SUAMI GHAIB
5.0
Komentar
8.1K
Penayangan
42
Bab

Warning!! Area dewasa. 21++ Diset*buhi genderuwo. Kebiasaan buruk yang Sinta lakukan setiap malam, membuat sesosok mahluk dari bangsa lain menyukai dirinya. Di saat Aldo-sang suami tengah tidak berada di rumah, mahluk itu merubah wujud menyerupai Aldo untuk bisa mendekati Sinta. Hingga suatu saat, Aldo pergi ke kota untuk bekerja. Setiap malam Aldo palsu selalu datang. Keluarga Sinta di teror oleh mahluk itu dan banyak kejanggalan yang terjadi. Akankah kelurga Sinta bisa bebas dari mahluk menyeramkan itu? Atau, Sinta justru terjerumus semakin dalam?

Bab 1 Siapa itu

Bab 1

Aldo menghentikan aktivitasnya dan menghempaskan tubuhnya di samping sang istri. "Sudah ya, Dek. Mas lelah," ucap Aldo dengan napas yang tersengal-sengal.

Sinta. Wanita muda yang baru berusia 27 tahun itu menghela napas dengan pasrah. Dengan wajah masam, dirinya menarik selimut bermotif bunga dan menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang.

"Aku kan belum puas, Mas! Kamu sudah keluar saja!" sungutnya dengan kesal, lalu membalikkan badan memunggungi sang suami.

"Maafkan Mas, Dek. Waktu 20 menit untuk bercinta itu sudah cukup lama. Coba kamu membaca artikel dan internet tentang hubungan badan. Di sana tertulis bahwa waktu yang normal itu sekitar 5-8 menit," ucap Aldo memberi pengertian dan berusaha membujuk sang istri.

Setiap malam sehabis melakukan ritual suami istri, Aldo harus bersusah payah membujuk Sinta agar tidak marah karena belum puas dan tak ingin berhenti.

Mereka bukanlah pengantin baru. Aldo dan Sinta sudah berumah tangga selama 11 tahun. Memiliki seorang putra bernama Rafa yang baru berusia 9 tahun dan Sheila yang baru menginjak usia 7 tahun.

Mereka hidup di sebuah desa yang terdapat hutan besar yang masih asri dan banyak binatang buas. Di desa ini sudah masuk sinyal internet. Akan tetapi, terkadang sinyal itu kuat dan tak jarang pula tiba-tiba menghilang.

"Mau ke mana, Dek?" Aldo bertanya saat Sinta beranjak bangun dan melilitkan selimut ke badannya.

"Aku mau menuntaskan hasratku, Mas!" sahut Sinta dengan ketus.

"Jangan berbuat yang tidak-tidak. Aku sudah bilang hal-hal seperti itu adalah perbuatan yang tidak baik," ucap Aldo mencegah. Namun, Sinta sudah duduk di kursi panjang yang menghadap ke jendela.

"Besok pagi kita main lagi. Mas janji. Ayo kita tidur dan jangan lakukan itu." Suara Aldo terdengar pelan. Dirinya beranjak dan mengajak sang istri kembali ke ranjang.

"Aku tidak tahan menunggu sampai pagi. Aku tersiksa, Mas! Tidak bisa tidur dengan nyenyak." Sinta menyentak tangan Aldo dengan kasar.

"Aku mohon. Perbolehkan aku melakukan kesenangan sendiri seperti biasanya. Dari pada aku selingkuh, lebih baik aku bermain sendiri, bukan?" pinta Sinta dengan penuh permohonan.

Aldo akhirnya membiarkan sang istri melakukan kesenangannya. Dengan langkah gontai, dirinya berjalan menuju ranjang dan kembali membaringkan tubuhnya yang begitu lelah. Kerja di ladang seharian dan malamnya harus di peras lagi untuk memenuhi keinginan sang istri.

Sinta dahulu tidak seperti itu. Ini semua terjadi sejak 2 tahun belakangan. Mungkin istrinya mengalami puber kedua atau bagaimana, Aldo sendiri pun tak tahu. Tiba-tiba saja Sinta memiliki libido tinggi dan selalu merasa tidak puas dengan dirinya.

Aldo menutup wajahnya dengan bantal karena mendengar suara istrinya yang terdengar sampai ke telinganya.

Beberapa menit berlalu, Sinta selesai dengan aktivitasnya dan segera berbaring di samping Aldo.

"Belum tidur, Mas?" tanya Sinta saat mengetahui Aldo masih terjaga.

"Belum. Nungguin kamu, Dek. Jangan langsung tidur. Bersihkan dahulu tubuhmu dan segera pakai pakaianmu," perintah Aldo.

Sinta mendengus kesal. "Aku kehabisan tenaga, Mas. Tanganku pun juga capek. Lagian, tidak ada yang melihat." Sinta tak menggubris perintah sang suami dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Nah, sudah tertutup kan? Ya udah, aku mau tidur."

Aldo menggelengkan kepala melihat tingkah sang istri. "Selimutmu akan terlepas saat kamu tertidur nanti. Kita ini hidup berdampingan dengan mahluk gaib. Jadi, kita juga harus bisa menjaga tubuh kita, Dek. Cepat, pakai bajumu kembali."

Ucapan yang Aldo lontarkan tak mendapat respon apa-apa dari Sinta. Perempuan itu sudah tertidur.

....

Selimut yang menutupi badan polos Sinta tersingkap. Angin tiba-tiba tertiup dan membuatnya kedinginan. Dengan mata yang masih terpejam, Sinta menarik selimut itu untuk menutupi badannya kembali.

Seperti ada yang menarik, selimut itu kembali terlepas dari badan Sinta. Berkali-kali Sinta benarkan. Akan tetapi, kain itu terus saja tersingkap.

"Pakai selimutmu sendiri, Mas!" ucap Sinta dengan suara berat dan sedikit serak.

Lagi-lagi selimut itu kembali ditarik, sehingga tubuh polos itu kembali terlihat. Dengan kesal, Sinta terbangun dan mengucek matanya dengan pelan. "Kamu apa-apaan sih, Mas!"

Saat mata Sinta sudah terbuka, dia begitu terkejut karena tidak ada siapapun di sampingnya. "Mas ... Mas Aldo?"

Sinta meraih baju dan memakainya. Kemudian mencari suaminya ke dapur dan kamar mandi. Namun, ia tidak menemukan siapa-siapa. Sinta kembali ke depan dan menengok ke dalam kamar kedua anaknya, akan tetapi tak ada juga.

"Kamu kemana sih, Mas?" gumamnya pelan.

Sinta menuju ruang depan yang terdapat jam dinding di sana. "Baru jam 2 malam. Gak mungkin Mas Aldo pergi ke masjid."

Saat Sinta berbalik, dirinya sangat terkejut melihat suaminya tengah duduk di belakangnya. "Ya ampun, Mas! Kamu dari mana saja? Kenapa tiba-tiba ada di sana?"

Dengan kesal, Sinta terus menggerutu dan duduk di samping sang suami. Aldo hanya diam, tak ada senyum yang menghiasi wajahnya. Sinta menyentuh tangan Aldo. "Tanganmu dingin sekali. Kamu dari luar rumah?"

Aldo menganggukkan kepala dengan pelan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Aldo melenggang pergi menuju kamar. Sinta yang masih terkejut dan juga bingung, lantas mengikuti langkah sang suami.

Saat tiba di ambang pintu, Sinta kembali dikejutkan dengan adanya Aldo yang berdiri di sana. "Ya ampun, Mas! Bisa tidak, jangan ngagetin aku?"

Aldo hanya menatap datar wajah Sinta. Setelah Sinta masuk, pintu kembali ditutup oleh Aldo.

"Aaaaaaa ...!"

Sinta memekik karena tubuhnya di angkat dan di gendong menuju ranjang. "Kamu mau ngapain, Mas?"

Tak ada jawaban dari mulut Aldo. Sinta tersenyum malu saat Aldo mencumbu dirinya dengan penuh semangat.

....

Pukul 03.30

Napas Sinta memburu dan tersengal-sengal. "Kamu minum apa, Mas? Tumben kuat banget. Malah aku yang kewalahan."

Sinta memeluk Aldo dengan erat. Dirinya sangat puas dengan performa suaminya itu. Tak seperti biasanya yang hanya mampu bertahan 20 menit. Sinta mengecup pipi Aldo yang terasa dingin.

"Sinta suka sekali." Sinta pun kembali terlelap di pelukan Aldo.

***

***

"Sudah jam berapa ini? Ayo, pulang."

Ardi mengeluarkan ponsel yang berada di saku miliknya. "Jam 4, Mas. Ayo!" sahut Ardi sembari berdiri dan menenteng ikan hasil memancing bersama sang kakak di pinggir sungai.

Aldo pun membereskan alat pancing. "Gak sia-sia kita mancing malam-malam." Dirinya tersenyum sumringah karena hasil memancingnya mendapat banyak ikan dan besar-besar.

Kakak beradik itu pun berjalan berdampingan. Aldo membawa alat pancing, sedangkan Ardi menenteng ikan dan di tangan kirinya membawa senter.

"Besok mancing lagi ya, Mas?"

"Jangan setiap hari. Mas harus ke ladang. Hari ini libur karena pemilik sawah pergi ke rumah saudaranya. Jadi, Mas bisa tidur dengan nyenyak."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku