"Takkan mati aku tanpa hadirmu! Kamu adalah contoh manusia berotak dangkal. Rakus bersenggama hingga menjalin hubungan dengan perempuan bodoh itu! Kamu pikir aku akan memohon, menangis, menahanmu agar meninggalkan dia untukku? Go away! Kupermudah misi keparatmu mencari lubang dan ceraikan aku!" Lunara Queenaya Leticia _____________ "Dasar iblis, kalian berani mengkhianatiku?" teriak Lunara dengan suara parau, air matanya masih menyisakan jejak, tetapi tampak kering. Ia menatap tajam pada suaminya, lalu beralih ke arah Anna yang kini berdiri pucat dan ketakutan. Anna terdiam, tidak bisa menjawab apapun melihat amarah Lunara yang menggebu. Penuh emosi, wanita itu mengayunkan tangan kanannya dan menampar pipi Edward dengan keras. Kemudian, ia menoleh ke arah Anna dan menampar wanita itu juga. "Apa yang kamu lakukan?" Berteriak tak terima, Anna memegangi pipinya yang kontan memerah. "Kenapa? Sakit, ha?" Lunara kembali menampar wajah Anna bolak-balik. "Iblis biadab seperti kamu pantas menerima penghinaan seperti ini!" "Cukup, Luna! Berani ...." "Diam!" bentaknya menatap nyalang Edward. Manik hitam Lunara berkilat tajam penuh dendam dan emosi. "Demi Tuhan! Terhinanya harga diriku saat ini, kalian akan menerima penghinaan lebih kejam dari yang kalian lakukan padaku!" _________ Lunara Queenaya Leticia, seorang wanita cantik yang hidup dalam kepahitan setelah mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dengan sekertarisnya. Terluka dan marah, dia memutuskan untuk tidak lagi menjadi korban. Dengan hati yang penuh dendam, Lunara merencanakan balas dendam spektakuler terhadap suami dan wanita yang telah merusak rumah tangganya.
Bab 1
Lunara berdiri tegap di depan pintu ruangan suaminya yang berada di lantai 59, wanita itu menahan amarah yang memuncak. Dalam hati, ia merasa jantungnya remuk berkeping-keping melihat pemandangan yang amat menyayat hati. Edward, suaminya, tengah bercumbu dengan Anna, sekretaris sekaligus sahabat terbaik Lunara.
Mata Lunara memerah, pipinya basah oleh air mata yang terus mengalir. Geram yang tak tertahankan membuat ia menggertakkan gigi dan mencengkeram tangan erat-erat. Tidak menyangka bahwa kepercayaannya selama ini telah dikhianati oleh dua orang yang paling dekat dengannya.
Mengumpulkan keberanian dan menghapus air matanya, Lunara melangkah masuk ke ruangan tersebut dengan langkah tegas.
Tiba-tiba, kehadirannya membuat suasana hening. Tampak Edward dan Anna terkejut, cepat-cepat melepaskan pelukan mereka.
"Dasar iblis, kalian berani mengkhianatiku?" teriak Lunara dengan suara parau, air matanya masih menyisakan jejak namun tampak kering. Ia menatap tajam pada suaminya, lalu beralih ke arah Anna yang kini berdiri pucat dan ketakutan.
Anna terdiam, tidak bisa menjawab apapun.
"Apa yang kamu lakukan disini, Sayang?"
Sementara itu, Edward mencoba menjelaskan diri, namun dengan penuh emosi, Lunara mengayunkan tangan kanannya dan menampar pipi Edward dengan keras. Kemudian, ia menoleh ke arah Anna dan menampar wanita itu juga.
Wajah Anna memerah karena kesakitan, "Apa yang kamu lakukan?"
Berteriak tak terima, Anna memegangi pipinya yang kontan memerah.
"Kenapa? Sakit, ha?" Lunara kembali menampar wajah Anna bolak-balik seakan tidak puas melihat wanita itu tidak terluka.
"Iblis biadab seperti kamu pantas menerima penghinaan seperti ini!"
"Cukup, Queen! Berani ...." sela Edward, namun kilat mata tajam istrinya membuatnya tak mampu meneruskan kalimatnya.
"Diam!" bentaknya menatap nyalang Edward. Manik hitam Queenaya berkilat tajam penuh dendam dan emosi.
"Demi Tuhan! Terhinanya harga diriku saat ini, kalian akan menerima penghinaan lebih kejam dari yang kalian lakukan padaku!" tekad Lunara karena sudah merasa sangat di khianati.
Edward berusaha untuk tenang demi membujuk sang istri.
"Sayang, dengarkan dulu penjelasanku." kata Edward.
"Aku tidak ingin mendengar alasanmu, Edward! Aku tidak pernah menyangka kalian bisa sejahat ini padaku." ucap Lunara tegas.
Dia merasa hatinya teriris-iris, begitu pula dengan kepercayaannya yang telah hancur berantakan.
"Apa kamu gila?" teriak Anna dengan mata melotot.
Lunara menatap tajam Anna, kemudian kembali menampar wanita itu. "Apa kamu butuh cermin? Siapa yang kamu sebut gila, kamu atau aku?" kata Lunara dengan suara penuh amarah.
"Kamu yang gila! Kenapa menamparku?" geram Anna tak terima dia kemudian ingin menampar Lunara kembali tapi tangan Edward menghentikannya.
Lunara tersenyum sinis, dia tidak suka dengan perlakuan Edward yang palsu itu.
"Kalian berdua sampah!" geram Lunara.
"Kamu yang sampah, kamu wanita murahan, Edward tidak mencintaimu, kamu tidak membuatnya puas."
Anna terkejut ketika tiba-tiba Lunara menamparnya dengan keras, membuat pipinya memerah.
