Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)

Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)

bonamija(Mondi)

5.0
Komentar
3.8K
Penayangan
24
Bab

Tubuh Ara gemetar sangat hebat saat kata talak keluar begitu saja dari mulut Revan, suaminya. Mata laki-laki itu memerah sempurna saat ini. Menandakan amarahnya belum kunjung reda. Pertengkaran mereka dipicu kesalahpahaman dan Revan tidak mau mendengar penjelasan Ara terlebih dahulu. "Kamu! Meskipun kaya dan cantik, aku tidak akan sudi menyentuh wanita hina sepertimu. Talak adalah cara terbaik agar aku dijauhkan dari manusia jahat sepertimu! Kamu pasti iri dengan kehamilan Mayang 'kan? Kamu juga iri karena aku belum pernah menyentuhmu sama sekali selama kita menikah!" Revan sangat marah saat ini. "Ma-mas ... itu tidak seperti yang kamu pikirkan. Dengarkanlah penjelasan aku. Aku sama sekali tidak tahu tentang obat itu!" Ara menjerit penuh kesakitan saat mengatakan pada Revan. Semua terjadi begitu saja. Mayang kini terbaring di rumah sakit karena pendarahan hebat. Ara sama sekali tidak tahu dengan obat yang ditemukan di kamar miliknya oleh Revan. Ia bahkan sama sekali belum pernah melihatnya. Botol obat itu sangat asing baginya. "Aku akan mengurus perceraian ini. Aku tidak lagi peduli jika keluargamu mengambil saham dan menarik semua kerja sama itu. Yang pasti kamu akan berurusan dengan polisi dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Rasa iri dan dengki kamu membuat kamu lupa diri. Aku semakin tidak bisa menerima kehadiranmu saat ini. Kamu tahu, Mayang lebih baik dari kamu. Dia yang selalu8 memintaku untuk bersama kamu. Aku jijik saat bersamamu, hanya demi melihat senyum di wajahnya aku terpaksa setuju. Jangan dulu besar kepala saat aku berusaha bersama denganmu!" Revan menyakiti hati Ara dengan kejam. Ara terhuyung ke belakang. Tubuhnya hampir saja roboh jika Bik Ijah tidak membantunya berdiri. Air mata itu terus mengalir deras pada pipi mulusnya. Sungguh, ia tidak pernah menyangka jika Revan mengatakan hal sangat menyakiti hatinya saat ini. Pengorbanannya hanyalah sia-sia saat ini. Lalu, siapakah dalang dibalik keguguran yang dialami oleh Mayang? Akankah Ara kembali memaafkan Revan setelah tahu fakta yang sebenarnya terjadi? Bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka bertiga setelah fakta dan kebenaran itu mendadak muncul?

Bab 1 1. Permintaan Bunda

"Murni tolong nasehati anakmu itu! Menikah dengan putri keluarga Haris Manggala itu sebuah anugerah. Tidak sembarang orang bisa menikahi anak gadis semata wayangnya itu! Dia malah punya pilihan sendiri yang dari kalangan sama seperti kamu" Adhyatsa geram dengan penolakan Revan yang dianggapnya pembangkang di keluarga ini.

Revan mengepalkan tangannya hingga buku-buku tangannya memutih. Kesal saat mendengar penghinaan sang kakek pada wanita yang menjadi cinta pertamanya itu. Sang Bunda hanya diam saja saja tanpa berani membantah ayah mertuanya. Sejak--Panji Adhyatsa meninggal, mereka masih diizinkan untuk tinggal di rumah ini.

"Revan, menikahlah dengan putri Tuan Haris. Bunda yakin, putri mereka adalah gadis baik. Bantulah sedikit Bundamu yang sudah tua ini, Nak," lirih Murni sambil menahan air matanya yang hendak menetes saat ini.

Murni tidak bisa melawan sikap otoriter ayah mertuanya. Mendiang Panji adalah putra satu-satunya keluarga Adhyatsa. Saat ini perusahaan mereka yang bergerak dibidang pariwisata, keuangan, dan properti sedang diambang kebangkrutan. Ada yang salah dalam manajemen keuangan mereka.

Kedua saudara ipar Murni--Santi dan Linda juga ikut membantu keponakan meraka agar setuju menikah dengan putri konglomerat itu. Tujuan pernikahan bisnis itu adalah menyelamatkan perusahaan mereka dari kebangkrutan. Sayang Revan tidak menginginkan semua itu. Ia mencintai sosok Mayang.

Mayang Mandasari, gadis yang telah mencuri hatinya sejak tujuh tahun lalu. Tepatnya sejak gadis itu duduk di bangku kelas 1 SMA. Secara kebetulan, ibu gadis itu bekerja di rumah Adhyatsa sebagai asisten rumah tangga. Naif memang, cinta pada pandangan pertama yang dialami oleh Revan.

