa tidak adil dan penderitaan. Hingga suatu hari, skenario yang dirancang oleh ibu dan kakak tirinya memaksa Andini menikahi Wisnu, pria yang sangat dicintai oleh Siska, kakak tirinya. Pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk Wisnu dan Siska, berubah menjadi mimpi buruk bagi Andini. Wisnu, pria yang hancur hatinya karena kehilangan Siska, terpaksa menjalani pernikahan dengan Andini. Kebenciannya pada situasi tersebut membuat Wisnu sama sekali tidak mempedulikan Andini, meskipun Andini berusaha keras menjadi istri yang baik dan berbakti. Setiap hari yang dijalani Andini bersama Wisnu adalah neraka. Ia harus menahan rasa sakit dan pengabaian, sementara Siska, kakak tirinya, terus berada di tengah-tengah kehidupan pernikahan mereka, menambah beban di hati Andini. Namun, Andini bukanlah sosok yang mudah menyerah. Meskipun perlakuan Wisnu dan kehadiran Siska membuat hatinya hancur berkeping-keping, Andini tetap berusaha mempertahankan pernikahannya. Ia yakin bahwa di balik semua kebencian Wisnu, masih ada harapan untuk menemukan kebahagiaan. Tetapi, ketika semua usahanya tampak sia-sia dan perlakuan Wisnu semakin tak tertahankan, Andini akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Wisnu. Ia memilih untuk melindungi sisa-sisa harga dirinya yang masih ada dan mencari kehidupan yang lebih baik. Keputusan Andini untuk pergi mengguncang Wisnu. Ketika Andini pergi, Wisnu baru menyadari betapa dalam perasaannya terhadap Andini. Di saat itulah, semua kebohongan dan niat busuk Siska terbongkar. Wisnu menyadari bahwa Andini adalah korban dari permainan kotor yang dilakukan oleh ibu dan kakak tirinya. Kesadaran itu membuat Wisnu bertekad untuk memenangkan kembali hati Andini dan memperbaiki semua kesalahannya. Novel ini akan membawa Anda melalui perjalanan emosional Andini, dari kegelapan menuju cahaya. Anda akan merasakan penderitaan yang ia alami, ketakutan yang ia hadapi, dan keberanian yang ia tunjukkan dalam setiap langkahnya. Di sisi lain, Anda juga akan melihat transformasi Wisnu, dari seorang pria yang hancur dan penuh kebencian, menjadi seseorang yang berusaha menebus dosa-dosanya dan meraih cinta sejati. Dalam setiap halaman, Anda akan menemukan ketegangan, air mata, dan momen-momen penuh haru. Anda akan diajak untuk memahami bahwa cinta sejati tidak selalu datang dengan mudah, dan terkadang, kita harus melalui jalan yang penuh dengan rintangan dan penderitaan untuk menemukannya. Kisah Andini dan Wisnu adalah refleksi dari perjuangan hidup yang penuh liku, di mana ketulusan hati dan kejujuran adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan sejati. melalui novel ini, Anda dapat merasakan setiap emosi yang dialami oleh Andini dan Wisnu. Semoga cerita ini dapat memberikan inspirasi bagi Anda untuk tidak pernah menyerah, meskipun hidup sering kali terasa tidak adil. Karena pada akhirnya, cinta sejati akan menemukan jalannya sendiri, meskipun melalui jalan yang penuh dengan duri. Selamat membaca, dan semoga Anda menikmati setiap detik perjalanan emosional ini.

Bab 1 Jebakan Lestari

Andini terbangun

dengan tubuh gemetar mendengar teriakan ibunya yang menggema di

seluruh rumah. Tubuhnya yang masih terasa lemah belum sepenuhnya

sadar dari tidur lelapnya. Perlahan, tangannya meraba ke samping dan

menyentuh sesuatu yang asing. Seketika, kesadaran penuh kembali

padanya saat matanya menangkap sosok Wisnu yang berbaring di

sampingnya, tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.

