"Besar banget, panjang lagi. Aku takut." Vici benar-benar merasa sangat ketakutan. Hujan deras, tetapi tubuhnya malah basah dengan keringat. Vici yang merasa ketakutan pun akhirnya naik ke atas kursi, ia sangat ngeri. "Aaaa!"
"Itu, ular!" Abang kurir terperanjat melihat hewan melata itu. "Tunggu sebentar biar kuambil kayu untuk mengusirnya," lanjutnya.
"Besar banget, panjang lagi. Aku takut." Vici benar-benar merasa sangat ketakutan.
Hujan deras, tetapi tubuhnya malah basah dengan keringat. Vici yang merasa ketakutan pun akhirnya naik ke atas kursi, ia sangat ngeri. Ular tersebut pun akhirnya berhasil memasuki rumahnya.
"Mas, bantuin dong. Gimana saya mau ngambil uangnya, kalau di rumah ada penghuni baru kaya gini," ungkap Vici. Perlahan turun dari atas kursi.
Abang kurir itu mengangguk, rugi jika sampai Vici tidak membayar.
Keduanya akhirnya memilih untuk masuk. Mereka mencari ular itu di bawah kursi dan meja namun tidak ada.
"Ularnya ke kamar, kayaknya."
Vici merasa begitu sangat takut. Ia memilih untuk melangkah di belakang abang kurir, sembari memegang jaketnya. Mereka berdua akhirnya masuk ke kamar dan lelaki itu berusaha berjaga-jaga, ia memegang kayu berukuran sebesar tangannya.
Tiba-tiba terdengar suara guntur yang sangat menggelegar, membuat Vici sontak memeluk tubuh lelaki itu, sampai mereka berdua pun tersungkur ke ranjang karena tubuh abang kurir yang limbung dan terkejut dengan pelukan yang dilakukan oleh Vici.
Posisi keduanya sangat tidak etis, dengan Vici berada di atas tubuh sang lelaki.
"Aaaa!" Vici menjerit saat merasakan sesuatu yang licin tiba-tiba menyentuh kakinya. Gadis itu langsung saja naik ke ranjang.
Sang lelaki spontan naik, ia terkejut dengan teriakan Vici. Gadis tersebut memilih untuk memeluk tubuh abang kurir.
Para tetangga kaget mendengar jeritan Vici kemudian mereka pun berbondong-bondong untuk memeriksa dan masuk ke dalam rumah gadis tersebut. Hal yang tidak terduga terjadi, para tetangga melihat kedua insan tersebut dengan posisi yang sangat tidak etis, meski keduanya masih berpakaian lengkap.
"Nah, kan, ketahuan kalian!"
Vici yang tengah ketakutan tiba-tiba ditarik dengan paksa untuk turun dari ranjang.
Tetangganya sudah berkumpul.
"Parah banget, muka kelihatan alim, jarang keluar rumah, tahunya malah masukin lelaki ke dalam kamar siang-siang bolong kayak gini dan berbuat ena-ena lagi!"
Keduanya dipaksa untuk keluar kamar mereka digiring untuk ke halaman depan.
"Jangan sembarangan bicara, saya ini kurir!"
Lelaki itu tak terima atas perlakuan orang-orang tersebut. Ia menjelaskan tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Pria berusia 28 tahun itu pun merasa sedikit kesal karena perlakuan orang-orang yang begitu sangat merendahkannya bahkan tadi ada seorang ibu-ibu yang meludahinya.
"Sejak kapan ada kurir yang nganterin sampai ke kamar?"
Perkataan dari ibu-ibu tersebut pun langsung saja disetujui oleh semua orang.
"Tadi ada ular masuk Bu, jadi kita mencoba untuk mencarinya. Aku benar-benar tidak berani di rumah jika ada ular," ujar Vici menjelaskan kepada mereka.
Pernyataan dari Vici langsung ditolak mentah-mentah, para tetangganya itu sudah sangat anarkis. Tiba-tiba tubuh mereka berdua pun diguyur air keruh dan berbau---seperti air pembuangan---oleh salah satu dari mereka.
"Sudah ketangkap basah, tetap mengeyel. Kita nikahkan saja!"
Vici terus saja menangis, ia benar-benar merasa begitu sangat malu diperlakukan seperti ini oleh para tetangganya.
"Baik saya akan menikah kalau saya ketahuan berbohong. Coba bapak dan ibu cari dulu itu benar-benar ada ularnya!" Vici tak mau dinikahkan dengan lelaki yang tak jelas.
Abang kurir pun setuju akan saran itu. "Ya benar, jika kami berbohong, kami siap dinikahkan."
