/0/26828/coverbig.jpg?v=20250909185503&imageMogr2/format/webp)
Sarah merasa hancur saat suaminya, Dimas, lebih memprioritaskan Citra, sahabatnya, daripada dirinya yang sedang mengandung. Di saat rentan itu, Citra mulai menunjukkan ambisi tersembunyi untuk merebut Dimas. Sarah kini dihadapkan pada pilihan sulit: mempertahankan pernikahannya yang rapuh, atau memperjuangkan kedamaian dan harga dirinya sendiri. Manakah jalan yang dipilih oleh Sarah?
"Aku cuma butuh kamu ada di sisiku sekarang, Mas..."
Suara Sarah bergetar, kedua tangannya gemetar memegangi perutnya yang mulai membuncit. Ia berdiri di depan pintu apartemen, wajahnya pucat, nafasnya pendek-pendek.
Dimas menoleh sambil menaruh ponselnya. "Aku baru aja anterin Citra ke dokter. Dia lagi kambuh asmanya, Sar. Kamu tahu dia tinggal sendirian."
Sarah menelan ludah. Hatinya terasa diremas.
"Aku juga lagi hamil tujuh bulan. Aku pendarahan tadi siang dan kamu malah pergi ke rumah dia?"
Dimas mendekat, tapi Sarah mundur selangkah.
"Kamu marah karena aku bantuin Citra? Bukannya kamu selalu bilang dia udah kayak saudara kita sendiri?" Dimas mengerutkan dahi, terlihat bingung dan tersinggung sekaligus.
"Saudara? Dia sahabatku, bukan istrimu. Tapi kamu lebih banyak habiskan waktu sama dia sekarang. Kenapa, Mas? Ada yang kamu sembunyikan?"
Dimas terdiam. Satu detik. Dua detik. Terlalu lama untuk disebut wajar.
"Aku capek bahas ini terus, Sar. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Citra. Kamu aja yang terlalu sensitif akhir-akhir ini."
Sarah tertawa hambar. "Ya, mungkin aku terlalu sensitif. Wajar kan? Aku hamil. Sendirian. Ditinggal suami tiap malam. Karena 'sahabatnya' butuh ditemani."
Tiba-tiba suara notifikasi ponsel Dimas berbunyi. Sarah menoleh. Nama 'Citra' terpampang di layar. Hatinya tenggelam makin dalam.
Dimas buru-buru menyembunyikan layar ponsel. Terlambat.
"Kamu tahu, Mas? Aku udah curiga dari awal. Tapi aku bodoh. Aku pikir kamu cuma kasihan sama dia. Tapi ternyata... dia lebih dari sekadar sahabat buat kamu, ya?"
Dimas tidak menjawab.
"Jawab, Mas!" bentak Sarah, matanya berkaca-kaca.
"Aku nggak pernah berniat ninggalin kamu. Tapi Citra... dia butuh aku. Dia sendiri. Dia nggak punya siapa-siapa."
"Dan aku? Aku ini apa buat kamu? Penjaga rumah? Pengasuh bayi?"
Tangis Sarah pecah. Dimas ingin memeluknya, tapi Sarah mengibaskan tangan suaminya.
"Kalau kamu memang mencintainya, bilang sekarang. Aku akan pergi. Aku nggak mau anakku lahir dalam kebohongan."
"Jangan gitu, Sar... aku bingung. Aku-"
"Kamu bingung karena kamu udah buka hati buat dua perempuan sekaligus. Tapi aku cuma punya satu pilihan. Anak ini." Sarah menatapnya dalam-dalam. "Aku akan pilih harga diriku. Dan anakku."
Dengan langkah berat, Sarah menuju kamar, meninggalkan Dimas berdiri di ruang tengah yang terasa dingin dan sepi.
Bab 1 Aku cuma butuh kamu
04/08/2025
Bab 2 Hening
04/08/2025
Bab 3 di dalam ruang tunggu klinik
04/08/2025
Bab 4 apartemen kecil
04/08/2025
Bab 5 pengunduran diri
04/08/2025
Bab 6 ketika satu masalah beres
04/08/2025
Bab 7 Senin pagi
04/08/2025
Bab 8 kado kecil berbungkus rapi
04/08/2025
Bab 9 rumah terasa sepi
04/08/2025
Bab 10 Suasana pagi di rumah kecil
04/08/2025
Bab 11 rasa kagum dan takut
04/08/2025
Bab 12 Sarah baru saja selesai menyiapkan sarapan
04/08/2025
Bab 13 Sarah kembali dari Yogyakarta
04/08/2025
Bab 14 tangan kanan Sarah
04/08/2025
Bab 15 perasaan campur aduk
04/08/2025
Bab 16 tanggung jawab
04/08/2025
Bab 17 membawa teman-temannya
04/08/2025
Bab 18 kepalanya pening
04/08/2025
Bab 19 Matanya sembab
04/08/2025
Bab 20 Sarah duduk di bangku taman
04/08/2025
Bab 21 rumah kontrakan
04/08/2025
Bab 22 Ada damai di hatinya
04/08/2025
Bab 23 memandang Arvino
04/08/2025
Bab 24 Pertemuan dengan Citra
04/08/2025
Bab 25 tertidur pulas dalam gendongannya
04/08/2025
Bab 26 rahasia apa yang disembunyikan
04/08/2025
Bab 27 penuh ketidakpastian
04/08/2025
Bab 28 membuatnya sadar
04/08/2025
Bab 29 Kamu pasti merindukan Ayahmu
04/08/2025
Bab 30 Sarah tidak berniat menyapanya
04/08/2025
Bab 31 membangunkan Dimas
04/08/2025
Bab 32 Hari ini Dimas akan datang
04/08/2025
Bab 33 deru motor anak sekolah
04/08/2025
Bab 34 Dokter Ega muncul
04/08/2025
Bab 35 ada keteguhan
04/08/2025
Bab 36 Suara dering telepon
04/08/2025
Bab 37 memeluk perut yang makin membesar
04/08/2025
Bab 38 Aira yang tertidur di pangkuannya
04/08/2025
Bab 39 Aku hanya ingin cucuku bahagia
04/08/2025
Bab 40 Rumah kecil berhalaman bunga
04/08/2025
Buku lain oleh Farrel Fabian
Selebihnya