"Andini! Apa

yang sudah kau lakukan bersama calon kakak iparmu?" Lastri, ibu

tirinya, berteriak dengan kemarahan yang meledak-ledak dari pintu

kamar. Andini segera menutup tubuhnya dengan selimut, hatinya terasa

sesak dan air mata mengalir deras dari kedua matanya.

Wisnu yang mendengar

teriakan itu segera tersentak bangun. Dia memandang sekeliling dengan

kebingungan, dan matanya membesar saat melihat Andini yang sedang

menangis di sampingnya, hanya tertutup selimut menutup tubuhnya

Wajahnya berubah pucat seiring kesadarannya yang kembali secara

perlahan.

"Mas Wisnu,

kenapa kamu bisa ada di kamarku?" suara Andini terdengar parau

di antara isak tangisnya.

Wisnu berusaha

mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya. Pandangannya mencari

petunjuk di kamar, namun hanya kekacauan yang ada di sekitarnya.

"Aku... aku tidak tahu, Andini. Aku tidak ingat apa-apa."

Wisnu bangkit dengan panic setelah dia ingat bahwa sedang tidak

mengunakan apapun, matanya mencari pakaian yang berserakan di lantai.

"Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Ini semua

kesalahpahaman," ujarnya putus asa, berusaha menenangkan Andini

yang semakin keras tangisannya.

Andini menggelengkan

kepalanya, berusaha menghapus rasa kebingungan yang melingkupi

pikirannya. "Ibu, aku juga tidak tahu apa yang terjadi," katanya

sambil menatap Lastri dengan mata yang basah oleh air mata. "Yang

kuingat terakhir, aku sedang duduk menemani Mas Wisnu di ruang

tamu,untuk menunggu Kak Siska yang sedang keluar,sambil minum teh

yang kubuat sendiri."

Lastri menatap

Andini dengan tatapan penuh kecurigaan. "Hanya itu? Bagaimana

kalian bisa berakhir di sini, di kamar ini?" suaranya semakin keras

dan menggema di ruangan.

Wisnu berusaha

mengingat kembali kejadian semalam. "Aku ingat sedang duduk di

sofa, kemudian tiba tiba semua menjadi gelap. Apa mungkin ada sesuatu

di dalam the itu ?," katanya dengan suara yang masih terdengar

kebingungan.

Tiba-tiba, pintu

kamar terbuka dengan keras. Siska, kakak tiri Andini, masuk bersama

ayah mereka, Sulastro. Siska langsung melihat Wisnu berada di tempat

tidur yang sama dengan Andini, dan wajahnya memerah karena marah.

"Apa yang sudah kalian lakukan? Jelaskan sekarang padaku!"

teriak Siska, suaranya penuh kemarahan dan kebingungan.

Wisnu berdiri dengan

cepat, merasa bersalah. "Aku tidak tahu pasti, Siska. Yang

kuingat hanya setelah minum teh yang diberikan Andini, semuanya

menjadi gelap. Aku terbangun di sini, di tempat tidur ini,"

jawabnya dengan suara gemetar.

Siska, yang sudah

tak bisa menahan amarahnya, melangkah cepat ke arah Andini dan

menampar pipinya. "Aku tahu kamu iri padaku Andini,tapi tidak

begini juga caranya.Kamu sengaja menaruh obat tidur di teh itu, ya?

Kamu ingin menjebak Mas Wisnu dan merebutnya dariku!" tuduhnya

dengan tatapan tajam.

Andini memegang

pipinya yang terasa panas, air mata kembali mengalir. "Tidak,

Siska! Aku tidak menaruh apa-apa di teh itu. Aku tidak akan pernah

melakukan hal sekeji itu," jawabnya sambil menangis, mencoba

meyakinkan semua orang di ruangan itu.

Sulastro, yang

melihat kejadian itu, hanya bisa menghela napas panjang. Dia merasa

bingung dan kecewa, tidak tahu harus berkata apa apa.

Wisnu menoleh ke

Andini dengan tatapan marah. "Andini, apa benar yang dikatakan

oleh Siska? Apakah kamu benar-benar ingin merusak hubunganku dengan

dia? Ingat,Din Siska itu kakakmu, dan aku adalah calon kakak

iparmu," ucapnya dengan suara penuh emosi.

