Kau Pilih Dia Saat Aku Mengandung Anakmu
la Dimas seperti ledakan. Ia terduduk di sofa, tubuhnya
ni
inding dan suara is
mbasahi sarung bantal. Ia mencoba menahan isak, takut Dimas mendengarnya
enjauh. Dulu, Dimas rajin menemaninya kontrol kandungan, memijat punggungnya saat ia merasa sakit,
jak Citra datang ke
n Dimas. Namun, dulu Sarah pikir, Citra tak pernah tertarik pada Dimas. Mereka bertiga akrab sepe
bulan lalu masi
i beberapa hari? Aku baru pindah ke
h senang, tentu saja. Ia bahkan memeluk Citra sambil tertawa. "Akhirnya! Aku ka
memberi pelukan singkat. Tapi
mas tidak di tempat tidur. Saat ia mencari, suaminya sedang du
rjaan dan teman lama, Sar.
encoba
aan itu perla
Ia menyiapkan sarapan sederhana-telur rebus, bubur oatmeal, dan teh hangat. Buk
rat Dimas terdeng
oleh. Ia fokus pada
bingung harus bagaimana. Aku n
ong Sarah datar. Ia menoleh pelan, wajahnya lela
iapa-siapa. Ayahnya baru meninggal. Kamu
ng sehat. Kamu suami orang, Mas. Dan dia tahu itu. Tapi d
enilai. Kamu gak tahu
parfumku. Aku tahu dia pernah ngintip isi kamar kita. Aku tahu d
Kali ini ia tak
gu ini. Aku butuh waktu miki
a, lalu pelan-pelan m
ninggalin
s. Ini tempat pertar
ng jalan, Sarah diam menatap ke luar jendela. Jakarta yang ramai mendadak teras
Bu Rini menyambut de
Ada apa? Dimas gim
uk ibunya erat, l
a, Sarah duduk di teras. Tangannya men
ur rumah tangga kamu. Tapi kalau kamu udah ka
sendiri. Aku pikir pernikahan i
harus memilih bukan antara bertahan atau pergi. Tapi antara me
orsatukan Dimas. Bahkan saat Dimas mulai berubah, ia tetap berusa
tenang. Ia mulai menulis jurnal kehamilan lagi
enghubungi. Puluhan pesan dan panggilan tak pern
ut Dimas darimu. Tapi aku gak bisa bohong... aku ja
itu sambil gemetar
nt
cinta bisa memben
nomor tak dikenal masuk. Sarah ragu m
al
ra. Aku mau pindah ke Bali. Aku gak tahan lagi. Aku tahu aku
h te
u tetap terus mendekat ke suami
seseorang. Dan Dimas ada di sana. Dia baik
t. Sahabat gak menusuk dari
terdengar
. Tapi aku juga
l
n. Tangannya dingin,
kan alasan untuk me
as datang. Ia berdiri di depan pag
h, Sar. Aku sadar. Aku bodoh karena gak jaga kamu dan bayi ki
mbang pintu. Ia ta
k. Luka ini dalam, Mas. Aku gak bisa cuma
uktikan. Tiap hari, tiap detik. Aku akan tebus
antung di an
k menemukan jawaban pasti. Tapi satu hal yang ia tahu, dia tak bisa terburu
n temani aku kontrol kandungan besok. Tapi
meng
Aku akan
duk berdampingan. Tak ada kata manis, tak ada pelukan. Hanya keheningan yang hangat, dan ta
melihat mata Di
kita, ya?" bi
untuk pertama kalinya, ha
luka akan bena
alan yang cepat lepas sa
akan berjalan perlahan. Un
idupan yang m