Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat

Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat

Setia_AM

5.0
Komentar
3.4K
Penayangan
51
Bab

"Ini makanan sisa untukmu, cepat habiskan!" Marcel melirik piring-piring yang berisi ceceran nasi yang tidak utuh, tulang-belulang ayam yang masih melekat dagingnya sedikit, dan juga sayur sop yang tinggal kuahnya saja. "Makan di lantai, seperti biasa." Marcel menunduk dan menatap istrinya, Shirley. "Kamu tega suruh aku menghabiskan makanan sisa dari saudara-saudaramu?" tanya Marcel dengan nada protes, sementara wajahnya mengernyit enggan ke arah piring-piring itu. Penindasan yang Marcel alami membuatnya ingin mengakhiri hidup dengan menenggak formula ciptaan orang tuanya. Namun, dia tidak tewas melainkan berubah menjadi kuat! Akankah keluarga istrinya minta ampun? follow, like, komen, dan share kalau suka! @setia_am

Bab 1 Makanan Sisa untuk Marcel

"Ini makanan sisa untukmu, cepat habiskan!"

Marcel melirik piring-piring yang berisi ceceran nasi yang tidak utuh, tulang-belulang ayam yang masih melekat dagingnya sedikit, dan juga sayur sop yang tinggal kuahnya saja.

"Makan di lantai, seperti biasa."

Marcel menunduk dan menatap istrinya, Shirley.

"Kamu tega suruh aku menghabiskan makanan sisa dari saudara-saudaramu?" tanya Marcel dengan nada protes, sementara wajahnya mengernyit enggan ke arah piring-piring itu.

"Memangnya kenapa?" balas Shirley dengan alis terangkat sebelah. "Kemarin-kemarin juga begitu kan? Makan saja, daripada kamu mati-itu akan lebih merepotkan dibandingkan ayah ibu kamu yang lari tanpa tanggung jawab."

Marcel mengepalkan tangannya. Ingin sekali dia melawan, tapi tidak bisa. Karena orang tuanya yang gagal dalam penelitian, Marcel terjebak dalam ikatan pernikahan dengan Shirley harus menebus seluruh kerugian yang diderita keluarga Delvino dengan mengabdikan seluruh hidupnya.

"Aku tidak mau makan hidangan sisa kakak-kakakmu," kata Marcel datar, lebih baik dia mati kelaparan daripada mati keracunan karena menyantap makanan sisa itu lagi.

"Ini masih enak, dan ini makanan baru!" hardik Shirley sambil membanting salah satu piring di atas meja, membuat bunyi gebrakan yang menyakitkan telinga.

Juga sekaligus menggores harga diri Marcel sebagai seorang suami.

"Sisa makanan baru maksud kamu?" tanya Marcel memperjelas. "Tetap saja aku tidak akan makan."

Shirley melotot dengan mata terarah kepada Marcel.

"Sejak kapan kamu boleh bantah aku?" balas Shirley. "Kamu di sini itu untuk menebus kerugian yang sudah ditimbulkan kedua orang tua kamu! Kalau bukan karena mereka, ayah ibu aku tidak akan kehilangan banyak uang gara-gara penelitian bodoh kalian!"

Marcel hanya bisa diam karena memang dia sudah dijadikan penebus kesalahan yang dilakukan orang tuanya. Dia ia dilarang melawan apa pun yang menjadi kehendak keluarga Delvino, termasuk anak-anak mereka yang kelakuannya tidak memiliki adab.

"Kamu harus makan karena aku tidak mau kamu sakit," tegas Shirley lagi. "Kalau kamu sakit apalagi mati, maka kami akan menderita kerugian lebih besar lagi."

Belum sempat Marcel menanggapi, beberapa orang laki-laki memasuki dapur dengan langkah-langkah cepat.

"Apa ini?"

"Kenapa meja makan masih berantakan?"

Shirley menoleh ke arah keempat kakak laki-lakinya.

"Oh, ternyata si bodoh itu belum makan juga dari tadi ...."

"Tunggu dulu, Kak!" cegah Shirley ketika salah satu kakaknya, Ronnie, akan melempar Marcel dengan segayung kuah sop yang penuh lemak. "Aku sedang berusaha membujuknya!"

Marcel berdiri membeku ketika Ronnie dan adik-adiknya yang lain maju mendekati titik di mana dirinya berada bersama Shirley.