"Bunda ... harus berapa kali aku harus jelaskan jika aku mencintai Mayang. Hubungan kami serius," kata Revan sambil menahan amarah pada sang kakek yang selalu memuja bibit, bebet, dan bobot.

Belum sempat Murni menjawab ucapan sang putra, Adhyatsa mengatakan hal yang sangat menyakitkan. Pun dengan kedua tante Revan--adik kandung mendiang ayahnya yang ikut mendesak perjodohan itu. Perusahaan mereka benar-benar diambang kehancuran saat ini. Semua orang sangat egois saat ini.

"Kamu mau menikahi anak pembantu itu? Meskipun dia sudah sarjana sekali pun tidak akan mengubah status sebagai anak pembantu! Hasilnya apa? Lihat Bundamu yang datang dari kalangan gembel, Panji harus meninggal muda!" Adhyatsa mengucapkannya dengan suara lantang.

Murni menghela napas berat. Memang benar pernikahan mereka ditentang oleh Adhyatsa. Mendiang Panji-lah yang nekat menerima kehadiran Murni karena lahir penerus Adhyatsa--Revan. Revan tidak terima saat mendengar ucapan sang kakek.

"Revan, Bunda minta. Tolong menikahlah dengan putri dari keluarga Manggala." Kali ini Murni berlutut di kaki Revan sebagai permohonan.

"Bun-Bunda ... jangan seperti ini. Revan mohon bangunlah." Revan mencoba mengangkat sang Bunda agar tidak berlutut.

Hati Revan hancur seketika saat melihat wanita yang dicintainya itu harus memohon dan berlutut di kakinya. Semua tersenyum melihat apa yang dilakukan oleh Murni. Mereka merasa ini adalah hal baik. Kelemahan Revan ada pada Murni.

"Baiklah. Aku akan menikahi putri keluarga Manggala." Revan akhirnya setuju dengan usulan sang kakek.

Murni langsung memeluk Revan dan mengucapkan banyak terima kasih pada putra semata wayangnya. Beliau tidak ingin mendapatkan masalah lebih besar lagi. Kehadirannya dalam keluarga ini tidak pernah dianggap oleh mertua dan saudara iparnya itu. Perlakuan tidak menyenangkan seringkali diterima oleh Murni.

"Tapi, aku punya syarat," kata Revan dengan nada dingin dan menatap pada ketiga orang yang sangat dibencinya itu.

"Wah ... cecunguk kecil ini berani meminta negosiasi. Memang apa syarat kamu? Hah!" Adhyatsa membentak cucu sulungnya itu dengan kasar.

"Perlakukan Bundaku dengan baik. Bunda bukan seorang pembantu yang bertugas menyelesaikan semua kebutuhan orang di rumah ini. Jika kalian tidak sanggup aku akan membatalkan rencana perjodohan ini. Aku akan pergi ke tempat jauh. Tidak apa melepaskan semua fasilitas yang telah kakek berikan." Revan ingin semua orang menghargai keberadaan wanita yang telah melahirkannya itu.

Adhyatsa hanya menghela napas panjang. Ternyata cucunya lebih cerdas dari apa yang dibayangkannya. Kehadiran Murni di rumah besar miliknya memang untuk dijadikan pembantu gratis. Lumayan tidak mengeluarkan uang untuk membayar asisten rumah tangga.

"Kakek dan Tante setuju?!" Suara Revan menggelegar di seluruh ruang keluarga Adhyatsa.

"Baiklah." Adhyatsa tidak mau berdebat lagi dengan cucu laki-laki satu-satunya.

Adhyatsa segera meninggalkan ruang keluarga dengan wajah yang tidak bisa diartikan. Senang sekaligus tidak suka dengan syarat yang diajukan oleh Revan. Pun dengan Santi dan Linda yang juga akhirnya meninggalkan ruang keluarga. Mereka tidak akan tahu, betapa sakitnya hati Revan saat ini.

Terpaksa harus memutuskan hubungan dengan Mayang adalah salah satu fase hidup menyakitkan bagi seorang Revan. Gadis itu sedang berjuang untuk menyelesaikan kuliahnya. Sebab, selesai kuliah, Revan berjanji akan menikahinya. Sayang janji itu tak akan pernah terwujud.

Murni bukan tidak tahu jika Revan sangat mencintai Mayang. Sejak awal gadis berkulit putih bak porselen datang bersama ibunya, anak semata wayangnya sudah menaruh hati pada Mayang. Gadis pemalu yang mampu memikat hati Revan dengan sikapnya yang sopan.

