/0/26730/coverbig.jpg?v=20250909182534&imageMogr2/format/webp)
Anjani masih menanti kabar suaminya, Prakasa, seorang prajurit yang dinyatakan hilang di Papua. Hatinya perih digantung ketidakpastian. Namun, cobaan lain datang saat adiknya, Kirana, yang baru saja dinikahkan dengan Arjuna, malah kabur bersama kekasih lamanya. Demi menjaga kehormatan keluarga, Anjani, yang baru saja resmi berstatus janda, terpaksa menggantikan posisi Kirana. Dia harus menikah dengan Arjuna. Pernikahan ini dipenuhi dengan rasa benci dari pihak Arjuna dan keluarganya. Mereka tidak pernah tahu bahwa Anjani adalah seorang dokter spesialis anak yang berdedikasi. Mereka hanya memandangnya sebagai janda biasa, yang mereka kira hanya akan mengejar harta. Akibatnya, Anjani selalu mendapat perlakuan sinis dan kejam. Lalu, akan seperti apa kelanjutan pernikahan mereka saat Prakasa, sang suami yang hilang, tiba-tiba kembali dalam keadaan sehat? Akankah Arjuna, seiring waktu, jatuh cinta pada Anjani yang selama ini disalahpahami, atau justru melepaskannya? Dan bagaimana status pernikahan Anjani dan Arjuna di mata hukum serta negara, mengingat Anjani secara sah masih berstatus istri Prakasa sebelum berita kehilangannya?
Langkah kaki Anjani menggema di lorong rumah besar milik keluarga Arjuna. Suasana mencekam menyambutnya sejak ia turun dari mobil. Tak ada sambutan hangat, tak ada senyum ramah. Hanya sorot mata curiga dan bisikan lirih dari para kerabat yang hadir di acara pernikahannya-pernikahan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Di ruang tamu, ibu Arjuna, Ny. Ratmi, duduk dengan tegak dan dingin. Wajahnya kaku, nyaris tanpa ekspresi saat melihat Anjani memasuki ruangan dengan kebaya putih sederhana yang dikenakan terburu-buru.
"Apa kamu yakin ingin melanjutkan ini, Nja?" bisik Pak Wiryo, ayah Anjani, pelan di telinganya.
Anjani menelan ludah. "Ini demi Kirana... dan demi nama baik keluarga kita, Pak."
Pak Wiryo mengangguk lirih, lalu mundur pelan memberi ruang bagi putrinya untuk duduk di sebelah Arjuna, yang juga tampak gelisah. Jas abu-abunya rapi, tetapi sorot matanya dingin, menusuk.
"Aku tidak meminta ini," bisik Arjuna tanpa menoleh.
"Aku juga tidak," balas Anjani lembut.
Suara penghulu memecah keheningan.
"Dengan maskawin seperangkat alat salat dan emas dua gram, tunai-saya nikahkan..."
Kalimat itu menggantung sejenak di telinga Anjani. Tubuhnya terasa ringan, seperti bukan miliknya. Ia sempat melirik tangan Arjuna yang mengepal erat, rahangnya mengeras, tetapi ia tetap menjawab dengan tegas,
"Saya terima nikahnya Anjani binti Wiryo dengan maskawin tersebut, tunai."
Dan seketika, takdir baru dimulai.
Beberapa jam kemudian, suasana rumah mulai sepi. Para tamu telah pulang, dan Anjani duduk sendirian di kamar pengantin. Ruangan itu wangi melati, tapi terasa dingin dan asing. Ia melepas anting satu per satu, menatap bayangan dirinya di cermin.
Pintu terbuka dengan kasar.
"Kau bisa tidur di sofa. Jangan harap aku akan menyentuhmu," suara Arjuna terdengar tajam.
Anjani menoleh, namun tak menjawab.
"Kenapa diam?" ejek Arjuna. "Atau kamu berharap aku cepat jatuh cinta padamu seperti dalam sinetron murahan itu?"
Anjani bangkit perlahan. "Aku tidak butuh cintamu. Aku hanya ingin kamu menjaga nama baik adikku."
"Adikmu kabur seperti pengecut. Dan kamu-" Arjuna mendekat satu langkah, "-datang sebagai pahlawan, ya?"
"Kalau aku tidak datang, seluruh keluarga akan dipermalukan. Kamu tahu sendiri betapa orang-orang akan memperbincangkan ini."
Arjuna mendengus. "Jangan terlalu percaya diri. Kamu mungkin berhasil menipuku hari ini, tapi jangan pernah berharap aku akan menganggapmu istri."
"Bagiku, pernikahan ini bukan permainan."
"Dan bagiku, ini hukuman."
Arjuna meninggalkan ruangan dengan pintu terbanting.
Anjani berdiri membeku. Matanya panas, tapi tak setetes pun air mata jatuh. Ia sudah cukup lama menangis untuk hidupnya yang tak pasti-tentang Prakasa, tentang Kirana, dan sekarang, tentang Arjuna.
Tapi malam ini, ia membuat satu janji baru dalam hati:
Jika takdir sudah memilihnya menjadi istri yang tak diinginkan, maka ia akan menjadi istri yang tak bisa dilupakan.
Bab 1 Pernikahan Pengganti
30/07/2025
Bab 2 Pagi pertama sebagai istri
30/07/2025
Bab 3 Jika Prakasa benar-benar kembali
30/07/2025
Bab 4 Memilih dengan Hati
30/07/2025
Bab 5 Hari pernikahan ulang
30/07/2025
Bab 6 Pagi-pagi sudah masak sop
30/07/2025
Bab 7 Anjani terbangun dengan rasa nyeri
30/07/2025
Bab 8 Suara tangisan
30/07/2025
Bab 9 Suara alarm ponsel berbunyi
30/07/2025
Bab 10 Anjani yang sedang memandikan Arkana
30/07/2025
Bab 11 menggendong anaknya yang mulai rewel
30/07/2025
Bab 12 Mama masak buat kita pagi ini
30/07/2025
Bab 13 Kita mulai kecil dulu
30/07/2025
Bab 14 Bangunan tua bercat putih
30/07/2025
Bab 15 Anjani duduk di sofa
30/07/2025
Bab 16 hatinya agak gelisah
30/07/2025
Bab 17 kepulangannya dari Rumah
30/07/2025
Bab 18 jangan diam seperti itu
30/07/2025
Bab 19 menatap surat pernyataan medis
30/07/2025
Bab 20 pengajuan alat USG
30/07/2025
Bab 21 mengenakan jaket wol coklat
30/07/2025
Bab 22 membuat hatinya hangat
30/07/2025
Bab 23 Sudah hampir tiga bulan
30/07/2025
Bab 24 membuat suasana menjadi damai
30/07/2025
Bab 25 menenangkan hati
30/07/2025
Bab 26 pengasuhan
30/07/2025
Bab 27 ketenangan
30/07/2025
Bab 28 ada yang datang
30/07/2025
Bab 29 suara tangis kecil
30/07/2025
Bab 30 bersyukur
30/07/2025
Bab 31 melahirkan anak ketiganya
30/07/2025
Bab 32 Anjani baru saja selesai memeriksa balita
30/07/2025
Bab 33 Kehilangan Kirana
30/07/2025
Bab 34 Arjuna muncul dari dalam klinik
30/07/2025
Bab 35 berkeliling mengawasi persiapan
30/07/2025
Bab 36 Ada kabar
30/07/2025
Bab 37 kebohongan dalam laporan
30/07/2025
Bab 38 saya sudah kumpulkan semua data
30/07/2025
Bab 39 Anjani baru saja selesai memeriksa
30/07/2025
Bab 40 Suaminya jadi lebih sering menghabiskan waktu di luar
30/07/2025
Buku lain oleh Raka adhitya
Selebihnya