Kau Hancurkan Lipstikku

Kau Hancurkan Lipstikku

Farrel Fabian

5.0
Komentar
156
Penayangan
52
Bab

Luna merengek minta lipstik baru saat belanja ke supermarket. Padahal Rama dan Luna sedang menghemat. Rama kesal dan marah Luna tetap membeli lipstik itu diam-diam padahal ia sudah melarangnya. Dengan kesal Rama langsung membuka lipstik yang Luna beli, dan ia coret seluruh wajah Luna dengan lipstik itu. Rama pikir Luna akan menyesal dengan apa yang ia lakukan, tapi ternyata Luna membawa sepuluh lipstik baru lagi di hadapannya dalam waktu beberapa menit saja.

Bab 1 Lipstik dan Harga Diri

Hawa supermarket sore itu sejuk, dengan iringan musik instrumental lembut yang mengalun dari speaker langit-langit. Suasana cukup ramai, tapi tidak padat. Rak-rak kosmetik yang tertata rapi menarik perhatian seorang perempuan muda yang berdiri dengan mata berbinar.

"Lihat ini, Rama!" seru Luna, menggenggam sebuah lipstik merah menyala dari rak promosi. "Shade-nya cocok banget buat kulitku, kan?"

Rama, pria yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, hanya menghela napas panjang. Tangannya masih memegang keranjang belanja berisi kebutuhan rumah tangga: sabun cuci, pasta gigi, mie instan, dan beberapa botol air mineral.

"Kita lagi ngirit, Luna," katanya, nadanya tegas. "Kamu udah punya lima lipstik di rumah. Bahkan ada yang masih belum dibuka."

"Tapi ini diskon 40%, Ra! Sayang banget dilewatkan. Lagian aku butuh buat event kantor minggu depan." Suara Luna terdengar memohon, manja, seperti biasa.

"Luna." Rama meletakkan keranjang di lantai dan menatapnya lurus. "Kamu tahu kondisi keuangan kita. Minggu lalu kamu baru beli parfum. Sekarang lipstik lagi?"

Luna memutar bola matanya dan cemberut. Ia tak menjawab, hanya mengalihkan pandangannya ke arah kasir. Dalam sekejap, ia berjalan cepat ke arah antrean sambil menyembunyikan lipstik di balik jaketnya.

Rama, yang sadar akan gelagat istrinya itu, mengikutinya dengan langkah cepat. Tapi Luna sudah lebih dulu menyerahkan uang tunai kepada kasir dan membawa plastik kecil berisi lipstik barunya.

"Luna!" seru Rama begitu mereka tiba di parkiran. "Kamu pikir aku nggak lihat? Kamu tetap beli meskipun aku larang!"

"Rama, cuma satu lipstik. Nggak sampe seratus ribu. Kenapa sih kamu kayak-"

Belum selesai Luna bicara, Rama merebut lipstik itu dari tangannya. Dengan kasar, ia membuka tutupnya dan memutar batang lipstik merah itu hingga penuh, lalu...

"Sret!"

Ditariknya garis merah menyala dari pipi kiri ke pipi kanan Luna. Kemudian ia menggambar lingkaran besar di dahi, mencoret bibir Luna sendiri dengan penuh kemarahan.

"Kalau kamu pengen banget pake lipstik ini, ya udah! Nih, puas?!"

Luna terkejut. Matanya membelalak, bukan karena takut, tapi karena tak percaya Rama benar-benar melakukannya. Orang-orang di parkiran mulai memperhatikan. Tapi Luna tidak menangis, tidak berteriak. Ia hanya diam, wajahnya memerah bukan karena malu, tapi karena marah.

Beberapa detik kemudian, Luna merogoh tasnya. Dengan penuh percaya diri, ia mengeluarkan satu kantong plastik kecil. Lalu satu lagi. Dan satu lagi.

Totalnya ada sepuluh lipstik, semua warna berbeda.

"Kamu pikir aku cuma beli satu?" kata Luna, tersenyum sinis. "Aku beli semua warna yang diskon. Mau coret semua ke wajahku juga?"

Rama terpaku.

Luna mengangkat dagunya tinggi-tinggi, seolah menunjukkan bahwa harga dirinya lebih mahal dari lipstik manapun. Ia berjalan meninggalkan Rama begitu saja, dengan wajah masih tercoret, tapi langkah yang penuh kemenangan.

Rama (dalam hati):

"Aku cuma ingin dia belajar untuk menahan diri. Tapi kenapa justru aku yang merasa seperti pecundang sekarang?"

Luna (menatap kaca spion mobil, melihat wajahnya):

"Dia pikir dia bisa mempermalukan aku? Dia belum tahu siapa Luna sebenarnya."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Farrel Fabian

Selebihnya

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Kau Hancurkan Lipstikku
1

Bab 1 Lipstik dan Harga Diri

03/08/2025

2

Bab 2 mengingatkan suaminya

03/08/2025

3

Bab 3 Minggu pagi biasanya menjadi waktu yang ditunggu Luna dan Rama

03/08/2025

4

Bab 4 Ruang Hati

03/08/2025

5

Bab 5 Hari Minggu itu seharusnya menjadi hari istirahat

03/08/2025

6

Bab 6 perut yang terasa mual

03/08/2025

7

Bab 7 melihat Luna berdiri di dapur

03/08/2025

8

Bab 8 ketakutan

03/08/2025

9

Bab 9 halaman rumah kontrakan

03/08/2025

10

Bab 10 memasuki bulan ke sembilan

03/08/2025

11

Bab 11 Tiga bulan telah berlalu sejak kepergian Sinta

03/08/2025

12

Bab 12 kehidupan tidak selamanya datar

03/08/2025

13

Bab 13 Salah satu staf mendekatinya

03/08/2025

14

Bab 14 Suasana rumah terasa lebih hidup sejak Rama pulang

03/08/2025

15

Bab 15 kuliahnya berjalan lancar

03/08/2025

16

Bab 16 Luna membuka toko lebih awal

03/08/2025

17

Bab 17 keluarga kecilnya

03/08/2025

18

Bab 18 semangat saat rapat

03/08/2025

19

Bab 19 sekolah Rayan mulai menunjukkan penerimaan

03/08/2025

20

Bab 20 kotak besar

03/08/2025

21

Bab 21 Bukan karena kenalan Mama

03/08/2025

22

Bab 22 kunjungan kerja

03/08/2025

23

Bab 23 Pemulihannya

03/08/2025

24

Bab 24 kantuk masih jauh dari matanya

03/08/2025

25

Bab 25 Wartawan silih berganti

03/08/2025

26

Bab 26 Setiap detik bersama

03/08/2025

27

Bab 27 Suara klik kamera

03/08/2025

28

Bab 28 selesaikan semuanya

03/08/2025

29

Bab 29 bersembunyi

03/08/2025

30

Bab 30 Kaki Luna gemetar

03/08/2025

31

Bab 31 Di seberang meja

03/08/2025

32

Bab 32 Kamu yakin

03/08/2025

33

Bab 33 pikirannya mengembara

03/08/2025

34

Bab 34 melainkan rumah megah tiga lantai

03/08/2025

35

Bab 35 Satu per satu nama terbuka

03/08/2025

36

Bab 36 Kita harus terus periksa

03/08/2025

37

Bab 37 menunggu sesuatu yang besar terjadi

03/08/2025

38

Bab 38 membayangi

03/08/2025

39

Bab 39 Mereka lagi berusaha

03/08/2025

40

Bab 40 Luna terduduk lemas

03/08/2025