Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Diminta Menjadi Madu

Diminta Menjadi Madu

aas

5.0
Komentar
532
Penayangan
54
Bab

Ningroem seorang istri yang di kecewakan oleh Suaminya, sering curhat pada tetangganya. Ratna yang melihat kegigihan Ningroem dalam mencari nafkah ingin sekali meringankan bebannya dengan menikahkannya dengan suaminya. Ratna meminta Ningroem untuk menjadi madunya. Namun, Ningroem selalu menolak dengan berbagai alasan. hingga suatu hari Ningroem tidak dapat berbohong lagi dan menerima permintaan Ratna. pernikahan pun di gelar sederhana. Awal menikah ia merasa sangat canggung hingga malam pertama pun terlewat begitu saja. hingga suatu hari Ratna mengetahuinya. Ratna pun membujuk Suaminya untuk menunaikan tugas sebagai suami istri. Supaya Ningroem bisa mengandung anak dari Dani. Setelah Ningroem berhasil hamil pergolakan batin Ningroem dan Ratna kian menjadi keduanya menjadi ingin saling menguasai Dani sebagai miliknya. Pada akhirnya Ratna meninggal tinggallah Ningroem sendiri yang menjadi istri Dani satu-satunya. Namun, Dani yang terbiasa hidup dengan dua istri merasa ada yang kurang jika istrinya hanya satu. Endingnya Dani menikah lagi dan Ningroem memilih mundur. Ia lebih baik menjadi janda dari pada mempunyai madu.

Bab 1 Part 1

Ningroem seorang ibu rumah tangga berusia 26 tahun. Memiliki lesung pipi di kedua pipinya, yang membuat Ningroem terlihat semakin manis. Wanita dengan lesung Pipi memiliki kulit sawo matang seperti orang Indonesia kebanyakan. Ia seorang wanita yang tidak pernah bersolek. kecantikan yang dimilikinya betul-betul alami tanpa pemutih wajah, seperti wanita modern kebanyakan.

Ningroem juga memiliki tubuh yang ramping, dengan lekuk tubuh sempurna bagaikan gitar Spanyol. Beruntunglah Bram yang mempersuntingnya. Namun, sayang wanita cantik berlesung pipit itu. Nasibnya tidak sebagus rupanya malah berbanding terbalik.

Sejak Ningroem menikah dengan seorang pria pilihannya, hidupnya menjadi sulit.

Bram pria bertubuh tinggi dengan rambut yang panjang ikal. Ia dulunya sebagai pegawai pabrik tekstil namun karena sering tidak masuk kerja pada akhirnya perusahan mengeluarkannya tidak hormat. Sekarang profesi suaminya hanya sebagai ojek online.

Bram yang Ningroem kenal dulu berbeda dengan sekarang. Setelah wanita berlesung pipi melahirkan anak keduanya. Sikap Bram mulai berubah. Pria itu mulai berubah tidak bertanggung jawab. Sering mengabaikan dirinya juga kedua anaknya.

Awal mulanya Ningroem hanya meminta uang belanja, karena sudah hampir satu Minggu Bram tidak memberikannya. Uang belanja tersebut Ningroem gunakan untuk mencukupi kebutuhan harian keluarga.

"Mas, aku minta uang untuk belanja hari ini!"

Ningroem meminta uang belanja karena uang yang diberikan Bram telah habis dipakai.

"Memang uang yang aku kasih, satu minggu seratus ribu sudah habis?"

Bram bukannya memberikan uang yang diminta Ningroem, ia malah membentak naik pitam. Sehingga Ningroem pun menjawab dengan nada ketus. Ia tidak terima di bentak oleh suaminya.

"Ya ilah Mas, uang segitu buat dua hari saja sudah habis. Mana bisa untuk satu Minggu!" sahut Ningroem tak mau kalah.

"Mas lagi gak punya uang," sahutnya ketus tanpa melirik sedikitpun ke arah Ningroem, tatapannya masih fokus menatap layar ponsel. Jarinya perlahan bergeser naik turun di atas benda pilih tipis yang berada dalam genggamannya.

"Tapi Mas, 'kan kerja masak pulang nggak bawa uang?"

Ningroem tidak percaya dengan ucapan Suaminya yang tak mau menatap ke arahnya. Pasti dia bohong berkata seperti itu pikirannya. Tapi ia bukanlah wanita bodoh yang akan diam saja di bentak oleh suaminya.

Ningroem yang mulai kesal karena dari tadi bicara tetapi tidak dihiraukan oleh Bram ---suaminya. Wanita berlesung Pipit pun menghampiri Bram. Kemudian tangannya dengan hati-hati mengambil dompet yang terselip di saku celananya. Ketika dompet sudah berpindah posisi Ningroem buru-buru membuka resleting dompet Bram. Terlihat di sana ada uang satu lembar berwarna merah.

Mirna kemudian mengambilnya seraya berkata,

"Mas ini ada."

Ningroem menunjukkan uang berwarna merah pada Suaminya. dengan mengibaskan uang berwarna merah yang berada di tangannya ke arah wajah Bram.

Pria berambut keriting terpaksa bangkit dari kursi yang didudukinya. untuk mengambil kembali uang miliknya dari tangan Ningroem dengan paksa.

"Kembalikan ini punya gue."