"Makan ini!" perintah Ronnie tegas tanpa bisa dibantah.

"Aku tidak mau," geleng Marcel lirih.

"Berani kamu menolak?" tanya Ronnie dengan seringai bengis. "Kami tidak mau kalau kamu sampai sakit! Jadi cepat makan, setelah itu kerja!"

Marcel tetap berdiri bergeming.

"Kamu itu sudah miskin, ditinggal orang tua, masih bisa-bisanya sombong dan tidak tahu diri!" sembur kakak Shirley yang lain, Ciko. "Ingat kalau kamu harus membayar semua kerugian yang ditimbulkan ayah ibu kamu!"

Marcel merasakan telinganya memanas, tapi dia tidak memiliki daya untuk melawan sikap semena-mena saudara iparnya.

"Sudah, pegangi saja dia!" suruh Ronnie sambil menoleh ke arah adik-adiknya.

"Kak, jangan dikeroyok!" cegah Shirley dengan wajah tegang.

"Kamu ngapain bela suami kamu ini? Mulai jatuh hati sama dia, ya?" ejek Ciko yang lebih dulu maju untuk membelenggu Marcel.

"Mau apa kalian?" tanya Marcel saat keempat kakak laki-laki Shirley mendekat padanya.

"Kan sudah aku bilang tadi, kamu makan saja!" sergah Shirley. Bukan dia mengkhawatirkan kondisi suaminya kalau sampai dikeroyok, tapi lebih kepada risiko yang akan didapatkan mereka semua kalau Marcel sampai kenapa-napa.

"Kalian keterlaluan ...!" Marcel belum selesai berucap, tapi Ronnie sudah keburu menempeleng kepalanya dengan keras. "Ciko, ambil sisa nasi di piring itu! Yang lain pegangi dia!" perintah Ronnie.

Suasana di dapur milik keluarga Delvino seketika berubah riuh, apalagi ketika Marcel yang berontak dan sukses diredam oleh cengkeraman kakak-kakak iparnya.

Ronnie yang merupakan anak tertua segera menyodorkan sesendok nasi ke dekat bibir Marcel yang terkatup rapat.

"Makan!" gertak Ronnie dengan nada perintah yang mengintimidasi.

"Aku tidak mau, aku tidak lapar!" sahut Marcel menolak.

"Ini makanan banyak yang sisa lho, kamu jangan menyia-nyiakan rejeki!" cemooh Ciko sambil mencengkeram rahang Marvel dan memaksanya untuk membuka mulut.

"Kak, hentikan itu!" cegah Shirley berulang-ulang. "Aku masih bisa memaksanya dengan caraku sendiri seperti biasanya! Kalau dia lapar, dia pasti akan makan mau tidak mau!"

"Ck, berisi kamu!" Ronnie berdecak kepada adik bungsunya. "Kasih dia duduk di kursi."

Ciko dan dua orang lainnya segera menyeret Marcel dan mendudukkannya dengan paksa di salah satu kursi yang ada.

Ronnie langsung membanting piring hingga beberapa nasinya terpercik ke permukaan meja. Kali ini tanpa menggunakan sendok, dia berniat memaksa Marvel untuk memakan habis semua sisa hidangan yang tadi disantap keluarganya.

"Makan!" Ronnie dengan tega meraup sekepal nasi menggunakan tangannya dan menjejalkan nasi itu ke mulut Marcel yang dipaksa untuk terbuka.

"Telan!" suruh Ciko sambil mencengkeram rahang Marcel semakin erat.

"Kak, sudah! Nanti dia bisa mati tersedak!" cicit Shirley yang tidak sampai hati melihat suaminya dikerjai kakak-kakaknya sedemikian rupa.

"Jangan ikut campur kamu!" gertak Ronnie. "Dia harus dikasih makan, biar ada tenaga untuk kerja!"

"Tapi ... ayah sama ibu juga tidak akan setuju dengan perbuatan kalian!" seru Shirley gusar.

Marcel harus susah payah menahan napas sementara rongga dadanya mulai terasa sesak.

Kalaupun harus mati, dia rela mati sekarang daripada harus menebus utang-utang yang ditinggalkan orang tuanya dengan cara seperti ini.

Setelah memastikan Marcel tak berdaya, Ronnie menyodorkan tulang belulang ayam yang masih menempel sedikit dagingnya dan meraupkannya ke mulut adik ipar.