"Sepertinya tamparan tak akan cukup untukmu? Lihatlah dirimu, kamu tidak punya rasa malu sama sekali!" ucap Lunara dengan nada sinis, sambil menunjuk ke arah Edward yang tampak menundukkan kepalanya.
Wanita itu menatap tajam ke arah Edward dan Anna secara bergantian, penuh amarah. "Aku akan mengumumkan pada semua orang di perusahaan ini dan seluruh dunia jika kalian berdua berselingkuh." ancam Lunara dengan nada dingin yang menusuk kalbu.
Edward yang sebelumnya hanya terdiam, kini berbicara dengan nada penuh kemarahan. "Coba saja lakukan itu, kamu akan membuatku malu dan yang lebih malu adalah dirimu, Lunara."
Hati Lunara begitu sakit, "Suami macam apa dirimu? Bukannya meminta maaf, tapi kamu malah membela hubungan kalian? Sudah berapa lama kalian seperti ini? Kalian benar-benar benalu, berakting di depanku seperti tak ada apa-apanya. Tapi ternyata..." Lunara tertawa dan bertepuk tangan. Bahkan tawanya semakin kuat membuat Anna takut.
"Kalian berdua benar-benar iblis, aku akan membawa kalian dalam neraka, tunggulah!"
Wajah Anna memucat mendengar ancaman dari Lunara. Dia tahu jika skandal perselingkuhan mereka terungkap, semua orang akan mengejek dan menghujat mereka.
Namun, Lunara juga merasa sakit hati, bagaimana mungkin sahabatnya sendiri yang akan menghancurkan hidupnya. Lunara tersenyum sinis, seolah menikmati keputusasaan yang mendera Edward dan Anna. Dalam hatinya, dia merasa puas karena dia terbebas dari kebohongan dua orang itu. Lunara akan membalas dendam pada mereka yang telah mengkhianatinya. Di balik senyum sinis tersebut, tersembunyi luka yang mendalam karena dikhianati oleh orang-orang yang paling dia percayai.
*
Lunara berjalan keluar dari ruangan suaminya dengan langkah kaki yang gontai, perasaannya tercabik-cabik oleh pengkhianatan yang baru saja dia ketahui.
Begitu memasuki elevator, Lunara berusaha keras menahan air mata yang hendak jatuh. Wajahnya terlihat tegang, namun dia harus tetap tersenyum saat beberapa karyawan yang lewat menyapanya dengan hormat, tak menyadari betapa hancur hati Lunara.
Sebagai istri dari seorang millioner dan pemilik perusahaan yang dia datangi saat ini, Lunara harus menjaga citra dan penampilannya di depan karyawan. Namun begitu sampai di dalam mobilnya, semua penahanan itu luluh. Lunara pun menangis sejadi-jadinya, suara isakannya terdengar pilu.
Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi, seolah melarikan diri dari kenyataan yang tak bisa diterima. Setiap kilometer yang ditempuh, perasaannya semakin terpuruk.
Di suatu tempat, di mana jalanan hening dan sepi, Lunara menginjak rem dengan tiba-tiba. Dia keluar dari mobilnya, berteriak dan menangis karena perselingkuhan suaminya yang dia temukan. Lunara merasa dunianya runtuh.
Dia merasa dibohongi dan dikhianati oleh orang yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung dan mencintainya sepenuh hati.
Wanita itu kemudian mengambil ponsel dalam sakunya, menghubungi orang kepercayaan.
"Stive, Aku ingin kamu cari tahu tentang Edward dan Anna." kata Lunara dengan sura bergetar karena tangisannya.
"Ada apa denganmu? Apa kamu menangis? Apa yang terjadi padamu, dimana kamu sekarang?" tanya Stive, dia adalah teman Lunara bahkan bisa di katakan mereka cukup dekat. Mereka adalah teman berbeda fakultas.
"Tidak penting, yang penting sekarang adalah kamu harus cari tahu hubungan mereka. Mereka selingkuh Stive," adu Lunara tak sanggup menahan tangisnya, tangis itu kembali terdengar pilu di telinga Stive yang belum memutuskan sambungan telepon.
"Baiklah, baiklah. Tenanglah, Aku mohon tenanglah, Lunara. Kamu harus menenangkan dirimu." kata Stive dan Lunara perlahan mulai mengontrol dirinya.
"Stive, Aku akan membayarmu berkali lipat. Tapi, kamu harus laporkan sejauh mana hubungan mereka. Aku ingin tahu, sejak kapan mereka membohongiku."
"Baiklah, tenang saja. Aku akan kumpulkan informasi secepatnya. Tenangkan dirimu dan jangan terlihat lemah. Menangislah sekarang tapi jangan pernah menangis di depan suamimu. Kamu harus kuat."
"Aku tidak akan menangis di depan mereka. Suami dan sahabat yang Aku anggap saudara telah mengkhianatiku."
"Apa? Anna yang kamu maksud adalah Anna sekertaris Edward? Bukankah kalian berteman?"
"Mulai saat ini tak ada lagi pertemanan bagi kami. Dia telah menghancurkanku, dan mereka juga harus hancur seperti hatiku yang hancur ini. Aku akan membuat mereka menyesal karena telah mengkhianatiku. Akan aku buat hidup mereka bagai di neraka." tekad Lunara.
Setelah telepon terputus, Lunara kembali ke dalam mobil sport berwarna putihnya. Dia memegang stir begitu kuat, air matanya kembali jatuh.
Hujan deras yang mulai turun menjadi teman setianya, menyamarkan air mata yang mengalir tanpa henti. Lunara mencoba mencari kekuatan untuk menghadapi kenyataan pahit ini, namun hatinya terasa kosong dan rapuh.