Andini, yang merasa

terpojok, menatap semua orang di sekitarnya dengan tatapan putus asa.

"Aku tidak melakukan semua hal yang kalian tuduhkan. Memang

benar aku yang membuat teh itu, tapi aku tidak pernah menaruh obat

apapun di dalamnya," katanya sambil terisak, berharap ada yang

percaya padanya.

Lastri hanya berdiri

di sudut ruangan, mengamati dengan tatapan penuh kecurigaan. "Semua

bukti mengarah padamu, Andini. Bagaimana kami bisa mempercayaimu

sekarang?" katanya dingin.

Andini merasa dunia

di sekitarnya runtuh. "Aku bersumpah, aku tidak bersalah,"

ujarnya dengan suara yang hampir hilang, mencoba meyakinkan semua

orang bahwa dia tidak melakukan kesalahan apapun. Namun, tatapan

marah dan kecurigaan dari keluarganya membuatnya semakin merasa

terpojok dan tidak berdaya.

Siska menatap Andini

dengan mata yang penuh kemarahan. "Kamu memang benar-benar tega,

Din. Kamu sengaja kan merusak rencana pernikahanku dengan Mas Wisnu

yang akan terjadi tiga hari lagi!" ucapnya dengan suara gemetar.

Andini hanya bisa

menangis, mencoba menahan isakannya. Dia merasa seluruh dunia

menuduhnya tanpa ada bukti yang jelas. Siska melanjutkan, "Kamu

sungguh jahat padaku. Kalau memang selama ini aku punya salah sama

kamu, aku minta maaf Din, tapi jangan begini caranya. Aku dan Mas

Wisnu itu saling mencintai, tapi kamu kenapa tega merusak semuanya."

Wisnu mendekati

Siska, memeluknya dengan lembut untuk menenangkannya. "Sayang,

tenanglah. Kita akan menemukan cara untuk menyelesaikan ini,"

katanya sambil mengelus punggung Siska.

Wisnu kemudian

menoleh ke Andini dengan tatapan yang dingin. "Apakah kamu sudah

puas sekarang, Din? Karena Sudah merusak kebahagiaan kami,"

ujarnya dengan suara penuh kekecewaan.

Andini hanya

menggelengkan kepala, air mata mengalir deras di pipinya. "Aku

tidak melakukan apa-apa. Aku tidak bersalah," katanya

tersedu-sedu, namun suaranya hampir tidak terdengar di tengah

kesedihannya.

Wisnu berbalik dan

memegang tangan Siska erat-erat. "Sayang, apapun yang terjadi,

kita akan tetap menikah. Tidak ada yang akan bisa menghalangi kita,"

ujarnya dengan tegas, mencoba memberikan keyakinan pada Siska.

Andini hanya bisa

melihat dari sudut matanya, merasa semakin terpojok dan putus asa.

Siska menatap Andini dengan penuh kebencian, matanya berkilat-kilat

karena marah dan terluka. "Kamu tidak hanya menghancurkan

pernikahanku, tapi juga menghancurkan keluarga ini,kepercayaan

keluarga ini," katanya, suaranya tajam seperti pisau.

Lastri, yang sejak

tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Andini, kamu benar-benar

wanita yang tidak tahu diri," katanya dengan nada mengecam.

"Kamu berani merusak kehormatan keluarga ini dasar wanita

murahan."

Andini hanya bisa

menunduk, air matanya terus mengalir. Tubuhnya gemetar mendengar

kata-kata kasar dari ibu tirinya. Ia merasa seperti dihujani tuduhan

tanpa ada kesempatan untuk membela diri.

Wisnu menatap Andini

dengan tatapan tajam. "Andini ,dengarkan aku....semua rencanamu

untuk merusak hubunganku dengan Siska dan membatalkan acara pernikan

kami itu semuanya gagal,karena aku akan tetap menikahi kakakmu.

"Tidak bisa,

Wisnu... kamu tidak bisa menikahi Siska karena yang harus kamu nikahi

adalah Andini," kata Sulastro dengan tatapan yang tidak bisa

ditawar.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku