icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kau Hancurkan Lipstikku

Bab 2 mengingatkan suaminya

Jumlah Kata:944    |    Dirilis Pada: 03/08/2025

asuk tanpa bicara. Wajahnya masih memiliki sisa bekas lipstik yang belum sempat ia bersihkan, sen

an sedikit tenaga lebih. Ia meletakkan kunci motor ke meja

elan-pelan, bukan untuk merapikan, tapi menahan diri. Ia

anyanya setengah berteriak, setengah gemetar, saa

r. "Kamu terlalu keras

Oke, itu hak kamu buat ngomel. Tapi kamu coret-coret wajahku di depan umum, Rama! Di depan banyak ora

prinsip! Kita lagi nyusun rencana keuangan-kamu janji nggak boros, tapi kamu terus-

permalukan aku itu bikin k

n pasangan yang egois dan n

ni

cap di dada Luna. Ia terduduk perlah

napa kamu nikahi aku dulu, Rama?" Su

igi, seolah kalimat itu tak adil

orang yang egois, yang cuma mikirin belanja dan penamp

hatian. Dulu kamu sabar. Sekarang kamu cuma bisa marah, nyuruh,

Tak ada pelukan. Tak ada ucapan selamat malam. Yang ada hanyalah pung

i H

an cermin kamar mandi, menatap wajahnya lama. Bekas coretan

ni, yang dihina tapi tetap

buka perlahan. Warna peach lembut. Bukan untuk kantor. B

an tipis

bahagia dengan warna ini...

k menyapa. Ia hanya menoleh sekilas saat L

k siang,"

ngguk. "Ak

tuh bica

ra. Aku udah ngomong

ekat, mencoba menge

iri, mengambil tas kerja

kamu sendiri, aku nggak bisa ikut. Aku ca

intu te

r dan

nya, walau senyumnya terasa lebih tipis. T

, Lun. Kamu b

ial," jawab

menyiapkan materi presentasi. Tapi pikirannya terus melayang ke rumah, k

n. Biasanya ia ramai bersama dua rekan kerj

i mereka, Maya

Kelihatan be

ek. Banya

iba-tiba. "Kalau udah sampai titik kamu nggak bisa

ya, kaget dengan ke

ahu dar

k kemarin di parkiran?

Ia malu. Tapi

am

angkah berat. Di meja makan, ada sepiring nasi gor

tidur?" tany

udah m

uk. Mengambil sendok. T

sel," ucapn

a d

ena aku takut. Takut kita nggak bisa teru

ut kehilangan uang. Aku takut kehilangan diriku sen

saling

a suara tinggi. Tanpa saling menyalahkan. Hanya dua orang yang sedan

g Sem

nggu b

mereka yang mempermasalahkannya lagi. Luna menggunakannya s

reka. Bahwa cinta bukan soal seberapa hemat atau seberapa m

duduk di balkon rumah sambil

i. Kalau aku bahagia, aku nggak butuh warna mencolok. Tapi

nggam tanga

engen jadi warna tenan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Lipstik dan Harga Diri2 Bab 2 mengingatkan suaminya3 Bab 3 Minggu pagi biasanya menjadi waktu yang ditunggu Luna dan Rama4 Bab 4 Ruang Hati5 Bab 5 Hari Minggu itu seharusnya menjadi hari istirahat6 Bab 6 perut yang terasa mual7 Bab 7 melihat Luna berdiri di dapur8 Bab 8 ketakutan9 Bab 9 halaman rumah kontrakan10 Bab 10 memasuki bulan ke sembilan11 Bab 11 Tiga bulan telah berlalu sejak kepergian Sinta12 Bab 12 kehidupan tidak selamanya datar13 Bab 13 Salah satu staf mendekatinya14 Bab 14 Suasana rumah terasa lebih hidup sejak Rama pulang15 Bab 15 kuliahnya berjalan lancar16 Bab 16 Luna membuka toko lebih awal17 Bab 17 keluarga kecilnya18 Bab 18 semangat saat rapat19 Bab 19 sekolah Rayan mulai menunjukkan penerimaan20 Bab 20 kotak besar21 Bab 21 Bukan karena kenalan Mama22 Bab 22 kunjungan kerja23 Bab 23 Pemulihannya24 Bab 24 kantuk masih jauh dari matanya25 Bab 25 Wartawan silih berganti26 Bab 26 Setiap detik bersama27 Bab 27 Suara klik kamera28 Bab 28 selesaikan semuanya29 Bab 29 bersembunyi30 Bab 30 Kaki Luna gemetar31 Bab 31 Di seberang meja32 Bab 32 Kamu yakin33 Bab 33 pikirannya mengembara34 Bab 34 melainkan rumah megah tiga lantai35 Bab 35 Satu per satu nama terbuka36 Bab 36 Kita harus terus periksa37 Bab 37 menunggu sesuatu yang besar terjadi38 Bab 38 membayangi39 Bab 39 Mereka lagi berusaha40 Bab 40 Luna terduduk lemas41 Bab 41 kebohongan terbesar42 Bab 42 Luna dengan headline43 Bab 43 Ruangan44 Bab 44 rapat rahasia45 Bab 45 perjuangannya46 Bab 46 ruang tahanan47 Bab 47 fisik yang lelah48 Bab 48 Luna terbangun oleh suara49 Bab 49 Di belakangnya50 Bab 50 semangatnya51 Bab 51 menghangatkan52 Bab 52 saksi dari kalangan