Andini adalah seorang perempuan yang hidup dalam bayang-bayang keluarganya sendiri. Dibesarkan oleh ibu tiri yang licik dan kakak tiri yang egois, kehidupannya penuh dengan rasa tidak adil dan penderitaan. Hingga suatu hari, skenario yang dirancang oleh ibu dan kakak tirinya memaksa Andini menikahi Wisnu, pria yang sangat dicintai oleh Siska, kakak tirinya. Pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk Wisnu dan Siska, berubah menjadi mimpi buruk bagi Andini. Wisnu, pria yang hancur hatinya karena kehilangan Siska, terpaksa menjalani pernikahan dengan Andini. Kebenciannya pada situasi tersebut membuat Wisnu sama sekali tidak mempedulikan Andini, meskipun Andini berusaha keras menjadi istri yang baik dan berbakti. Setiap hari yang dijalani Andini bersama Wisnu adalah neraka. Ia harus menahan rasa sakit dan pengabaian, sementara Siska, kakak tirinya, terus berada di tengah-tengah kehidupan pernikahan mereka, menambah beban di hati Andini. Namun, Andini bukanlah sosok yang mudah menyerah. Meskipun perlakuan Wisnu dan kehadiran Siska membuat hatinya hancur berkeping-keping, Andini tetap berusaha mempertahankan pernikahannya. Ia yakin bahwa di balik semua kebencian Wisnu, masih ada harapan untuk menemukan kebahagiaan. Tetapi, ketika semua usahanya tampak sia-sia dan perlakuan Wisnu semakin tak tertahankan, Andini akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Wisnu. Ia memilih untuk melindungi sisa-sisa harga dirinya yang masih ada dan mencari kehidupan yang lebih baik. Keputusan Andini untuk pergi mengguncang Wisnu. Ketika Andini pergi, Wisnu baru menyadari betapa dalam perasaannya terhadap Andini. Di saat itulah, semua kebohongan dan niat busuk Siska terbongkar. Wisnu menyadari bahwa Andini adalah korban dari permainan kotor yang dilakukan oleh ibu dan kakak tirinya. Kesadaran itu membuat Wisnu bertekad untuk memenangkan kembali hati Andini dan memperbaiki semua kesalahannya. Novel ini akan membawa Anda melalui perjalanan emosional Andini, dari kegelapan menuju cahaya. Anda akan merasakan penderitaan yang ia alami, ketakutan yang ia hadapi, dan keberanian yang ia tunjukkan dalam setiap langkahnya. Di sisi lain, Anda juga akan melihat transformasi Wisnu, dari seorang pria yang hancur dan penuh kebencian, menjadi seseorang yang berusaha menebus dosa-dosanya dan meraih cinta sejati. Dalam setiap halaman, Anda akan menemukan ketegangan, air mata, dan momen-momen penuh haru. Anda akan diajak untuk memahami bahwa cinta sejati tidak selalu datang dengan mudah, dan terkadang, kita harus melalui jalan yang penuh dengan rintangan dan penderitaan untuk menemukannya. Kisah Andini dan Wisnu adalah refleksi dari perjuangan hidup yang penuh liku, di mana ketulusan hati dan kejujuran adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan sejati. melalui novel ini, Anda dapat merasakan setiap emosi yang dialami oleh Andini dan Wisnu. Semoga cerita ini dapat memberikan inspirasi bagi Anda untuk tidak pernah menyerah, meskipun hidup sering kali terasa tidak adil. Karena pada akhirnya, cinta sejati akan menemukan jalannya sendiri, meskipun melalui jalan yang penuh dengan duri. Selamat membaca, dan semoga Anda menikmati setiap detik perjalanan emosional ini.
Andini terbangun
dengan tubuh gemetar mendengar teriakan ibunya yang menggema di
seluruh rumah. Tubuhnya yang masih terasa lemah belum sepenuhnya
sadar dari tidur lelapnya. Perlahan, tangannya meraba ke samping dan
menyentuh sesuatu yang asing. Seketika, kesadaran penuh kembali
padanya saat matanya menangkap sosok Wisnu yang berbaring di
sampingnya, tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.