Menimbang kata-kata Vici dan sang kurir, akhirnya para tetangga pun sepakat kemudian mereka membantu menggeledah kamar tapi apesnya ular tidak ditemukan. Hingga keduanya digiring di jalan, bahkan disoraki oleh anak-anak dan juga banyak warga lainnya sampai-sampai mereka melempari keduanya dengan telur, sayuran dan juga kerikil.
"Kita nikahkan saja daripada mereka berdua terus-terusan berbuat dosa!"
"Tidak, aku tidak mau menikah," ungkap Vici dengan suara parau karena menangis.
Vici sangat malu sekali. Selama ini ia berusaha untuk menutup aurat, tetapi justru di depan orang banyak jilbabnya malah ditarik paksa hingga terlepas.
Lelaki itu pun juga sama dengan Vici, ia sebisa mungkin menolak keras rencana pernikahan. Namun nahas penolakannya berujung bogem mentah dari seorang bapak-bapak.
"Nikahkan saja sekarang! Telpon orang tua Vici dan penghulu!"
***
"Bu, Vici benar-benar tidak seperti itu. Tadi tiba-tiba hujan, pas dia mengantarkan paket dan ada ular masuk ke rumah," ungkap Vici.
Ibu dari gadis tersebut syok, saat tadi ketua RT menelponnya dan meminta dirinya untuk segera pulang. Syok Ibu Vici berlipat dua kali ketika melihat putrinya yang sudah dalam keadaan kacau, apalagi semua warga menuntut dirinya untuk menikahkan Vici saat ini juga.
Untuk meredam amarah warga akhirnya orang tau Vici setuju untuk menikahkan putrinya meskipun tak ada persiapan apa-apa untuk pernikahan ini.
"Sudahlah Bu Erna, jangan banyak berdiskusi seperti itu. Lebih baik cepat pakaikan Vici kebaya. Sudah ditunggu oleh penghulu di depan!"
Vici menggeleng, ia tidak mau dinikahkan. Namun, para tetangganya terus saja menatapnya dengan begitu nyalang. Padahal selama ini ia tidak pernah memiliki masalah dengan siapa-siapa, tetapi mengapa justru mereka langsung menghakiminya seperti itu. Mimpi buruk apa dirinya semalam sampai-sampai ia digrebek lalu dinikahkan.
Seharusnya pernikahan adalah hari bahagia, tetapi pernikahan Vici berbeda, penuh dengan intimidasi. Seharusnya pernikahan penuh dengan ucapan selamat, tetapi justru banyak cacian yang terdengar. Bukan rembulan yang selalu indah di pandang, apalagi sekuntum mawar yang wangi pernikahannya pasti akan menjadi bahan gunjingan.
Rumah Vici sudah dipenuhi oleh para tetangga.
"Jangan-jangan gadis cuma labelnya aja, aslinya sih udah bolong!"
Lagi dan lagi para tetangga mulai menggunjing, bahkan mereka bukan berbisik lagi karena suaranya begitu keras.
"Kayaknya sih empat bulan nikah, langsung lahiran."
Mereka terus memaki, membuat orang tua Vici sangat malu.
Lelaki itu pun hanya terduduk lesu, di sebelahnya sudah ada kedua orang tuanya. Ia sudah menjelaskan, tetapi keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka terlihat pasrah.
"Sudah siap?" tanya Penghulu saat Vici sudah duduk di sebelah calon suaminya itu.
Vici terdiam air mata membasahi pipi, mana ada dirinya siap dinikahkan dalam kondisi seperti ini. Ia bukan Aisyah binti Abu Bakar yang tabah dan kuat saat menghadapi fitnah-fitnah.
"Bagaimana saudara Kalandra, mari jabat tangan saya ijab kabul akan segera dimulai."
Penghulu menginterupsi kembali.
"Saya terima nikah dan kawinnya Fillea Vini-" Kalandra terdiam. Nama gadis tersebut benar-benar sangat sulit untuk diucapkan membuat lidahnya kelu.
"Filea Vinividivici." Penghulu tersebut memberikan sebuah kertas.
Kalandra menghela napas panjang lalu kembali mengucapkan ijab Kabul tersebut.
"Sah!"
Kata sah menggema, orang-orang fokus dengan kedua pasangan itu sampai tak menyadari jika seekor ular baru saja keluar ....
Setelah semua orang pulang, Kalandra dan Vici masuk ke kamar. Lelaki itu sudah tak bisa menahan hal yang mengganjal di hatinya.
"Jadi kamu sudah tidak perawan?" tanya Kalandra.
Buku lain oleh Agil Rizkiani
Selebihnya