Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Hai, teman-teman bertemu di novel keduaku di sini ... semoga teman-teman suka ya dengan cerita HANA ini. Follow dan masukkan perpus kamu biar nggak ketinggalan berita update-nya. Makasihh
🌹🌹
Semarang, Januari 2020
"Seragam Mas untuk nikahan Dewi sudah digosok. Hana simpan di situ kalo Mas nyari."
Perempuan manis menunjuk lemari yang biasa tempat menggantung pakaian. "Kan masih seminggu lagi, biasanya kamu yang ambilkan buat mas. Kok pake dikasih tau, kayak mau ke mana aja."
Radit, suami yang ia tunggu pulang kerja hingga jam sebelas malam ini, menatapnya curiga.
"Kamu kenapa, Sayang?"
Hana menunggu suaminya itu membersihkan diri, setelah berbaring, ia ikut merebah diri menghadap sang suami.
"Kalau nggak diundang Dewi, sementara saya pulang ke rumah Ibu, ya, Mas?"
"Siapa bilang kamu nggak diundang? Dewi itu adik kandung mas. Ini acara keluarga kita juga. Ayolah, Sayang, kenapa kamu sensitif begini? Apa ada masalah lain, hem?"
Hana menggeleng lemah. "Nggak papa, kok. Yasudah, Mas tidur aja."
"Sebentar." Radit menahan bahunya yang mau berbalik membelakangi. "Apa karena Adek belum dikasih seragam keluarga?" tebaknya membuat mata Hana berkaca, tentu itu terbaca oleh suaminya.
Segera tubuh mungilnya ditarik Radit merapat ke dada, memeluk kekasih hatinya itu erat. "Sayang, jangan berpikir negatif, mungkin seragammu belum selesai. Besok mas tanya sama Dewi. Kalau pun tidak ada, mas akan datang pakai baju kompakan sama kamu."
Mematung, Hana terdiam sejenak dalam dekapan suami. Hingga kemudian bicara dengan nada lemas. "Benaran, Mas? Kalau beda pakaian sama Mas Radit, Hana gak mau datang."
"Iya, kalo kamu gak pake seragam mas juga sama. Kita kan masih punya seragam couple yang kamu jahit waktu itu."
"Terima kasih, Mas. Mas sudah membesarkan hati Hana."
"Mas selalu sayang kamu. Jangan menyakiti diri sendiri dengan pikiran buruk, Sayang. Mas mau lihat kamu tersenyum terus."
Hana mengangguk-angguk sambil merapatkan pelukan pada suami. Lelaki ini satu-satunya yang memahami kesederhanaan Hana, yang menerima dirinya menjadi istri meski berasal dari keluarga tak berada.
🌾🌾
Kebetulan sore ini Dewi dan Rani, kakak ipar Radit ke rumah. Lelaki yang tengah libur kerja itu langsung menanyakan seragam Hana.
"Waduuh, maaf, Mas. Kainnya sudah habis dibagi. Kalau nyari yang sama sekarang juga mana sempat."
"Kalau begitu mas juga nggak pakai seragam. Kami punya seragam yang warnanya mirip itu."
"Jangan dong, Mas. Kita kan mau foto-foto, masa Mas Radit pake corak yang beda sama kami?"
"Radit, kalo Hana punya baju sewarna seragam itu ya dia pakai saja. Jangan jadi bikin ribut." Rani ikut bicara.
"Jujur nih ya, biar Mbak Hana gak datang juga gak papa kali. Malu Dewi sama keluarga Bang Tama. Penampilan Mbak Hana itu lho. Norak!"