"Andini! Apa
yang sudah kau lakukan bersama calon kakak iparmu?" Lastri, ibu
tirinya, berteriak dengan kemarahan yang meledak-ledak dari pintu
kamar. Andini segera menutup tubuhnya dengan selimut, hatinya terasa
sesak dan air mata mengalir deras dari kedua matanya.
Wisnu yang mendengar
teriakan itu segera tersentak bangun. Dia memandang sekeliling dengan
kebingungan, dan matanya membesar saat melihat Andini yang sedang
menangis di sampingnya, hanya tertutup selimut menutup tubuhnya
Wajahnya berubah pucat seiring kesadarannya yang kembali secara
perlahan.
"Mas Wisnu,
kenapa kamu bisa ada di kamarku?" suara Andini terdengar parau
di antara isak tangisnya.
Wisnu berusaha
mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya. Pandangannya mencari
petunjuk di kamar, namun hanya kekacauan yang ada di sekitarnya.
"Aku... aku tidak tahu, Andini. Aku tidak ingat apa-apa."
Wisnu bangkit dengan panic setelah dia ingat bahwa sedang tidak
mengunakan apapun, matanya mencari pakaian yang berserakan di lantai.
"Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Ini semua
kesalahpahaman," ujarnya putus asa, berusaha menenangkan Andini
yang semakin keras tangisannya.
Andini menggelengkan
kepalanya, berusaha menghapus rasa kebingungan yang melingkupi
pikirannya. "Ibu, aku juga tidak tahu apa yang terjadi," katanya
sambil menatap Lastri dengan mata yang basah oleh air mata. "Yang
kuingat terakhir, aku sedang duduk menemani Mas Wisnu di ruang
tamu,untuk menunggu Kak Siska yang sedang keluar,sambil minum teh
yang kubuat sendiri."
Lastri menatap
Andini dengan tatapan penuh kecurigaan. "Hanya itu? Bagaimana
kalian bisa berakhir di sini, di kamar ini?" suaranya semakin keras
dan menggema di ruangan.
Wisnu berusaha
mengingat kembali kejadian semalam. "Aku ingat sedang duduk di
sofa, kemudian tiba tiba semua menjadi gelap. Apa mungkin ada sesuatu
di dalam the itu ?," katanya dengan suara yang masih terdengar
kebingungan.
Tiba-tiba, pintu
kamar terbuka dengan keras. Siska, kakak tiri Andini, masuk bersama
ayah mereka, Sulastro. Siska langsung melihat Wisnu berada di tempat
tidur yang sama dengan Andini, dan wajahnya memerah karena marah.
"Apa yang sudah kalian lakukan? Jelaskan sekarang padaku!"
teriak Siska, suaranya penuh kemarahan dan kebingungan.
Wisnu berdiri dengan
cepat, merasa bersalah. "Aku tidak tahu pasti, Siska. Yang
kuingat hanya setelah minum teh yang diberikan Andini, semuanya
menjadi gelap. Aku terbangun di sini, di tempat tidur ini,"
jawabnya dengan suara gemetar.
Siska, yang sudah
tak bisa menahan amarahnya, melangkah cepat ke arah Andini dan
menampar pipinya. "Aku tahu kamu iri padaku Andini,tapi tidak
begini juga caranya.Kamu sengaja menaruh obat tidur di teh itu, ya?
Kamu ingin menjebak Mas Wisnu dan merebutnya dariku!" tuduhnya
dengan tatapan tajam.
Andini memegang
pipinya yang terasa panas, air mata kembali mengalir. "Tidak,
Siska! Aku tidak menaruh apa-apa di teh itu. Aku tidak akan pernah
melakukan hal sekeji itu," jawabnya sambil menangis, mencoba
meyakinkan semua orang di ruangan itu.
Sulastro, yang
melihat kejadian itu, hanya bisa menghela napas panjang. Dia merasa
bingung dan kecewa, tidak tahu harus berkata apa apa.
Wisnu menoleh ke
Andini dengan tatapan marah. "Andini, apa benar yang dikatakan
oleh Siska? Apakah kamu benar-benar ingin merusak hubunganku dengan
dia? Ingat,Din Siska itu kakakmu, dan aku adalah calon kakak
iparmu," ucapnya dengan suara penuh emosi.
