Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)
a oleh Anda dengan sesuka hati. Urusan kita sampai di sini. Terima kasih atas kedatangan Anda,"
semacamnya. Ia sudah bisa menebak ketika perusahaan ini menolak kerja sama dengan Cak
pribadi. Tak jarang menekan perusahaan kecil agar tunduk di bawahnya.
wakan kopi untuk bos-nya yang kini sangat terte
ilakan keluar," jawab Revan tanpa
n pada ponselnya. Salah satunya dari Mayang. Hatinya belum sanggup untuk kemb
anya luar biasa besar untuk sosok gadis cantik itu. Mayang segalanya bagi Revan.
cananya akhir tahun ini akan melamar Mayang pada keluarganya. Simpel dan bukan r
ita. Tentu saat ini kita masih bahagia dan bisa b
gan pekerjaannya. Berkutat dengan semua lembaran kertas yang harus diteliti dan ditandatangi.
lang duluan," pamit
cara saat ini. Banyak masalah yang harus secepatnya disele
dari ruangan dan masuk ke dalam lift yang akan mengantarkannya ke lantai satu, setelah sebelumnya mengunci lemari berankas beri
angan sang cucu. "Kamu berani menolak tawaran kerja sam
kebangrutan. Rupanya begitulah bodohnya karen mau diperdaya dan dimanfaatkan oleh or
k berguna! Sama seperti Bundamu itu!" Ucapan Adhyatsa rupanya membuat Revan sangat ma
odoh, jangan pernah mengatakan Bundaku tidak berguna!" Revan mencekal ker
kamar karena mendengar suara anaknya. Sudah bisa dipastikan anak semata wayangnya sedang marah saat ini.
tahu apa yang membuat Revan sangat marah malam ini. Murni berusaha mendekat dan melera
a masalahnya. Jangan gunakan kekerasan yang menuruti ha
atsa hampir saja kehabisan napas karena ulah Revan. Laki-laki tujuh puluh tahunan
ka isi kepalanya hanya emosi dan kekerasan. Babu otaknya kosong,
dari semua masalah yang tercipta. Awas saja jika suatu saat Revan menemukan tentang kebenaran siapa dalang dibali
k kakek tua yang sombong itu. Tidak hanya itu, setelah ini Revan akan mengajak sang Bunda pindah dari rumah terkutuk ini. T
mendengar ucapan Bunda. Jika beliau tidak menasihatiku, aku akan
Kilat mata itu sama persis dengan mendiang Panji saat marah. Wajah Revan sama persis dengan put
hari-hari. Akhir pekan ini rencananya akan menemui Mayang. Mengakhi
mat malam. Jam di dinding menunjuk angka sembilan tepat. Ingin langsung ke Bandung,
tara perusahaan dan cintanya; harus memilih salah satu. Bunda Revan bukan belum mengenal sosok Mayang, beli
lu," pamit Hardi yang merasa peke
n menjawab deng
sakan dari Perusahaan Cakra Buana luar biasa besar. Mereka mengancam akan membuat perus