"Nak, jodoh itu sudah ditakdirkan oleh Allah. Mungkin dengan menikahi putri Tuan Haris, semua akan berubah baik-baik. Bunda bukan tidak tahu jika kamu sangat mencintai Mayang. Tapi, Bunda minta maaf, tolong kabulkan permintaan Bunda. Usia tidak ada yang tahu, anggap saya ini permintaan Bunda yang terakhir." Murni mengatakannya dengan suara parau menahan tangis.

Revan menahan napas beberapa detik. Matanya sebak, menahan agar air matanya tidak jatuh. Bukan malu untuk menangis, tetapi ia merasa nasib selalu tak berpihak baik padanya. Revan mengepalkan tangannya dengan erat hingga terlihat buku-buku tangannya memutih.

"Bunda ... andai Ayah masih ada ...." Revan tidak sanggup melanjutkan kata-katanya karena sesak yang dirasakan dalam dada.

Seperti ada jutaan paku yang menancap di dadanya. Menyakitkan! Ia bahkan tidak tahu harus bagaimana saat ini. Perusahaan dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ada banyak karyawan dan karyawati yang menggantungkan nasib pada perusahaan Adhyatsa grup.

"Ayahmu pasti juga akan menyetujui permintaan Kakekmu. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya bernasib buruk. Semua demi kebaikan bersama. Ingat, Ayahmu juga Kakekmu membangun perusahaan dengan tetesan keringat, air mata, yang sangat luar biasa. Mereka bekerja dari nol. Bukan seperti saat ini. Maka, bantulah Kakekmu saat ini. Anggap, sebagai baktimu pada beliau," kata Murni sambil berusaha tegar karena tidak sanggup melihat kesedihan di mata sang putra.

"Baiklah, jika memang Bunda sepaham dengan Kakek. Aku akan menuruti apa pun yang Bunda turuti. Aku permisi dulu," pamit Revan meninggalkan ruang keluarga dan menuju ke lantai dua.

Revan segera mengunci pintu kamarnya. Sesak di dadanya benar-benar menyakitkan. Bagaimana ia akan menyampaikan ini semua pada Mayang? Rasanya ia tidak akan sanggup. Mengingat senyum gadis pujaan hatinya saja sudah membuatnya tidak tega untuk memutuskan hubungan itu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh bonamija(Mondi)

Selebihnya
Silakan Ambil Suamiku, Pelakor!

Silakan Ambil Suamiku, Pelakor!

Lainnya

5.0

"Mas Arsa ... bukan aku tidak mencintaimu lagi. Hanya saja ...." Amelia Putri tidak bisa melanjutkan ucapannya karena tidak sanggup. "Hanya saja apa? Karena Prita?" Arsa kini berani menyebutkan nama wanita simpanannya saat mereka sedang sidang mediasi perceraian. Rumah tangga mereka sudah diujung tanduk dan karir Arsa pun akan hancur sebagai polisi. Video hubungan intim Arsa dan Prita Yuliana tersebar. Bukan Arsa jika tak pandai mengelak. Ia menggunakan uang keluarga besarnya untuk memusnahkan video itu. Bukan menutup mata dari apa yang dilakukan sang suami, tetapi Amelia memilih diam saat ini. Diam, agar rumah tangganya baik-baik saja. Ia tidak ingin bercerai demi anak-anaknya. Sayang apa yang dilakukannya ternyata tidak dihargai oleh Arsa dan keluarganya. Fakta sulit dan menyakitkan terpampang di depan mata Amelia. Ibu mertuanya yang selama ini dianggap menyayangi dengan tulus ternyata hanya berpura-pura. Sakit dan sesak dada Amelia ketika harus mengetahui kenyataan jika Ratna--sang ibu mertua lebih merestui hubungan Arsa dengan pelakor itu. Kini Amelia dihadapkan dengan dilema; menuntut cerai sang suami harus siap keluar dari rumah mereka berdua. "Ada calon anak kamu yang membutuhkan ayahnya kelak. Aku akan ikhlas dengan semua ini. Mari kita berpisah dan jalani hidup masing-masing." Amelia mengambil sikap tegas kali ini. "Apa?!' Arsa tidak bisa menerima kenyataan itu karena sudah jelas karirnya akan hancur. Akankah Arsa bisa meluluhkan hati Amelia setelah penghianatannya selama empat tahun? Lalu bagaimana dengan Amelia yang harus berusaha menghidupi ketiga anaknya? Akankah sosok cantik itu mampu bertahan dengan kerasnya hidup? Atau Amelia harus menyerah dan memilih hidup bertiga dengan madu-nya?

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.8

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku