Rumah tangga Clara Wijaya retak oleh pengakuan sang suami yang menghamili sekretarisnya. Seolah belum cukup menderita, suaminya memutuskan untuk membawa sang madu untuk tinggal satu atap dengan Clara. "Dia telah mengandung anakku, sesuatu yang tak bisa kudapatkan darimu. Dan kau harus menerimanya demi aku!" Samuel. "Hanya karena aku mandul, kau mencampakkanku begitu hebat. Tidakkah kau tahu, aku tulus mencintaimu," Clara. Saat merasa gelisah akan keadaan yang dihadapi, perempuan malang itu masuk kedalam club malam untuk menghibur diri. Siapa sangka, Clara yang mabuk malah menghabiskan malam dengan seorang CEO tampan billioner. Pria itu menawari Clara sebuah kontrak kerjasama untuk membalas suaminya. "Apakah kamu setuju untuk membalas suamimu, dengan syarat, kamu harus tidur denganku setiap kali aku mau," Christan. Apakah hanya karena menginginkan tubuh molek perempuan itu, Christan memberikan tawaran mengejutkan ini? Atau apakah pria itu menyimpan alasan yang disembunyikan dari Clara?
Jakarta, Indonesia. 6 Maret 2021, 10:43 PM.
Dengan cahaya yang remang, terdengar suara napas yang terengah-engah. "Ahh... Ahh... Teruslah, sayang," erang seorang wanita yang merintih-rintih seolah menikmati sebuah momen. Lembutnya seprai mewah, menjadi saksi bisu dari setiap helaan napas dua insan yang tengah memadu kasih. Tubuhnya seolah menari di atas ranjang, dan desahannya menjadi melodi yang mengisi keheningan malam. "Sayang... Ohh... Ohh..." sambut lembut seorang pria, suaranya melemah dengan napas yang tak beraturan.
Setelah percumbuan itu berakhir, lampu kamar menyala dengan terang benderang. Seorang wanita dengan rambut merah yang panjang tampak mengenakan baju tidur yang tipis dan seksi, memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang indah, sedang membenahi dirinya di depan meja rias sambil memoles wajahnya dengan pelembab malam. Sosok yang sering disapa Clara Wijaya, wanita berumur 29 tahun itu penuh kelembutan dan keceriaan, kehidupannya begitu sempurna sejak ia lahir dan bahkan setelah menikah dengan pria yang dicintainya.
Sementara itu, Samuel Wijaya, tengah bertelanjang dada di ranjang setelah sang istri memuaskan hasratnya. Tatapan matanya terus menatap layar ponselnya. Samuel Wijaya, seorang CEO Wijaya Group, mengendalikan sebuah perusahaan terkemuka di Indonesia yang menjangkau berbagai sektor.
"Sayang, kenapa kamu belum tidur?" Clara bertanya dengan lembut.
Samuel, yang terus terpaku pada layar ponselnya, menjawab, "Iya sebentar lagi, sayang."
Setelah merampungkan ritual kecantikannya, langkahnya mengarah ke ranjang, dan Clara berbaring di samping suaminya. "Sedang buka apasih sayang, coba aku lihat," godanya.
Samuel, seolah tidak ingin Clara tahu isi ponselnya, dengan sigap meletakkannya di meja kecil di samping ranjang. "Hanya urusan pekerjaan, sayang, tidak penting," ucapnya dengan lembut.
Clara menyandarkan kepalanya di pundak suaminya, seolah mencari kenyamanan. "Seandainya saja kita punya anak ya, sayang. Pasti suasana rumah tidak akan sesepi ini," keluhnya pada suami.
Jemari Samuel dengan lembut mengelus rambut Clara, mencoba menenangkan hatinya. "Istriku, rumah kita sudah ramai. Ada para ART di sini, sama sekali tidak sepi," ucapnya lembut.
Clara menegaskan, "Bukan itu yang aku maksud, sayang. Jikalau kita punya anak, pasti kamu akan lebih bahagia."
Samuel tersenyum, "Kamu ini bicara apa sayang? Aku sudah sangat bahagia dan bersyukur bisa memiliki istri yang pengertian, penyayang, sabar, dan cantik sepertimu. Bidadariku ini adalah istri yang sangat sempurna."
"Tidak, sayang, aku masih punya banyak kekurangan. Apalagi... Aku seorang wanita yang mandul," desis Clara.
Mendengar ucapan itu, Samuel segera memeluk erat tubuh istrinya, "Sayang... Kamu tidak boleh bicara seperti itu! Anak bukanlah satu-satunya kebahagiaan dalam berumah tangga. Kunci dari kebahagiaan adalah kita sendiri. Kamu tidak boleh bicara soal mandul lagi, janji?"
Clara mengangguk pelan, "Iya, sayang."
Samuel melanjutkan, "Sayangku, kamu adalah istri yang selalu membuat aku kecanduan setiap malam."
Wajah Clara memerah sebab malu, "Ah, bisa saja kamu, sayang."
"Terlebih, istriku ini sangat pandai dalam urusan ranjang," goda Samuel, senyuman mencuat diwajahnya.
"Sayaangg...! Ihhh bercandanya nggak lucu," sahut malu Clara mendengar ejekan suaminya.
Kemudian, Samuel mengecup kening istrinya dengan lembut, "Bagaimana pun keadaanmu, aku akan tetap bersamamu dan menyayangimu."