"Kak, sudah!" seru Shirley sambil mengentakkan kakinya, sementara Ronnie dan yang lain tertawa menyaksikan Marcel kesulitan menelan semua makanan sisa itu.

Di tengah kekacauan itu, Shirley hanya bisa berdiri pasrah karena tidak mampu menghentikan kegilaan kakak-kakaknya.

Setelah puas menyiksa Marcel, Ronnie segera meminta adik-adiknya yang lain untuk meninggalkan dapur.

"Lain kali suruh suami kamu jangan bertingkah lagi," kata Ronnie dengan wajah puas.

"Minta dia untuk tahu diri sedikit, makan tidur masih numpang saja banyak gaya!" Ciko menimpali.

Shirley memajukan bibirnya tapi tidak berkata apa-apa ketika satu per satu kakaknya pergi meninggalkan dapur.

"Apa aku bilang?" cecar Shirley ketika Marcel merangkak terbungkuk-bungkuk sambil menahan perasaan ingin muntah. "Makanya kalau disuruh makan itu makan, bandel amat kalau dikasih tahu!"

Tanpa belas kasihan dan rasa hormat sedikitpun terhadap suaminya, Shirley memercikkan sisa air teh ke punggung Marcel. Setelah itu dia pergi meninggalkan dapur yang kondisinya sudah tidak keruan.

Marcel merasakan perutnya bergolak, piring-piring yang berserakan di atas meja menjadi saksi bisu saat dia muntah di tempat sampah yang terbuka.

Bersambung-

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Setia_AM

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.8

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat
1

Bab 1 Makanan Sisa untuk Marcel

25/12/2023

2

Bab 2 Aku Masih Hidup

25/12/2023

3

Bab 3 Menantu Penebus Utang

25/12/2023

4

Bab 4 Ilmuwan yang Menjadi Gila

25/12/2023

5

Bab 5 Lebih dari Sepuluh Milyar!

27/12/2023

6

Bab 6 Aku Akan Balas Mereka

27/12/2023

7

Bab 7 Orang Tua Kamu Gagal Total

27/12/2023

8

Bab 8 Memberikan Makanan Sisa

27/12/2023

9

Bab 9 Hentikan Hinaan Kamu!

27/12/2023

10

Bab 10 Cairan Apa Itu

27/12/2023

11

Bab 11 Kamu Tidak Protes

11/01/2024

12

Bab 12 Pernah Berhasrat

11/01/2024

13

Bab 13 Kenapa Bisa Selamat

12/01/2024

14

Bab 14 Minta Sampel Darah

12/01/2024

15

Bab 15 Memperpanjang Umur

13/01/2024

16

Bab 16 Dicampur dengan Larutan

13/01/2024

17

Bab 17 Marcel Mengacaukan Ketenangan

14/01/2024

18

Bab 18 Memiliki Harga Diri

14/01/2024

19

Bab 19 Memulihkan Stamina

14/01/2024

20

Bab 20 Wilayah Kekuasaan Marcel

14/01/2024

21

Bab 21 Gejala Tidak Biasa

15/01/2024

22

Bab 22 Kedipan Elang

16/01/2024

23

Bab 23 Tidak Mencintai Shirley

17/01/2024

24

Bab 24 Pintar-pintarlah Merayu

18/01/2024

25

Bab 25 Menemukan Sesuatu

19/01/2024

26

Bab 26 Hanya Butuh Tenaga Kamu

20/01/2024

27

Bab 27 Memproduksi dalam Jumlah Banyak

22/01/2024

28

Bab 28 Menjalin Kerja Sama

23/01/2024

29

Bab 29 Menikmati Jerih Payah Marcel

25/01/2024

30

Bab 30 Istri yang Tidak Hormat

28/01/2024

31

Bab 31 Tidak Mau Bohong

30/01/2024

32

Bab 32 Melanjutkan Cita-cita

31/01/2024

33

Bab 33 Istrinya Tidak Pulang

14/02/2024

34

Bab 34 Aku Ini Siapa

20/05/2024

35

Bab 35 Kamu Kurang Panas

03/07/2024

36

Bab 36 Harga yang Harus Aku Bayar

07/07/2024

37

Bab 37 Menghadapi Penghinaan

10/07/2024

38

Bab 38 Tidak Menyingkir Juga

12/07/2024

39

Bab 39 Tidak Mau Cerai

13/07/2024

40

Bab 40 Marcel Pintar Cari Uang

15/07/2024