Andini, yang merasa
terpojok, menatap semua orang di sekitarnya dengan tatapan putus asa.
"Aku tidak melakukan semua hal yang kalian tuduhkan. Memang
benar aku yang membuat teh itu, tapi aku tidak pernah menaruh obat
apapun di dalamnya," katanya sambil terisak, berharap ada yang
percaya padanya.
Lastri hanya berdiri
di sudut ruangan, mengamati dengan tatapan penuh kecurigaan. "Semua
bukti mengarah padamu, Andini. Bagaimana kami bisa mempercayaimu
sekarang?" katanya dingin.
Andini merasa dunia
di sekitarnya runtuh. "Aku bersumpah, aku tidak bersalah,"
ujarnya dengan suara yang hampir hilang, mencoba meyakinkan semua
orang bahwa dia tidak melakukan kesalahan apapun. Namun, tatapan
marah dan kecurigaan dari keluarganya membuatnya semakin merasa
terpojok dan tidak berdaya.
Siska menatap Andini
dengan mata yang penuh kemarahan. "Kamu memang benar-benar tega,
Din. Kamu sengaja kan merusak rencana pernikahanku dengan Mas Wisnu
yang akan terjadi tiga hari lagi!" ucapnya dengan suara gemetar.
Andini hanya bisa
menangis, mencoba menahan isakannya. Dia merasa seluruh dunia
menuduhnya tanpa ada bukti yang jelas. Siska melanjutkan, "Kamu
sungguh jahat padaku. Kalau memang selama ini aku punya salah sama
kamu, aku minta maaf Din, tapi jangan begini caranya. Aku dan Mas
Wisnu itu saling mencintai, tapi kamu kenapa tega merusak semuanya."
Wisnu mendekati
Siska, memeluknya dengan lembut untuk menenangkannya. "Sayang,
tenanglah. Kita akan menemukan cara untuk menyelesaikan ini,"
katanya sambil mengelus punggung Siska.
Wisnu kemudian
menoleh ke Andini dengan tatapan yang dingin. "Apakah kamu sudah
puas sekarang, Din? Karena Sudah merusak kebahagiaan kami,"
ujarnya dengan suara penuh kekecewaan.
Andini hanya
menggelengkan kepala, air mata mengalir deras di pipinya. "Aku
tidak melakukan apa-apa. Aku tidak bersalah," katanya
tersedu-sedu, namun suaranya hampir tidak terdengar di tengah
kesedihannya.
Wisnu berbalik dan
memegang tangan Siska erat-erat. "Sayang, apapun yang terjadi,
kita akan tetap menikah. Tidak ada yang akan bisa menghalangi kita,"
ujarnya dengan tegas, mencoba memberikan keyakinan pada Siska.
Andini hanya bisa
melihat dari sudut matanya, merasa semakin terpojok dan putus asa.
Siska menatap Andini dengan penuh kebencian, matanya berkilat-kilat
karena marah dan terluka. "Kamu tidak hanya menghancurkan
pernikahanku, tapi juga menghancurkan keluarga ini,kepercayaan
keluarga ini," katanya, suaranya tajam seperti pisau.
Lastri, yang sejak
tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Andini, kamu benar-benar
wanita yang tidak tahu diri," katanya dengan nada mengecam.
"Kamu berani merusak kehormatan keluarga ini dasar wanita
murahan."
Andini hanya bisa
menunduk, air matanya terus mengalir. Tubuhnya gemetar mendengar
kata-kata kasar dari ibu tirinya. Ia merasa seperti dihujani tuduhan
tanpa ada kesempatan untuk membela diri.
Wisnu menatap Andini
dengan tatapan tajam. "Andini ,dengarkan aku....semua rencanamu
untuk merusak hubunganku dengan Siska dan membatalkan acara pernikan
kami itu semuanya gagal,karena aku akan tetap menikahi kakakmu.
"Tidak bisa,
Wisnu... kamu tidak bisa menikahi Siska karena yang harus kamu nikahi
adalah Andini," kata Sulastro dengan tatapan yang tidak bisa
ditawar.