"Terimakasih sayang, sebaiknya kita tidur yuk, besok aku mau joging pagi," pinta Clara.
Bersama pelukan yang erat, Clara dan Samuel dengan perlahan mata mereka terpejam, tenggelam dalam tidur yang damai di dalam selimut yang lembut pada malam itu, merajut mimpi dalam keheningan malam yang tenang dan damai. Pernikahan mereka tetap harmonis meskipun Clara mendapat vonis mandul oleh dokter kandungan. Samuel yang begitu sangat menyayangi istrinya, tidak pernah sekalipun berniat untuk meninggalkannya.
Keesokan harinya, di pagi hari yang sejuk, halaman rumah yang megah, di mana air mancur mengalir dengan gemerlap dan pepohonan cemara berjejer menjulang indah. Clara terlihat berkeringat dengan setelan training tipis yang melingkupi lekuk tubuhnya, rambutnya yang berwarna merah terikat anggun ke belakang. Sorot matanya melirik apple watch yang melekat ditangan. Seketika, ekspresi wajahnya mengerut dan seraut bibirnya mengisyaratkan rasa sesal. "Astaga... Ini sudah siang! Aku malah keasikan jogging" keluhnya.
Tanpa menunggu waktu lebih lama, Clara, dengan langkah-langkah ringan bergerak menuju pintu utama rumah. Sesaat setelah melewati ambang pintu, ia merasakan kesejukan yang menyegarkan dari pendingin udara di dalam rumah. Di antara estetika kemegahan, seorang perempuan dengan setelan maid muncul, menyapa dengan lembut, "Selamat pagi, Nyonya. Sarapan telah saya persiapkan, dan ini handuk untuk Anda" ujarnya sambil menyodorkan sehelai handuk kepada Clara. Perempuan itu bernama Nana, seorang Kepala Asisten Rumah Tangga.
Clara dengan lembut menyeka wajahnya, setelah merasakan kelembutan handuk yang diberikan oleh Nana, Clara melanjutkan langkahnya menuju kamar. Di sana, tugasnya sebagai istri terpanggil untuk membangunkan suaminya. Namun, ketika Clara memasuki kamar, dia menemukan Samuel yang sudah terjaga dari tidurnya, tengah duduk dan sibuk dengan ponselnya di sofa kamar.
Dengan senyuman yang hangat, Clara menyapa, "Selamat pagi, suamiku." Meski demikian, Samuel seakan tersentak oleh kehadiran mendadak istrinya. Dengan sigap, ia menyembunyikan ponselnya, lalu menjawab dengan senyuman malu-malu, "Ehh... Istriku... Selamat pagi juga, bidadari surgaku."
Samuel melirik istrinya dengan tatapan lembut dan bertanya, "Bagaimana jogging pagi ini, sayangku? Apakah kamu merasa kelelahan?"
Clara tertawa lembut dan membalas pertanyaan itu, "Ohhh... Sungguh menyenangkan, itulah mengapa aku sampai kesiangan begini."
"Nggak apa-apa sayang, hobi kamu itukan menyehatkan," balas Samuel, yang terus menatap layar ponsel.
"Aku akan mandi lebih dulu, ya." Senyuman Clara memancar dari bibirnya saat Clara melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
Dalam kamar mandi yang dipenuhi oleh uap, Clara menikmati air hangat yang mengucur dari shower memberikan rasa kesegaran, menghapus kelelahan dari tubuhnya. Setelah satu jam menghabiskan waktu untuk membersihkan tubuh, Clara melangkah keluar dengan mengenakan handuk piyama berwarna pastel yang memeluk tubuhnya.
Jemarinya dengan lembut meraih pengering rambut, mengisi ruangan dengan desiran angin dan bunyi hairdryer yang menyala. Setelah rambutnya dikeringkan, Clara melangkah dengan keceriaan ke dalam ruang pakaian pribadinya. Di dalam sana, hamparan pakaian desainer menjelma sebagai hutan yang memikat dan ia memilih Gucci Knit Dress sebagai pakaiannya pagi ini.
Clara melangkah keluar dari ruang pakaian, duduk di depan meja rias yang dipenuhi dengan pernak-pernik kecantikan. Memoles seluruh bagian wajahnya dengan pelembab Dior, kemudian, dengan saksama mengaplikasikan sunscreen dan sedikit liptint, tentu saja bermerek Dior.
Usai merias tipis wajahnya, Clara pun melirik Samuel melalui cermin. Ia memperhatikan suaminya yang masih asyik dengan ponsel. Suara lembut Clara memanggil, "Sayang, ayo bersiap"
Samuel tersadar oleh suara istrinya, kemudian ia tersenyum, "Eh, maaf sayang, aku malah asyik main game," seraya bergerak cepat menuju kamar mandi.
Beberapa puluh menit berlalu, Clara menunggu dengan sabar sambil menatap keindahan taman melalui jendela kamar. Akhirnya, Samuel keluar dari ruang ganti, memakai setelan jas yang membuatnya terlihat begitu elegan. Clara mendekati Samuel, memilih sebuah dasi dari laci dan memakaikan ke leher suaminya. "Terima kasih, istriku, engkaulah perempuan yang paling cantik di dunia ini" bisik Samuel dengan lembut, lalu mencium kening Clara.
Mereka berdua meninggalkan kamar dengan langkah yang seirama, menuju ke meja makan yang sudah tersedia dengan hidangan lezat untuk sarapan pagi.
***