"Tapi Mas, aku butuh untuk beli beras dan lauk untuk hari ini. Dari pagi perutku belum diisi. Nanti air ASI-nya nggak keluar karena belum makan," ucap Mirna memberi alasan supaya sedikitnya Bram mengerti akan keadaan istrinya yang masih menyusui anaknya yang masih batita.

"Kamu itu bisanya hanya minta saja!" Hardik Bram mendelik ke arah Ningroem. Sepertinya Bram tidak suka dengan ucapan yang baru saja Ningroem lontarkan.

"Jadi Mas sudah tidak mau memberikan nafkah? itu uang untuk kamu minum-minum. tidak akan berkah," sahut Ningroem mengingatkan suaminya.

"BERISIK!" sentak Bram. Pria bertubuh tinggi itu bangkit dari duduknya kemudian ia melangkah untuk mengambil jaket kulit yang tergantung di belakang pintu. Setelah jaket itu ada di tangannya Bram keluar dengan membanting pintu.

Ningroem hanya bisa mengelus dada "Ada apakah dengan Mas Bram? sehingga bersikap kasar padanya. apakah dirinya terlalu menuntut? ah aku rasa tidak. Aku hanya memintanya uang belanja. Bukankah itu wajar dan memang kewajibannya sebagai kepala rumah tangga." bisiknya dalam hati.

Ningroem menyadari posisi dirinya di rumah hanya sebagai ibu rumah tangga. Karena ketika akan menikah Bram sendiri yang meminta Mirna untuk berhenti bekerja. Namun ketika pernikahannya sudah menginjak angka tujuh mengapa sekarang seperti ini.

Wanita berlesung pipi itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, untuk mengambil cucian yang berada di dalam bak besar yang belum di jemur. Mumpung anaknya masih tidur sebaiknya ia segera menjemurnya.

Ningroem mengangkat bak besar berwarna hitam yang berisi pakaian basah. meletakkannya di bawah lantai untuk menjemurnya di depan rumah.

Helai demi helai pakaian Ningroem jemur hingga ada seseorang yang menegurnya,

"Jemur Mbak," tanya seseorang pria.

Ningroem melirik asal suara yang menegurnya. Rupanya itu suara tetangga kontrakan, yang tempat tinggalnya kebetulan bersebelahan dengan Ningroem. Pria itu bernama Dani ia seorang pria dengan paras tampan mirip dengan penyanyi Once yang menjadi vokalis Dewa 19. Rambut lurus dengan sedikit panjang. Hidung mancung dengan sedikit kumis yang menghiasi wajahnya menambah wanita yang menatapnya pasti tidak akan bosan. Ditambah sikapnya yang ramah. Ah pokoknya di mata Ningroem, Dani adalah sosok yang sempurna.

Ningroem mengembangkan senyumnya, langsung menjawab teguran Dani,

"Iya, Mas, mumpung Denis masih tidur nanti nggak sempet kalau sudah bangun."

Ningroem melihatnya dengan sudut matanya ia tak berani menatapnya langsung. Rupanya ia sedang menikmati secangkir kopi yang dibawanya dari dalam rumah.

Wanita berlesung pipit itu melanjutkan menjemur pakaian, yang masih berada di dalam ember besar berwarna hitam. Setelah selesai Ningroem segera masuk kembali ke dalam rumah tanpa melihat Dani yang memperhatikan dirinya.

Ningroem membuka lemari dan mengambil dompet, kemudian membuka resleting dompet Tersebut terlihat hanya ada si hijau yang mengisi dompetnya.

'Hanya tinggal satu lembar, baiklah ini cukup untuk sarapan hari ini. Sebaiknya aku membeli nasi uduk dua bungkus. Yang satu bungkusnya dihargai lima ribu rupiah. Lumayan masih ada sisa sepuluh ribu. Sisanya bisa digunakan untuk membeli nasi uduk sore seumpama Mas Bram belum juga kembali.'

Ningroem berbicara di dalam hatinya. Ia harus pandai mengatur uang yang hanya sedikit, supaya cukup untuk mengganjal perutnya juga kedua anaknya hari ini.

Ningroem bergegas meninggalkan rumahnya untuk membeli dua bungkus nasi uduk yang berada di belakang kontrakan. Ia tidak boleh berlama-lama di luar, takutnya anak bungsunya bangun dan mencari dirinya.

Betul saja dugaannya Denis sudah bangun, menangis karena menyadari tidak ada ibunya di sisinya. Sedangkan kakaknya ---Fahmi masih tertidur pulas di pojokan tempat tidur.

Ningroem buru-buru masuk kedalam kamar langsung menggendong putra bungsunya.

"Cup, cup. Maaf ya, sayang. Tadi Mamah tinggal beli nasi dulu," ucap Ningroem memberikan penjelasan pada Denis. Namun pria kecil dalam gendongannya tidak paham terus saja menangis.

Ningroem membuka kain gendongan kemudian duduk di lantai untuk memberikan Asi pada Denis. Mungkin anaknya haus karena baru saja bangun tidur.

Ketika Ningroem membuka kancing baju di bagian dadanya. Denis langsung menghisap kemudian pria kecil itu diam dari tangisnya. Hanya terdengar bunyi glek yang masuk ke dalam tenggorokan.

Mirna mengusap-usap rambut pria kecil yang ada di dalam pangkuannya. Yang rambutnya basah oleh keringat.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh aas

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku